Roro Jonggrang di An1magine Volume 2 Nomor 6 Juni 2017


AKHIR ZAMAN
M.S. Gumelar 


Kemudian Bandung segera keluar lagi dari ruangan tersebut dengan berjalan perlahan.

“Jaga dengan ketat ruangan ini, lakukan penjagaan bergantian sehari sebanyak empat kali agar kalian tidak lengah, pastikan setiap sudut ruangan, jendela dan pintu dijaga minimal dua orang penjaga, mengerti!” perintah Bandung.

“Mengerti paduka prabu, siap laksanakan!” ujar lima orang prajurit yang ada di sana.

“Bagus!” puji Bandung lalu melesat bergerak lagi.

“Wuah hebat banget Raja Bandung, sakti mandraguna, ayo kita jaga dan kau koordinasikan dengan 12 prajurit lainnya agar kita bergantian,” ujar prajurit kurus ke prajurit lainnya.

“Siap laksanakan, ujar prajurit tersebut,” lalu prajurit yang diperintah tadi segera turun ke area lainnya.
Mendadak prajurit tadi bengong saat melihat prajurit dari metal berpapasan dengannya.

Prajurit metal tersebut berjalan dengan mantap menuju ke area Loro Jonggrang dijaga, lalu tanpa diminta berdiri di tengah depan pintu di antara dua prajurit yang ada di kiri dan kanannya.

Keempat prajurit tersebut bengong tetapi penasaran.

Salah seorang prajurit yang di sebelah kanan iseng dengan mengambil keris dan diangkat di depan mata prajurit dari metal tersebut.

ZIIIENG!

CLEKH

Mendadak keris tersebut putus dan potongannya jatuh ke lantai terkena sejenis sinar warna merah yang muncul dari mata prajurit metal tersebut.

Hal ini membuat prajurit tersebut menelan ludah dan menyarungkan kembali kerisnya yang sudah buntung ke warangkanya.

Serta merta ketiga prajurit lainnya badannya semakin ditegakkan karena ketakutan dan agar terlihat disiplin menjalankan tugasnya.

“Sebentar, bukankah Bandung hanya sendirian? Mengapa kita takut?” ujar Bondowoso.

“Kau lupa ya, dia menyandera kakakku dan ibunya Vharok,” Roro Jonggrang menjelaskan.

“Iya, tetapi kan dia sendirian, dia tidak bisa berada sekaligus di dua tempat, akan mudah untuk mengalahkannya,” ujar Bondowoso.

“Sepertinya Bondowoso benar, tetapi dia sudah mengambil beberapa prajurit metal kami dan sempat mengambil alat kendali manualnya, tetapi kendali manualnya juga ada di exo armor-nya,” ucap Bhorghat.

“Prajurit metal?” tanya Pikatan.

“Iya prajurit yang dibuat untuk membantu kami agar terlindungi dari serangan lawan dan membantu dari bencana alam bila terjadi,” jelas Bhorghat.

“Prajurit yang dibuat? Apakah sejenis raksasa buatan yang dapat kita kendalikan sesuai perintah kita?” Bondowoso bertanya lebih detil.

“Iya benar,” jawab Bhorghat.

“Android,” Bondowoso bergumam.

“Berapa tepatnya, beberapa prajurit metal yang diambil oleh Bandung?” Bondowoso bertanya lebih detail lagi.

“Ada seratus prajurit metal,” jawab Bhorghat.

“Ah itu sih bukan beberapa tapi banyaaaak!” Pikatan sewot.

“Hm… sebab kami punya lebih banyak lagi, tetapi ada di kota kami yang berada jauh di dalam bumi, tetapi bukan yang ada persembunyian kami, yang di sana sudah dibawa semuanya oleh Bandung dan kami kehilangan kontak dengan teman-teman kami juga,” Jelas Bhorghat.

“Ceritakan berapa kekuatan satu prajurit metal dibandingkan dengan kekuatan satu raksasa?” tanya Bondowoso.

