Roro Jonggrang di An1magine Volume 2 Nomor 3 Maret 2017
AKHIR ZAMAN
M.S. Gumelar
Kebingungan Roro Jonggrang menerima jabatan tersebut. Roro melihat ke Bondowoso yang senyum-senyum saja.
“Baiklah, kita segera saja, pembersihan DNA akan kita mulai, kami telah mendapatkan susunan DNA-mu yang murni sebelum kau teledor dan ter-teleport ke masa lalu tetapi tercampur dengan sisa ikan yang dibawa oleh si marru ke ruangan teleport tersebut,” ujar Michael.
“Baiklah yah, kau di sini saja Roro” lalu Bondowoso masuk ke ruangan kristal tadi. Roro mengangguk mengiyakan. Roro melihat ayahnya Bondowoso sedang melalukan sesuatu.
“Reverse proses to original DNA confirm,” ucap Michael.
“Processing,” ujar suara komputer.
“Reverse proses to original DNA success,” ujar suara komputer.
Lalu pintu kristal terbuka lagi, muncul seseorang dari kristal tersebut. Roro terpana, siapakah pria yang sangat tampan tersebut?
“Eh… gusti, mana Bondowoso, kok dia tidak ada?” tanya Jonggrang kepada Michael.
Michael tidak menjawab tetapi tangannya memberikan isyarat seolah Michael sedang mempersembahkan sesuatu dan mengarah ke pria tampan tersebut.
“Jonggrang… Aku Bondowoso,” ucap Bondowoso.
Roro Jonggrang melihat ke Michael. Michael mengangguk dan tersenyum, ”Ya dia Azrael eh…Bondowoso.”
Segera saja Roro Jonggrang berlari dan memeluk Bondowoso dengan sangat erat.
“Ha ha ha,” Bondowoso tertawa sembari memeluk balik Roro Jonggrang.
“Baiklah, sekarang saatnya berganti pakaian, lihat pakaianmu lusuh sekali,” ucap Michael kepada anaknya.
“Ha ha ha iya, aku segera ganti,” jawab Azrael.
“Ah setelah itu, antar Roro untuk berganti pakaian yang pantas di zaman ini ya,” Michael mengingatkan.
“Baiklah, ayo Roro,” ajak Azrael sembari menarik tangan Roro yang masih kebingungan tetapi menurut saja.
Roro menunggu di luar saat Azrael masuk ke suatu ruangan dan tidak lama kemudian telah berganti pakaian yang serba keperakan juga dengan dengan style anak muda dan tampak dinamis.
“Ooooh kau sangat tampan sekali dengan pakaian anehmu,” ucap Roro memuji.
“Baiklah sekarang giliranmu,” ucap Azrael lalu menggandeng Roro masuk ke ruangan ganti pakaian, dan mendorongnya masuk.
“Di situ akan muncul gambar-gambar pakaian lalu tinggal kau tunjuk saja, maka apa yang kau kenakan akan berganti secara otomatis,” jelas Azrael sembari menunjuk gambar-gambar yang dimaksud dari luar kamar ganti tersebut lalu segera ditutupnya pintu kamar ganti tersebut.
Roro mengikuti apa yang dimaksud oleh Azrael. Dia menunjuk pakaian yang dianggapnya bagus, lalu mendadak gambarnya dia sendiri muncul secara hologram 3 dimensi dan gambar tersebut.
Saat Roro melihat ke tubuhnya juga sudah berpakaian seperti dalam hologram, hal ini membuatnya kaget dan segera dari ruangan tersebut.
“Ada hantu diriku sendiri aku takut!” ujarnya saat keluar kamar ganti dan melihat Azrael.
“Ha ha ha itu bukan hantu dirimu, kau sudah bisa ilmu rogo sukmo sejak berada di sini, itu dirimu dengan pakaian yang kau kenakan, lihat sama bukan?” jelas Azrael sembari melihatkan gambar hologram 3-D-nya yang masih berputar di dalam kamar ganti tersebut.
“Oh gitu ya, baiklah, aku akan mencoba yang lainnya,” ujar Roro.
Lalu Roro mencoba berbagai macam model pakaian, mulai dari zaman dulu lalu keluar menemui Azrael.
Azrael menggeleng kepala tanda tidak setuju. Lalu Roro masuk lagi mencoba baju lainnya, yang menurutnya tampak lucu dan unik, lalu keluar untuk menunjukkannya ke Azrael, mereka berdua tertawa dan Azrael tetap menggeleng.
Roro mencoba berbagai model sampai model yang paling akhir di zaman itu. Dan melihat baju yang mirip dengan Azrael namun versi wanita, segera saja dia menunjuknya.
Lalu segera keluar ruangan menemui Azrael, Azrael mengacungkan jempol tanda setuju. Lalu mereka berpelukan.