“Sepuluh kali lebih kuat dari satu species kami, gerakannya lebih cepat, efektif, dan mampu berpikir sendiri setelah diperintah?” jelas Bhorghat.

“Bagaimana bisa Bandung menjadi tuannya?” tanya Vharok.

Bhorghat melanjutkan, “Ah eh… itu kesalahanku, aku pikir untuk membantu Bondowoso eh kau dalam perjuanganmu, jadi aku beri tahu caranya memprogram satu prajurit metal.”

”Lalu dia mencobanya sendiri untuk prajurit metal lainnya, jadilah tiga prajurit metal yang bisa dikendalikan olehnya, sepertinya Bandung memang orang cerdas,” ucap Bhorghat.

“Lalu dia aku tunjukkan ke area lainnya, dia lalu berhenti dan berpura-pura mencari toilet sepertinya, tetapi aku tidak mengantarnya, ternyata dia balik lagi ke ruangan tadi,” tambah Bhorghat.

 “Lalu memerintahkan beberapa prajurit metal yang sudah diprogram tersebut diperintahkan untuk memrogram prajurit metal lainnya secara berkesinambungan yang ada di ruangan tersebut secara beruntun, kejadiannya begitu cepat,” jelas Bhorghat.

“Saat dia kembali, lima prajurit metal sudah bersamanya, menuruti kata-katanya, dan satu prajurit metal menawanku, kemudian Bandung mengambil Exo Armor, menghancurkan tempat tersebut, lalu menawan kepala penelitian kami, Vhendaar,” lanjut Bhorghat mengakhiri penjelasannya.

“Setara dengan berapa kekuatan Exo armor yang digunakan Bandung?” tanya Bondowoso.

“Sekitar seribu orang prajurit metal dengan kekuatan penuh,” jawab Bhroghat.

“Sial, sehebat itu,” Bondowoso tersenyum kecut.

*

“Nah kini kau sudah di ruangan yang lebih nyaman,” ujar Bandung kepada Vhendaar.

“Anakku akan mencariku,” kata Vhendaar.

“Oh ya? ha ha ha, kapan pun dia datang aku pasti siap ha ha ha,” jawab Bandung.

“Species… eh… bangsaku akan mencarimu!” ujar Vhendaar.

“Ooooh aku takuuuuut, silakan saja, mereka akan menemukanmu sudah tewas, jadi TUTUP MULUTMU!” bentak Bandung.

“Prajurit metal, awasi dia, jangan sampai melarikan diri dari ruangan ini” perintah Bandung kepada dua prajurit metal yang ada bersamanya.

“Siap Paduka Prabu Bandung,” jawab kedua prajurit metal bersamaan dengan suara mereka yang khas.

Kemudian Bandung keluar ruangan tersebut dan berjalan ke ruangan lainnya. Melintasi beberapa prajurit biasa dan prajurit metal.

Lalu sampai di ruangan makan istana, di sana telah duduk Loro Jonggrang disertai dua prajurit metal di kanan dan kirinya.

Pandangan Loro Jonggrang penuh kebencian saat Bandung duduk berseberangan di meja makan yang besar tersebut.

Hanya ada mereka berdua dengan makanan yang mewah ala kerajaan, daging, sayur, dan buah-buahan.

“Silakan dimakan makanan yang lezat-lezat ini putri,” ucap Bandung, lalu mengambil paha angsa yang besar dan lezat dan mengigitnya dengan lahap, ”Hmmm… ueeeenak.”

“Apa maksudmu, bersikap sok baik!” ucap Loro Jonggrang sinis.

“Hei… aku memang baik, buktinya aku membantu perjuangan Roro Jonggrang bukan?” Bandung berargumen.

“KAU PEMBUNUH AYAHKU!” Loro Jonggrang berteriak.

“Hei… hei… sabar, itu kecelakaan, aku panik dan tidak terasa menekan tombol senjataku, ya gara-gara ada orang yang menyerangku bukan? Kau tahu sendiri kejadiannya, aku tadinya hanya ingin menggertak saja, tetapi kini sudah terlanjur seperti itu, mau bagaimana lagi?” Bandung berargumen.