Di ruangan yang serba canggih dan indah, ruangannya bernuansa serba metalik keperakan dan campuran berlian. Pemandangan indah dari luar, gedung-gedung indah terbuat dari kristal menyatu dengan pohon-pohon yang tinggi.
Roro Jonggrang dan Bondowoso sudah berganti pakaian dan bersama Michael duduk di ruangan yang penuh dengan makanan yang terdiri dari beraneka ragam buah-buahan.
Bahkan banyak dari buah-buahan tersebut yang belum Roro kenal.
“Yang ruangan awal tadi kita sampai di sini, itu adalah ruangan penelitian pribadi ayahku, dia adalah penemu generasi ke-7 penemu mesin teleport lintas ruang dan waktu, kakek moyangku yang pertama menemukan theory dan prototype teleport lintas juga bernama Michael, dan sekarang kita berada di ruang makan” jelas Bondowoso.
“Ya mesin teleport ini semakin canggih dan canggih saja dari waktu ke waktu, tetapi dengan adanya kecelakaan Azrael ini, sehingga ter-teleport ke masa lalu dan DNA-nya tercampur dengan sisa-sisa makanan yang dibawa Marru,” jelas Michael ke Roro Jonggrang yang bengong saja mendengarkan.
“Eh… Marru kucing kami, membuat Azrael menjadi seperti yang kau lihat, tetapi dengan itu aku bisa membuat mesin tersebut lebih baik lagi, selalu siapkan rangkaian DNA orang yang di-teleport dalam database agar lebih mudah mengembalikan ke bentuk aslinya bila teleport tidak berjalan sesuai program atau hal-hal di luar dugaan lainnya, ya begitulah,” ujar Michael.
“Lalu mengapa kami tidak tercampur?” Roro Jonggrang bertanya seolah-olah mengerti.
“Nah itu dia, hei… kau mengerti? Sistem teleportnya kini sudah berupa paket, yang system sebelumnya masih system pemisahan per atom dan penggabungan per atom lagi DNA yang ada saat sebelum di-teleport-kan,” kata Michael.
“Dengan sistem yang baru secara per paket, apa pun yang ada dalam ruangan baik sebelum dan sesudahnya tidak masalah, karena sistem membaca space bentuk dalam paket bukan atom per atom lagi,” lanjut Michael.
“Dengan demikian, system teleport tidak lagi dibutuhkan model DNA lagi walaupun mode atom per atom penggabungan DNA masih dapat dilakukan. Dengan system teleport berupa paket ini, maka area yang terisolasi dengan isi apa pun pasti sampai karena tidak peduli apa isinya,” jelas Michael.
“Oh… saya tetap tidak mengerti,” ujar Roro.
“Ha ha ha ha ha tidak apa-apa jika tidak mengerti, santai saja,” ayahnya Azrael tersenyum ramah.
“Hei kalian sedang makan malam?” seseorang wanita berpakaian serba keperakan tiba-tiba muncul dari pintu dan langsung mendekati Michael dan mencium pipinya.'
“Perkenalkan ini istriku, namanya Sonya,” jelas Michael.
“Oh nopo niku biyung panjenengan?” Roro Jonggrang berkata dan menatap Bondowoso.
“Maaf, apa yang kau katakan?” tanya Sonya.
“Oh… on kan Babel Tower Automatic Language Translator-nya ke bahasa Jawa Kuno,” ujar Michael.
“Oooh… OK, Ancient Java Language On” kata Sonya.
“Oh ya apa tadi,” mata Sonya menatap ke Roro Jonggrang.
“Saya Roro Jonggrang,” jawab Roro.
“Oh Roro Jonggrang ah iyaaa… kau tadi pergi selama beberapa jam Azrael dan sekarang membawa seorang gadis… wooooow eksotis seksi manis cantik dan sopan, wah mama gembira sekali sayang,” ujar Sonya mendekati Azrael dan mencium keningnya.
“Beberapa jam?” tanya Roro Jonggrang.
“Ya… karena menurut versi kami, dia hanya meninggalkan rumah ini dalam waktu enam jam saja, tetapi bila di zamanmu, mungkin bisa lama sekali, sebab kami bisa saja mengambilnya dari masa lalu menurut waktu versi kami, bahkan kami bisa mengambilnya seakan-akan dia tidak pernah pergi ke masa lalu di masa ini,” jelas Michael.
“Oohh… maaf saya tidak paham,” jawab Roro.
“Ha ha ha tidak perlu dipikirkan Roro, santai saja,” Bondowoso menenangkan.
“Ayo kita makan, kau mau apa? Pecel ? Atau Rawon ?” Bondowoso menawarkan.
“Aku mau Rawon, sudah lama tidak makan Rawon, Rawon buatan istana enak sekali,” jelas Roro Jonggrang.