“Sebenarnya aku benar-benar tidak bermaksud untuk melakukan hal itu, yang kupikirkan adalah aku bisa menjadi raja tanpa membunuh raja, tetapi dengan cara lain, cuma saat itu aku belum terpikir cara lain itu apa?” tambah Bandung.

“Kau menawan ayahku dan membunuhnya!” teriak Loro Jonggrang.

“Itulah, karena aku belum tahu caranya, jadi aku menawan ayahmu, karena aku tahu Bondowoso sepertinya punya kekuatan yang hebat, aku belum bisa mengukur kekuatan Bondowoso sampai saat ini, jadi itu kulakukan, menawan ayahmu sebagai jaminan agar Bondowoso tidak macam-macam,” jelas Bandung.

“Tetapi kejadiannya di luar dugaan, dan berakhir seperti yang kau lihat, apa yang kau lakukan bila kau menjadi aku? Aku tahu aku ceroboh, maafkan aku,” Bandung berargumen dan persuasive  seperti memelas untuk mendapatkan pengertian dari Loro Jonggrang.

“Kau berambisi menjadi raja, oleh karena itulah hal ini terjadi, kenapa kau tidak membuatnya sendiri?” Loro Jonggrang sinis.

“Hmm… sepertinya boleh juga dengan membuatnya sendiri, tetapi aku tidak memiliki kekayaan untuk membayar orang agar patuh padaku, aku telah belajar bahwa kekayaan adalah kekuatan membuat orang lain patuh, ya ada kekuatan lain yang harus menyertainya selain kekuatan kekayaan,” ujar Bandung.

“Yaitu kekuatan fisik yang mampu mengalahkan semua orang, aku menemukan caranya dengan lebih mudah setelah mendapatkan kekuatan itu, dan akhirnya aku tahu bahwa walaupun kaya tetapi lemah dan tidak mampu mempertahankan dirinya,”

“Maka yang lemah akan dikalahkan oleh yang kuat, dan bukankah sah menjadi raja dengan membunuh raja, itu yang akan dilakukan Vharok, dan sebenarnya aku hanya mengambil kesempatan Vharok menjadi milikku!” jelas Bandung melanjutkan dengan bersemangat.

“Tanpa aku pun, ayahmu pasti mati di tangan Vharok!” teriak Bandung sembari menggebrak meja.

Loro Jonggrang terdiam. Tetapi mata kebencian tersirat kuat menatap Bandung tanpa kenal takut. Bandung berdiri dan berjalan mendekat ke arah Loro Jonggrang.

“Aku tawarkan hal terakhir agar kau masih tidak kehilangan kemewahan yang kau dapatkan selama ini,” Bandung memegang dagu dan pipi Loro Jonggrang secara bersamaan.

“APA?” tanya Loro Jonggrang dengan berteriak dan matanya tajam memandang Bandung.

Bandung melepaskan pegangannya dan bergerak ke arah lain dan membelakangi Loro Jonggrang.

“Kau akan menjadi permaisuriku, pikirkanlah, aku masih ingin berbagi kekuasaan ini kepadamu, sebagai tanda bahwa aku menyesal dan tidak bermaksud membunuh ayahmu,” ucap Bandung melunak tetapi terdengar jelas.

“Kau tidak perlu menjawabnya sekarang, tetapi aku juga tidak mau lama, besok sore kau harus punya jawaban di ruangan ini, prajurit metal, bawa dia kembali ke ruangannya,”  Bandung berkata dan sekaligus memerintahkan prajurit metal, lalu Bandung mulai berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

“Tunggu!” Loro Jonggrang mendadak berkata, sembari meronta dari pegangan dua prajurit metal memegangi tangannya.

Bondowoso berbalik arah, lalu memberikan tanda kepada prajuirt metal untuk melepaskan pegangannya ke Loro Jonggrang.

“Apa?” tanya Bandung.

“Kau tidak usah menunggu besok, aku punya persyaratan,” ucap Loro Jonggrang.