“Baiklah, food synthesizer give me Rawon Javanese Traditional Food,” ujar Bondowoso, lalu mendadak muncul terbentuk secara perlahan di meja Rawon lengkap dengan wadahnya, nasi, lalu ada sambel bawang, potongan jeruk nipis, kerupuk udang, telor asin dan kecambah kacang hijau di meja makan.
“Ah ajaib muncul sendiri, siapa yang memasak?” ujar Roro.
“Apakah aku saat ini bermimpi?” tanya Roro penasaran.
“Tidak, kau tidak bermimpi, kau ada di masa depan… eh akhir zaman,” jelas Bondowoso lalu mengambil rawon sesendok dan disuapkan ke Roro.
“Wuaaaah enak sekaliiii lebih enak dari buatan istana,” ujar Roro sembari mengunyah, lalu segera mengambil sendiri dan menikmati makanan tersebut.
“Baiklah, ayah dan ibu mau beristirahat dulu ya, untuk ruangan Roro, bisa menggunakan kamar kakakmu Gabriel Ishanty, dan besok ayah akan ke kantor, ajak Roro jalan-jalan di sana kalau mau,” ujar Michael lalu menggandeng Sonya untuk istirahat.
“Ok yah…,” ucap Azrael.
“Besok kan ayahandaku bertanding, aku tidak bisa, segera pulang saja ya, aku khawatir,” ujar Roro tampak kebingungan dan memelas.
“Jangan khawatir, kita akan tetap tiba pada waktunya untuk menyelamatkan ayahmu, percaya padaku,” jelas Bondowoso sembari melihat ke mata Roro Jonggrang yang indah.
“Sungguh? Bagaimana bisa?” Roro terlihat sangsi.
“Ah bukankah kau sudah mengalami yang kau alami? Dan kau masih tidak percaya?” Bondowoso memberi argumen.
“I… iya, seperti mimpi dan keajaiban, kau yang jelek jadi sangat tampan dan semua ini? Sebenarnya tempat apa ini, surga? Apakah kau dewa?” Roro Jonggrang jadi makin kebingungan.
“Roro dengarkan dan lihat aku,” Bondowoso memegang kedua pipi Roro dan dihadapkan ke wajahnya.
“Percaya padaku,” dengan mata yang terlihat bersungguh-sungguh.
Roro melihat mata Azrael Baruna dengan dalam-dalam, dia menemukan kesungguhan walaupun logikanya ingin berusaha keras menolaknya, tetapi entah rasa percaya itu akhirnya mengalahkannya, ”Baiklah, aku percaya padamu.”
“Bagus, ayo kutunjukkan kotaku, sangat bagus di malam hari,” ujar Azrael lalu menarik lengan Roro ke suatu ruangan, di sana dia melihat sesuatu bentuk bulatan seperti gong atau gamelan yang biasanya diletakkan di meja, namun anehnya gong besar tersebut mengambang tetapi bersinar lembut.
“Ultima Ship, teleport us inside you,” Ujar Azrael Baruna. Lalu mendadak tubuh Azrael dan Roro menjadi ada partikel-partikel kecil dan sedikit transparan.
ZAP!
Mendadak partikel-partikel muncul di dalam pesawat dan membentuk tubuh Azrael dan Roro lagi, mereka sudah berada di dalam pesawat yang berbentuk seperti gong tadi. “Kau benar-benar dewa Azrael Baruna!” ucap Roro Jonggrang takjub.
“Bukan, aku bukan dewa, sama seperti kau Roro,” jelas Azrael.
“Safety ride plasma protection on,” ujar Azrael.
Lalu seberkas partikel kecil muncul menyelimuti tubuh mereka. Menjaga mereka aman dari benturan.
“OK take us touring around Megacity Surabaya,” ucap Azrael.
“Oh mantra-mantra apa yang kau ucapkan?” tanya Roro.
“Itu bukan mantra-mantra tapi voice command, perintah suara kepada pesawat eh… kuda besi sembrani yang tidak berbentuk kuda ini untuk terbang berkeliling kota,” jelas Azrael.
“Touring the city Megacity Surabaya confirm,” jawab suara komputer dan dengan perlahan Ultima Ship tersebut melayang keluar dari rumah Azrael yang ternyata berada di gedung Kristal yang sangat tinggi.
Gedung tersebut dirambati oleh pohon-pohon besar, sama seperti gedung-gedung tinggi lainnya yang terbuat dari kristal berlian.
“Uaaaaaaaaah!” teriak Roro saat pesawat itu bergerak melaju dengan meliuk-liuk kadang perlahan kadang mendadak cepat.
Roro melihat lampu-lampu yang beraneka ragam dan gedung-gedung yang indah di luar apa yang pernah dia lihat sebelumya.