“Katakan,” pinta Bandung semakin bergerak mendekati Loro Jonggrang.

“Aku akan menjadi permaisurimu bila kau dapat membuatkanku seribu candi dalam waktu satu malam saja di area Prambanan, area lembah bawah Candi Istana Baka ini, bila ada ayam berkokok, maka kau gagal, kau harus menyerahkan kekuasaanmu kepadaku dan kau harus pergi dari sini dan jangan kembali lagi!” ujar Loro Jonggrang memberikan persyaratannya.

“Baik besok akan aku lakukan,” Bandung mengiyakan.

“Tidak, harus mulai malam ini!” Loro Jonggrang menolak.

“Hm… kau memaksakan keberuntunganmu!” Bandung menatap tajam ke Loro Jonggrang.

“Baiklah malam ini!” lanjut Bandung percaya diri.

“Prajurit metal, bawa dia ke ruangannya!” perintah Bandung kepada dua prajurit metal tersebut.

*

Pikatan berlarian dengan terengah-engah mencapai tempat persembunyian sementara.

Lalu bertemu dengan Vharok dan Bhorghat di salah satu sudut ruangan.

“Ada berita unik! Heh…heh…heh…” kata Pikatan sembari mengatur napas.

“Berita unik apa?” tanya Bondowoso keluar dari ruangan disusul oleh Roro Jonggrang.

“Sepertinya Bandung sedang membuat geger penduduk di area lembah Prambanan, katanya dia menebang banyak pohon di area lembah di bawah kaki bukit candi istana Baka, dan isu yang terdengar, dia akan membuat sumur yang besar, tetapi untuk apa aku belum tahu,” ujar Pikatan.

“Sumur yang besar? Hmm… iya berita aneh, ada baiknya aku mencari tahu apa yang terjadi?” ujar Bondowoso.

“Jangan!” Roro Jonggrang keberatan.

“Pusat perhatian Bandung tidak ke istana lagi, aku yakin bisa menghadapi android … eh… prajurit metal tersebut,” jelas Bondowoso.

“Sepertinya memang ini kesempatan yang bagus, siapa tahu Loro Jonggrang dan ibuku disekap di sana, aku ikut,” ujar Vharok.

“Serius?” Bhorghat sangsi.

“Tentu saja,” jawab Vharok.

“Baiklah, berarti Bhroghat dan Pikatan di sini saja berjaga-jaga,” pinta Bondowoso.

“Baiklah, hati-hati ya, Bandung memiliki seratus prajurit metal, dan itu bukan hal yang remeh,” Bhorghat menambahkan.

“Ya, aku akan berhati-hati, ayo Vharok,” ajak Bondowoso.

“Ayo, silakan duluan,” ujar Vharok.

“Baiklah,” lalu Bondowoso berlari dengan cepat, namun sudah memperkirakan kemampuan Vharok, sehingga Vharok pun dapat berlari mengikuti kecepatan Bondowoso.

“Ada baiknya kita berlari memutar, menghindari area lembah di kaki Istana Baka, sebab sepertinya Bandung ada di sana,” Bondowoso menyarankan ke Vharok sembari berlari dengan kecepatan yang sama berdampingan dengan Vharok.

“Baiklah, memang sebaiknya begitu, aku tahu area yang lebih cepat, ikuti aku,” ujar Vharok lalu berlari mendahului untuk menunjukkan area yang dimaksud.

Dalam waktu singkat mereka telah sampai di area istana Baka. Mereka mengendap-endap. Bondowoso berhenti sejenak lalu berkata,”Night Scan mode on, find artificial smart life form.”

“Sebanyak 20 Prajurit metal menjaga istana, sepertinya sebagian besar mungkin bersama Bondowoso, dan paling banyak berada di dua tempat, masing-masing enam di suatu ruangan dalam istana area paling kanan dan area paling kiri, sepertinya ibumu ada di area paling kanan, karena terlihat sangat tinggi,” ucap Bondowoso.

“Bagaimana kau tahu?” tanya Vharok.

“Eh oh dengan teknologi kurang lebih seperti yang dimiliki oleh para raksasa,” jawab Bondowoso.

“Jika aku menuruti ibuku, tentu aku bisa menjadi lebih hebat dan cerdas, buktinya Bandung yang manusia biasa juga ternyata bisa hebat bila dengan memanfaatkan alat-alat buatan raksasa,” ucap Vharok terlihat menyesal.

“Tak perlu disesali, hal ini akan membuatmu jauh lebih dewasa dan lebih bijak di masa depannya,” jawab Bondowoso.

“Terima kasih, aku juga berharap demikian,” jawab Vharok.

“Kita selamatkan dulu ibumu, ayo kita ke area sisi kanan istana dan mencari ruangan tersebut, ikuti aku,” Bondowoso lalu bergerak lebih dulu, diikuti oleh Vharok.

“Nah, sumur untuk kebutuhan air untuk membuat seribu candi sudah jadi, kuberi nama sumur ini sumur Jolotundo,” Bandung berkata pada Wanara yang tidak jauh dari situ sedang mengawasi prajurit metal lainnya.

“Nama yang bagus gusti prabu,” Wanara memuji.

“Prajurit metal, berbaris persepuluh di depanku!” teriak Bandung.

Dengan cepat sebanyak delapan puluh prajurit metal yang telah meratakan dan menebang pohon dengan sangat cepat berkumpul di depan Bandung.

“Aku akan menunjuk satu prajurit metal, dan dia akan menjadi pemimpin untuk membuat candi, sepuluh prajurit metal paling depan bertanggung jawab pada tiap seratus candi, dan prajurit metal dibelakangnya, harus mengikuti perintah prajurit metal yang paling depan,” Bandung berkata sembari memandang barisan prajurit metal yang ada di depannya.

“Ini bentuk area candi dari tampak depan, samping, dan atas, kuambil dari gambar yang ada di istana Baka, entah siapa yang menggambarnya, tetapi kulihat sangat bagus, gunakan gambar ini sebagai acuan,” lalu Bandung memberikan kepada salah satu prajurit metal yang ada di sana.

“Silakan diingat bentuk gambarnya setelah selesai mengingatnya, segera berikan ke prajurit metal kepala yang aku tunjuk lainnya, lalu pembangunan candi dimulai dari area sana dan buat berjejer di belakangnya sampai jadi seratus candi.

Prajurit metal berikutnya mengerjakan area yang di samping kanannya lagi dan membangun seratus candi ke belakangnya, begitu seterusnya sampai prajurit yang paling depan yang terakhir” tambah Bandung.

“Dan waktu kita hanya sampai saat ayam berkokok, maka kalian harus berhenti tanpa perlu aku perintahkan lagi dan diam sampai matahari pagi benar-benar telah terbit di ufuk timur, laksanakan!” perintah Bandung sembari menunjuk area yang dimaksud.

“SIAP LAKSANAKAN GUSTI PRABU BANDUNG!” prajurit metal sebanyak delapan puluh tersebut menjawab secara bersamaan.

Lalu dengan cerdasnya para prajurit metal itu melakukan apa yang diperintahkan oleh Bandung sesuai persis dengan perintahnya tanpa kebingungan.

“Wanara bagaimana menurutmu?” tanya Bandung kepada Wanara yang ada di sampingnya.

“Luar biasa, kenapa para raksasa bodoh itu tidak menggunakan prajurit metal untuk membantu penelitian mereka?” jawab Wanara dengan kagum.

“Terkadang ada beberapa orang yang memiliki suatu alat, tetapi tidak mengeksplorasi alat tersebut untuk kebutuhan mereka,” jawab Bandung.

“Mereka tidak tahu bahwa sesuatu tersebut sangat berharga tetapi dianggap biasa saja, sampai sesuatu yang dianggap tidak berharga tadi hilang dari tangan mereka, barulah mereka sadar bahwa sebenarnya sesuatu yang sebelumnya mereka anggap tidak berharga tadi ternyata sangat berharga sekali,” jelas Bandung.