Cahaya lampu berwarna-warni membuat pikirannya tentram dan tenang, tenang karena merasa aman dan nyaman di samping pria yang dicintainya, tanpa sadar tangannya mendekati tangan Azrael dan menggengamnya, Azrael dengan segera membalas menggenggamnya.
Setelah sekitar dua jam berkeliling kota dengan Ultima Ship. Lalu mendadak pesawat berhenti dan muncul suara komputer pesawat,”Mission completed, waiting for the next destination.”
“Roro kau sering melihat bulan bukan?” tanya Azrael.
“Iya, sering sekali aku senang melihatnya, tampak indah,” jawab Roro.
“Apakah kau ingin melihat lebih dekat lagi?” tanya Azrael.
“Bisakah? Aku ingin sekali,” jawab Roro bersemangat.
“Ok Ultima Ship, the next destination is the moon,” perintah Azrael.
“Next destination confirm,” jawab Ultima Ship.
DHUAAAAAAAAS!
Ultima ship melesat dengan cepat lima puluh kali kecepatan cahaya melewati atmosfir bumi, keluar angkasa dan menuju bulan.
“WAAAAAAAAAAAAH!” Roro sangat gembira melihat bintang menjadi seolah-olah lebih dekat dan sangat takjub dengan kecepatan kuda besi yang mampu terbang tersebut.
Segera dia merangkul Azrael dengan erat, senyuman dan kegembiraan yang sangat dalam tersirat di wajahnya yang eksotis.
Azrael balik merangkul erat pundak Roro, Azrael ikut gembira melihat kegembiraan yang terpancar di wajah Roro, sesuatu yang sangat jarang dia lihat selama ini karena kesedihan yang dialaminya selama ini.
Lalu di layar monitor terlihat bulan yang semakin dekat semakin dekat dan semakin dekat saja.
Terlihat wajah Roro yang sangat gembira, diwujudkan dalam hentakan kaki mengenai lantai pesawat, gerakan kegirangan seperti anak kecil yang dibelikan permen oleh ibunya.
“Bulan tampak indah bukan, kita akan melintasi bulan,” Ujar Azrael.
“Sungguh? Bisakah? Ah aku semakin tidak bisa mengatakan apa sih yang tidak bisa kau lakukan Bondowoso,” ujar Roro.
“Boleh aku bertanya?” Roro melirik ke Azrael.
“Ya silakan saja,” jawab Azrael.
“Kenapa namamu Bondowoso?” tanya Roro.
“Who itu ha ha ha sebenarnya candaan saja, ada movie di abad dua puluhan dengan karakter bernama Bond, James Bond, lalu kalau berkata lengkapnya begini katanya I am Bond, James Bond, double 0 seven agent, nah aku ambil nama Bond, 0 lalu sisipan wo dari akhiran jowo, seven diambil kata pertamanya, dan akhiran o jadi seperti bahasa Jawa ha ha ha,” jelas Azrael.
Roro diam saja mendengar penjelasan Azrael dan tidak mengerti kenapa Azrael tertawa gembira.
“Ah kau tidak mengerti ya he he he bodohnya aku, tentu saja kau tidak tahu, maaf ya, ya intinya itu aku ambil karena kuanggap pas saja he he he,” jelas Azrael.
“Oh ha ha ha,” Roro tertawa tidak jelas.
“Ha ha ha aku tahu kau hanya menghiburku saja he he he,” ujar Azrael.
HA HA HA HA HA
Mereka tertawa bersama.
“Nah, inilah salah satu stasiun bulan tetapi kita tidak boleh mendarat karena kita tidak punya izin mendarat, hanya melewatinya saja sih boleh, koloni bulan isinya lebih sedikit, tetapi lebih banyak alien daripada manusia yang tinggal di sana, aliennya tinggi-tinggi karena bulan adalah planet kecil, dan Planet’s Ion Mass Attraction Force -nya rendah sehingga tubuh para penghuninya cenderung tinggi, seperti raksasa yang ada di istanamu,” jelas Azrael.
“Alien?” tanya Roro.
“Iya alien, makhluk cerdas seperti manusia tetapi bukan manusia, spesies cerdas lainnya. Baiklah besok akan aku tunjukkan, mereka juga ada banyak di kantor ayahku. Yuk kita balik ke bumi,” ujar Azrael.
Lalu pesawat Ultima itu terbang lagi mengarah ke bumi. Pemandangan bulatan besar yang berwarna biru kehijauan tampak indah. Roro tampak tercengang dengan pemandangan tersebut.
“Apakah bulatan besar biru kehijauan itu?” tanya Roro.
“Itu tempat kita berada Roro, namanya Bumi,” jawab Azrael.
“Bumi? Aaaaah indah banget,” ucap Roro dan lagi-lagi merangkul Azrael dengan mesra.
Ultima Ship dengan kecepatan luar biasa sudah mencapai area gedung rumah Azrael. Dan perlahan masuk ke garasi.
Setelah sampai di dalam garasi, ”Bondowoso, terima kasih sekali, kau membuatku sangat bahagia, melihat apa yang belum pernah kulihat sebelumnya, bagaikan mimpi,” ucap Roro.
“Terima kasih kembali, saatnya kita istirahat, besok masih ada hal lain yang akan aku tunjukkan,” kata Azrael.
“Besok?” mendadak wajah Roro kembali murung, mengubah kegembiraan yang ada di wajahnya dengan cepat.
“Hei… jangan sedih, aku sudah berjanji kan?” hibur Azrael.
“I... Iya,” jawab Roro sembari menyeka airmatanya yang mendadak menetes.
“Ultima Ship, teleport us out, to the hangar base,” perintah Azrael ke pesawatnya.
Setelah mereka ter-teleport keluar. Azrael melihat ayahnya sudah berada di hangar tersebut.
“Waktunya tidur anak muda, apa yang aku bilang satu jam yang lalu?” Michael mengingatkan ke Azrael.
“Eh… iya pa, maaf,” kata Azrael sembari menarik lengan Roro menuju ke ruangan lainnya.
“Kau tidur di ruangan ini ya, ini ruangan kakakku, namanya Gabriel Ishanty, dia sedang berada di planet Mars, besok mungkin kau bisa bertemu dengannya,” jelas Azrael.
“Ini kamar tidurnya, kau masuk saja, sudah aku set untuk membangunkanmu pukul tujuh pagi, jadi cukup istirahatmu delapan jam, jangan takut nanti kau mengambang dan hal-hal lainnya dan juga dengan suara yang muncul untuk membangunkanmu, anggap saja suara ayam berkokok, sampai jumpa besok ya,” ucap Azrael.
Roro gelapan, tetapi dia ingat kata-kata Azrael untuk tenang. Maka dia mulai tenang membiarkan tubuhnya mengambang.
Zap, mendadak pakaian yang dikenakannya berubah menjadi pakaian tidur, setelah itu mendadak perlahan-lahan seperti sebentuk awan muncul di bawah tubuhnya saat dia mengambang.
Awan itu sangat empuk, melebihi lembutnya kasur yang ada di istana.
Roro naik ke awan tersebut dan dia tidak terjatuh, tubuhnya tetap mengambang. Lalu dia tidur dengan sangat nyaman di atas awan yang mengambang dalam ruangan kamar tidur bulat tersebut.
Roro mendadak mendengar musik yang indah gamelan Jawa. Belum pernah dia mendengar musik seindah ini. Suara musik yang indah tersebut membangunkannya. Dan dia melihat ada tulisan pukul 07.00 dalam bahasa Jawa. Namun dia tidak tahu apa artinya.
Segera dia turun dari awan yang mendadak merendah dan menapakkan kakinya ke lantai.
Dia keluar dari ruangan kamar tidur bulat tersebut. Tubuhnya merasa sangat segar dan nyaman, capek-capek seakan hilang tanpa bekas, bagaikan tidur selama berhari-hari dengan puasnya.
Roro masuk ke ruangan yang berbentuk seperti kamar ganti pakaian. Dia masuk dan mendadak pakaian yang dikenakannya menghilang, dia telanjang, Roro kaget tapi mendadak mengerti saat air mengguyur tubuhnya, ruangan tersebut seperti mendadak ada hujan lokal.
Roro sudah tidak takut dan kaget lagi dengan keanehan-keanehan yang terjadi. Dia mandi dengan riangnya. Lalu kucuran air hujan lokal berhenti, lalu muncul gelas dan disodorkan kepadanya muncul dari dinding.
“Jangan diminum, silakan dibuat berkumur dan dibuang, jangan diminum, air untuk membersihkan gigi,” kata-kata muncul entah dari mana.
Roro menuruti kata-kata tersebut, setelah itu mendadak tubuhnya agak hangat, ternyata secara automatis juga tubuhnya dikeringkan. Dan tubuhnya mendadak sekarang telah dibalut lagi dengan pakaian.
“Azrael telah memilihkan pakaian ini untukmu, Azrael menunggu di ruang makan sekarang,” suara komputer terdengar lagi.
Roro segera keluar ruangan kamar mandi yang sekaligus kamar ganti. Dan berjalan ke ruang makan kemarin.
“Aaaah… kau eksotis, manis, dan cantik menjadi satu,” puji Sonya.
“Bahkan di zaman sekarang, mendapatkan wajah sepertimu pun masih sulit,” ucap Michael menambahkan.