“Benar sekali gusti,” jawab Wanara.

“Bagaimana dengan istana dan tawanan kita?” tanya Wanara.

“Satu orang memang tawanan, tetapi satunya, bakal calon permaisuriku, prajurit metal akan menjaga mereka dengan baik, bila kau khawatir, kau boleh menjaga di sana, aku di sini saja, aku percaya padamu,” jelas Bandung.

“Baiklah paduka prabu, ada baiknya saya ke istana Baka saja,” jawab Wanara, lalu memberikan salam Om Swastiastu dan segera pergi dengan berlari cepat ke istana Baka.

*

“Ah hebat sekali kau, sudah mulai mendekati area di mana ibuku ditawan dan kita belum kepergok sama sekali dengan prajurit metal,” puji Vharok.

“Dengan bantuan mapping area technology yang ada di tubuhku, maka kita bisa sampai sejauh ini, ya tanpa bertemu dengan prajurit metal, bukanlah suatu keberuntungan,” Bondowoso menjelaskan.

“Kini kita tidak bisa menghindari pertarungan, ada tiga prajurit metal di sana, dan tiga lagi di sana, sepertinya prajurit metal ini punya kemampuan mendeteksi gerakan dan suara di sekitar mereka, dan juga pasti sudah diperintah untuk membunuh siapa pun yang memasuki ruangan di mana ibumu ditahan,” ucap Bondowoso.

“Kemampuanku akan kalah jauh dengan prajurit metal ini, tetapi demi ibuku, aku siap bertarung,” ucap Vharok dengan semangat.

“Nah itu baru semangat,” puji Bondowoso lalu bergerak mendekati area di mana Vhendaar berada.

Prajurit metal yang di area Vhendaar yang semula diam mendadak bergerak. Mereka melihat kedatangan Bondowoso dan Vharok.

“Berhenti!” prajurit metal mengingatkan.
Bondowoso yang berada di depan, Vharok tidak berhenti mendekati mereka.

Mendadak salah satu prajurit metal menembakkan energi sinar yang muncul dari tangannya.

ZHIEEENG!

BLAAAR!

Sinar tersebut mendadak mental karena dikibaskan oleh tangan Bondowoso yang tubuhnya seperti diselimuti oleh energi pelindung.

Lalu dengan cepat Bondowoso melompat ke arah  satu prajurit metal yang di sebelah kanan dan segera memukulkan wajah prajurit metal tersebut dengan kerasnya sehingga kepalanya penyok dan mengeluarkan bunyi listrik yang konslet.

Kemudian menarik tangan prajurit metal yang konslet tadi dan menggunakannya sebagai senjata untuk dibenturkan ke prajurit metal satunya yang mulai berlari dengan cepat mendekatinya.

KRAAAAAAASK!
Bunyi benturan terjadi dengan kuat, dua prajurit mendadak konslet, satu prajurit lainnya melompat dan melakukan pukulan dengan cepat ke arah Bondowoso.

Dengan lebih cepat Bondowoso menyusulnya dan melakukan pukulan lebih cepat lagi ke arah dada prajurit metal, sehingga dada prajurit metal berlobang dengan tangan Bondowoso menembus tubuhnya.

Prajurit metal ketiga ini langsung roboh dan bergerak seperti kelojotan karena konslet dan tidak ada energi listrik yang mengalir.

“Wuah tak kukira kau sehebat itu, untung kau tidak mengeluarkan semua kemampuanmu saat melawanku” puji Vharok.

“Aku lebih menghargai makhluk hidup organik, android… eh prajurit metal, bukan makhluk organik, kalo bisa aku mengharapkan lawanku makhluk organik itu untuk sadar, jadi menghancurkan lawan organik akan jauh dari pikiranku” jawab Bondowoso.

Tiga prajurit metal lainnya datang dan secara berbarengan menyerang Bondowoso.

Hal ini membuat Bondowoso menghindar dan segera mendorong Vharok ke belakangnya.