“Silakan bergabung Roro bersama kami untuk breakfast eh… sarapan,” sambut Azrael.
“Terima kasih,” jawab Roro dan dia tersipu dengan pujian tersebut.
Mendadak ada suara mendengung seperti Oooooooooooooohmm! Suara yang pernah dia dengar sebelumnya.
“Suara itu?” Roro berbisik.
“Oh… itu suara pesawat tua kakakku, dia sepertinya baru datang, dia suka sekali menggunakan pesawat antik buatan abad dua puluh duaan, dia sudah berada di parkiran gedung sekarang,“ jelas Bondowoso.
“Hai Mama, Papa, Aaaah adikku yang lucu Azrael, kakak Gabriel kangen niiiii uuuuuuuuh,” ujar Gabriel dan
mendekati Azrael, memeluk kepalanya dari belakang saat Azrael masih duduk di depan meja makan dan mengusek-usek rambutnya setelah memeluknya.
“Ah siapa cewek eksotis, manis dan cantik menjadi satu ini?” tanya Gabriel sembari duduk di samping Roro dan merangkulnya serta memegang pundak Roro.
“Kulo Roro Jonggrang,” jawab Roro kalem.
“Wuoooh bahasa apa ini? Search mode on, oh Bahasa Jawa, OK, Ah…cewek yang sopan, namanya indah sekali, Aku Gabriel Ishanty, kakak Azrael,” Gabriel memperkenalkan diri.
“Ooooh…. Kakak cantik sekali, seperti bidadari,” puji Roro Jonggrang.
“Ha ha ha bisa saja kau ini Roro,” balas Gabriel tersenyum.
“Bidadari yang tomboi, liat pakaianmu, ala prajurit tempur dalam cerita Komodo buatan M.S. Gumelar,” canda Michael kepada anaknya Gabriel.
“Ah… papa bisa aja, yang penting kan cewek yang tegar dalam kehidupan he he he…” Gabriel berargumen.
“Sudah,sudah, ayo makan, jam sembilan sudah harus nyampe kantor, jangan terlambat,” ucap Sonya mengingatkan.
Mereka pun segera makan dan sesekali bersenda gurau dengan gembira. Setelah selesai semuanya bergegas ke kantor.
“Kita hari ini akan ke kantor papaku, dia bekerja di Cosmos Research cabang Surabaya, ada banyak Cosmos Research di Megacity ini, yaitu di Jakarta, Tangerang, Singapura, Kuching, Sidney, Hongkong, dan banyak lagi,” kata Bondowoso lalu mempersilakan Roro masuk ke Ultima Ship, namun terlihat lebih besar.
Terlihat Michael di depan setir pesawat tersebut, ”Ini pesawat model lama, tapi saya suka, berguna untuk melihat-lihat suasana kota, sebab bila menggunakan teleport akan sangat cepat sekali sampai ke kantor dalam hitungan detik bahkan hitungan frames,” ujar Michael.
“Baiklah, sepertinya semua sudah siap, kita akan mengantarkan Gabriel, Sonya, lalu baru ke kantorku ya,” ucap Michael.
“Ultima Ship, take us Gabriel Office first, then go to Sonya’s and last to mine,” perintah Michael ke Ultima Ship tersebut.
“Destination Confirm,” ujar komputer pesawat tersebut.
Kemudian pesawat tersebut mulai mengambang dan mulai bergerak perlahan lalu melesat keluar dari garasi gedung tersebut ke arah sesuai tujuan yang telah ditetapkan tanpa disetir secara manual lagi.
Pemandangan indah, kota yang indah. Hutan dan gedung yang terbuat dari metal dengan warna seperti keperakan ada yang seperti terbuat dari batu dengan banyak tumbuhan yang melingkupinya.
Dan ada juga gedung seperti terbuat dari kristal dan tidak jauh beda dengan gedung yang seperti terbuat dari batu, gedung ini juga dilingkupi banyak tanaman.
Bentuk gedung ciri khas seperti candi-candi banyak sekali bertebaran, hal ini membuat Roro menjadi seperti berada di masanya, namun dengan versi yang lebih super canggih.
Tampak di kejauhan ada tulisan Megacity – Surabaya seperti terletak di pusat kota tersebut. Di sebelah kanan ada tulisan Suhu 22 Derajat. Hari Minggu, 19 February 3015.
Gedung-gedung dan tanaman susul menyusul menjulang dan saling harmonis menjadi pemandangan yang luar biasa.
Beberapa Ultima Ship yang lainnya juga melayang, namun tidak banyak, karena sepertinya orang lebih banyak yang menggunakan mesin teleport karena lebih cepat, namun tentu saja beberapa orang masih suka melihat pemandangan melalui ultima ship mereka.
“Nah itu kantorku, baiklah Ultima ship teleportkan aku di depan kantorku sekarang,” kata Sonya.