Prajurit metal ini ada yang berhasil menyarangkan pukulan ke dada
Bondowoso.

BLUUGH!
Pukulan tersebut membuat Bondowoso mundur beberapa langkah. Tendangan dua prajurit metal secara bersamaan mengenai perut Bondowoso. Hal ini membuat Bondowoso terjengkang jatuh ke lantai.

Vharok mengetahui hal ini segera menyarangkan pukulan ke salah satu prajurit metal.

Akan tetapi, dengan mudah pukulannya ditepis dan kemudian tangan Vharok dipegang dan ditarik untuk mengangkat tubuh Vharok ke atas lalu dilemparkan ke arah dinding.

BRUUUUGH!

Vharok menghantam dinding dengan kerasnya, lalu seberkas energi yang keluar dari salah satu prajurit metal menyusul.

SRAAAAAAATH!

BRUUUUUUESH!

Kali ini Vharok sempat menghindar, namun saat dia menoleh melihat dinding yang terkena energi itu berlubang sangat besar dan mengenai area di mana Vhendaar disekap, sehingga memberinya pintu akses ke area tersebut, Vharok segera berlari ke area tersebut.

Salah satu prajurit metal bergerak cepat mengejar Vharok dan tahu-tahu sudah berada di depannya.

Akan tetapi, sekelebat sosok yang lebih cepat lagi mendadak menghantam salah satu prajurit tersebut sehingga tubuh prajurit metal mendadak hancur dan menabrak dinding batu istana.

Ternyata sosok itu adalah Bondowoso.

“Cepat kau ke tempat ibumu!” teriak Bondowoso.
Mendadak Bondowoso terjengkang karena kepalanya terpukul oleh salah satu prajurit metal.

Kemudian saat terjengkang belum sampai jatuh ke lantai tendangan prajurit metal lainnya membuatnya terlempar membentur dinding istana dan merobohkan dinding tersebut karena benturan tersebut.

Belum sempat Bondowoso berdiri salah satu prajurit metal telah berdiri dan berada di depannya dan melakukan tendangan dari atas ke arah kepala Bondowoso yang masih berada di lantai sedang duduk dan berusaha berdiri.

Tendangan tersebut ditahannya, namun tendangan dari satu prajurit metal lainnya mengarah ke arah dada tidak dapat ditahannya. Akibatnya, tendangan itu dengan telak mengenai pinggang kiri Bondowoso. Bondowoso sekali lagi terlempar jauh mengenai dinding area lainnya.

Dinding tersebut langsung runtuh. Salah satu prajurit metal mulai mengejarnya lagi dan prajurit metal tersebut memukul ke arah wajah Bondowoso.

Kali ini Bondowoso segera berdiri dan menyambut pukulan tersebut, dengan melakukan tolakan dengan tangan kirinya lalu mencengkeram lengan tangan kanan prajurit metal dan tangan Bondowoso satunya diletakkan di bawah tangan kanan prajurit metal yang terpegang tadi.

Lalu tangan kanan Bondowoso menghantam dengan cara menyilangkan pukulannya dengan cepat.

PRAAAAAKH!

Lengan kanan prajurit metal tersebut putus, lalu tangan kanan Bondowoso bergerak lagi memukul wajah prajurit metal tadi dengan cepat sehingga kepalanya hancur.

Di saat yang bersamaan wajah Bondowoso juga terpukul oleh prajurit metal lainnya yang sudah berada di depannya juga.

BRUAAAAKH!

Bondowoso terhuyung-huyung mundur, saat tendangan dari prajurit metal lainnya menyusul dan mengenainya dengan telak pula.

BLEEEEGH!

HEEEKH!

Bondowoso terhempas ke belakang.

Sekelebat dia sempat melihat Vharok berhasil membawa keluar Vhendaar dari ruang sekapannya.

Satu prajurit metal segera mengejar Vharok dengan cepat dan berhasil memegang leher Vharok dari belakang.

Lalu tangan prajurit metal tersebut dihantamkan ke arah kepala Vharok dari belakang.