“Teleport command confirm,” kata komputer pesawat lalu Sonya mendadak dilingkupi partikel kecil dan menghilang dari tempat tersebut.
Tampak di luar di depan kantor yang megah bertuliskan nama ”An1mage Studio”. Sonya sedang melambai-lambai kan tangannya ke arah mereka yang ada dalam Ultima Ship.
“Baiklah kita ke tujuan berikutnya,” ucap Michael setelah membalas lambaian tangan Sonya.
Ultima Ship segera bergerak melayang lagi ke suatu tempat. Tidak berapa lama pesawat sudah sampai ke suatu tempat bernama Essence Studio.
“Yap, aku turun di sini, komputer teleport-kan aku di depan kantor Essence Studio ya,” ucap Gabriel.
“Teleport command confirm,” kata komputer pesawat lalu Gabriel di-teleport-kan ke depan kantor Essence Studio.
Gabriel juga sudah di depan kantornya dan melambai-lambaikan tangannya.
“Kini kita ke kantorku,” ucap Michael.
Pesawat tersebut melesat lagi. Dalam perjalanan, Roro Jonggrang lebih banyak diam dan matanya liar melihat sekeliling pada pemandangan yang indah yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Tak berapa lama ultima ship sampai pada tujuan. Gedung sangat tinggi berbentuk bulat seperti magnet dan lengkungan-lengkungan pilar yang menyiratkan alur energi magnet.
Gedung tersebut mengambang dengan kekuatan yang tidak tampak, namun air mancur dan tanaman-tanaman yang indah melingkupi sebagian besar gedung tersebut.
Di atas gedung itu ada tulisan besar dan jelas “Cosmos Research Center.”
“OK kita sudah sampai, ultima ship teleport us outside and get yourself back home,” ucap Michael.
“Thanks Michael, next destination confirm, have a nice day,” jawab ultima ship komputer, lalu mereka di teleport-kan ke luar dan berada di depan kantor Cosmos Research Center, kemudian ultima ship balik ke rumah sendiri.
Michael dengan semangat berjalan ke ruangan gedung Cosmos Research Center yang indah dan megah.
Di belakangnya Azrael dan Roro Jonggrang berjalan mengikutinya. Mata Roro Jonggrang terkagum-kagum dengan bangunan megah tersebut.
Michael berjalan ke satu pintu yang seperti terbuat dari air. Dan mendadak Michael sudah melambaikan tangan berada di tingkat atas dan memanggil mereka.
“Ayo,” Ajak Azrael, Roro Jongrang ragu-ragu, tetapi akhirnya menurut saat melihat mata Azrael dan Azrael menganggukkan kepala. Mereka masuk pintu seperti air tadi.
ZAP!
Mendadak mereka berada di suatu ruangan, dan Michael sudah menunggu di sana.
“Apa itu tadi?” tanya Roro Jonggrang.
“Itu namanya Teleport Door, eh pintu gaib yang dapat membawamu cepat melakukan perjalanan dari satu ruangan ke ruangan lainnya,” jawab Azrael.
“Apakah bisa membawaku ke rumahku?” tanya Roro.
“Tidak untuk yang ini, tetapi yang milikku di rumah ataupun yang di kantor papaku nanti, pasti bisa,” jelas Azrael.
“Kenapa tidak bisa?” tanya Roro penasaran.
“Eh… gimana ya? Eh gini karena pintu yang di situ tujuannya hanya ke tempat-tempat tertentu di area sini saja, tetapi yang di rumahku dan nanti di kantor papaku, bisa ke tempat-tempat yang jauh, bahkan melintasi zaman, dari zaman akhirku ke zamanmu bisa,” jelas Azrael mencoba membuatnya menjadi lebih sederhana.
“Aku masih tidak mengerti, seharusnya bisa,” tambah Roro.
“Eh… iya, secara teknisnya kalo ditujukan ke sana juga bisa… he he he,” jelas Azrael membenarkan.
Lalu mereka mengikuti Michael ke suatu ruangan dan masuk lagi menggunakan teleport door lagi. Kali ini Roro Jonggrang sudah biasa malah mendahului Azrael memasuki teleport door tersebut.
Roro Jonggrang memasuki ruangan yang indah, ada banyak kristal dan alat-alat yang tidak dia mengerti.
Roro melihat Michael berdiri di depan gerbang pintu yang besar terbuat dari kristal, energi seperti air beriak pelan di pintu tersebut. Azrael muncul di belakang Roro dan menarik Roro mendekati Michael.
Michael berkata, ”Cosmos Research ini pendirinya orang hebat yang bernama Cosmos Galaxi, seorang professor yang bervisi tinggi, idealis, dan pantang menyerah.
Pusat penelitian pertama kali didirikan di kota Tangerang, dulu masuk dalam provinsi Banten, masuk dalam area besarnya lagi disebut area Jabodetabek.”
“Prof. Mo orang menyebutnya, beliau fokus pada penelitian yang orang lain menganggapnya hanya mimpi, tetapi mimpi itu menjadi kenyatan, sedikit demi sedikit banyak penelitian berhasil diwujudkan,” jelas Michael.
“Seperti Exo armor nano technology, ultima ship atau di masanya disebut dengan nama ufo yang berdasarkan teknologi ion bahkan sampai ke penemuan mesin teleport lintas ruang, dan kemudian berkembang tidak hanya lintas ruang tetapi juga lintas waktu,” jelas Michael sembari mendekati dan menunjuk ke salah satu mesin teleport yang paling besar.
Mendadak gerbang pintu kristal tadi berpijar mengeluarkan sinar. Dan seseorang muncul dari gelombang riak air dari pintu gerbang teleport lintas frekuensi dimensi tersebut.
Seorang gadis cantik dengan pakaian warna abu-abu keperakan keluar dari pintu energi tersebut.
Segera saja Michael dan beberapa orang berpakaian warna putih ala dokter medis seperti men-check kesehatan gadis tersebut dalam waktu singkat.
Setelah selesai gadis tersebut diajak oleh Michael bertemu dengan Roro dan Azrael.
“Kenalkan ini Mega Intary, anak gadisku yang pertama, kakak dari Gabriel dan Azrael,” ucap Michael.
“Mega Intary,” ucap Mega kepada Roro,”Kau eksotis, manis dan cantik, sama seperti aku,” ucap Mega memuji Roro sekaligus memuji dirinya sendiri.
“Ha ha ha kakakku memang narcissist . Bagaimana eksplorasinya di frekuensi atau dimensi lain Kak Mega?” tanya Azrael.
“Wuah bagus sekali, kakak menemukan banyak makhluk cerdas lain selain manusia dan memang universe ini ternyata ada banyak frekuensi atau dimensi lainnya, sehingga jumlah universe sebenarnya malah tidak dapat terhitung jumlahnya,” jelas Mega.
“Kakak sudah merekam beberapa bahasa mereka, dan mengadakan kontak dengan beberapa makhluk cerdas di dimensi tersebut yang juga dengan level kecerdasan yang kurang lebih sama dengan kita, hmm.. nanti kau bisa baca laporan eksplorasi kakak ya,” jawab Mega lalu menuju ruangan lainnya sembari memberikan lambaian tangan.
“Mantap, aku sudah tidak sabar,” ucap Azrael.
“AKH!” Roro Jonggrang terkejut saat melihat seorang raksasa ada di sana.
Azrael segera menoleh dan tertawa.
“HA HA HA HA HA,” Azrael sembari menggandeng tangan Roro, ”Itu salah satu peneliti yang bekerja di sini, namanya Qorzhak, memang dia species eh… bangsa raksasa menurut versimu ha ha ha jangan takut ya.”
Roro Jonggrang mengangguk. Lalu Jonggrang mulai liar matanya melihat siapa yang bekerja di sana, mencari-cari bentuk makhluk cerdas lainnya yang mirip manusia.
Ada orang yang seperti berkepala ikan, lebih parah dari Bondowoso yang dulu, dengan seperti tabung di kepala yang berisi air.
Ada gorilla besar, bigfoot dengan rambut menutupi seluruh tubuhnya, namun menggunakan pakaian ala peneliti seperti pakaian Michael papanya Azrael.
Ada manusia seperti bentuk kadal berjalan tegak dan uniknya tanpa ekor. Ada makhluk cerdas seperti burung, mirip Garudeva.
Ada manusia seperti terbuat dari api berjalan dengan pakaian khusus.
“Ah dia bernama Hellthar, dia berasal dari matahari kita,” jelas Azrael.
“Matahari? Ada kehidupan? Wuaaaaaaah,” Roro Jonggrang keheranan.
ZRRRRRT!
Mendadak muncul dari dinding kristal makhluk berbentuk energi listrik.
”Hai namaku Lektron, aku bertugas memberi tenaga listrik di gedung ini,” jelas Lektron.
“Wah berbagai macam species unik ada di sini, aku merasa gembira,” Roro Jonggrang terlihat sangat senang sembari menggunakan kata species.
“Azrael segera ke sini,” pinta Michael.
“Baik, yuk Roro,” ajak Azrael.
“Ini ada tiga pilihan yang dapat kamu lakukan untuk kembali ke masa Roro,” ucap Michael.
bersambung....
Cerbung ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 2 Nomor 3 Maret 2017 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”
AN1MAGINE BY AN1MAGE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening
website an1mage.net www.an1mage.org
Comments
Post a Comment