KRAAAAAAAKH!

Kepala prajurit metal tersebut hancur, karena dengan timing yang pas Bondowoso berhasil menyusul dan menghancurkan kepala prajurit metal tersebut.

Vharok bernapas lega, segera saja dia menarik lengan dan membawa ibunya menjauhi area tersebut.

Prajurit metal satunya mengejar Vharok, tetapi Bondowoso dengan sigap segera menghadang dan melancarkan pukulan tepat di area dada prajurit metal tersebut sampai berlobang.

Tangan Bondowoso menembus tubuh prajurit metal tersebut, lalu ditariknya dengan cepat.
Secara perlahan prajurit metal tersebut jatuh ke lantai berkelojotan karena aliran listriknya konslet.

BRUUUGH!

Bondowoso segera berlari ke luar menyusul Vharok. Setelah berada di area luar.

“Sebaiknya kau ke tempat persembunyian kita, bersama ibumu, aku akan segera balik untuk menyelamatkan Loro Jonggrang,” ucap Bondowoso.

“Baiklah, terima kasih dengan bantuanmu, ayo Bu!” jawab Vharok lalu bergegas menggandeng Vhendaar untuk ke tempat persembunyian mereka selama ini.

Bondowoso segera berlari dengan cepat kembali ke istana Baka dan sasarannya kali ini adalah ke area di mana Loro Jonggrang berada.

“Flight mode on,” kata Bondowoso.

Mendadak tubuhnya melayang dan bergerak terbang ke area Loro Jonggrang berada.

Setelah hampir berada di area yang dimaksud, ”Stealth mode on,” sehingga tubuh Bondowoso mendadak menghilang.

Bondowoso dengan leluasa memasuki ruangan di mana Loro ditempatkan.

Kemudian setelah di dalam,”Stealth mode off,” dan tubuh Bondowoso mulai tampak lagi.

Hal ini mengejutkan Loro Jonggrang.

“Bondowoso? Bagaimana kau bisa berada di sini?” tanya Loro Jonggrang kaget.

“Ssssst… aku menggunakan ilmu menghilangku,” ujar Bondowoso menjelaskan.

“Uooh baiklah,” ucap Loro Jonggrang.

“Hamba ke sini untuk membawa gusti putri untuk ke tempat aman bersama teman-teman yang lain,” ucap Bondowoso.

“Aku tidak mau ikut,” kata Loro Jonggrang.

“Kenapa?” tanya Bondowoso.

“Aku akan di sini menunggu Bandung untuk memberi kabar tentang permintaanku mendirikan seribu candi dalam waktu terbatas, dimulai tadi sore sampai ayam berkokok besok,” jelas Loro Jonggrang.

“Buat apa gusti putri membuat permintaan?” Bondowoso penasaran.

“Dia ingin menjadikanku permaisuri, dan aku yakin dia tidak bakalan mampu melakukannya,” jawab Loro Jonggrang.

“Tidak mampu melakukannya? Gusti putri tidak melihat betapa saktinya dia, dia punya banyak prajurit metal yang bergerak sangat cepat dan pandai, sepertinya dia akan berhasil,” jelas Bondowoso.

“Prajurit metal? Bergerak cepat?” tanya Loro Jonggrang.

“Eh… eh… Jin, dia… Bandung sangat sakti, dia mempunyai prajurit jin yang membantunya dan mampu membuat permintaan putri menjadi kenyataan dengan waktu yang sangat cepat,” jelas Bondowoso dengan  menyesuaikan versi pemikiran masa itu.

“Pada saat kita berbicara ini, mungkin sudah tiga ratusan candi sudah jadi!” tambah Bondowoso.

“Aduh, bagaimana ini?” mendadak Loro Jonggrang panik.

“Begini saja, gusti putri ikut hamba saja dulu, nanti kita akan cari solusinya,” ucap Bondowoso.

“Aku seorang putri, dan kata-kataku adalah hukum, sama seperti raja, apa pun yang terjadi aku akan tetap di sini,” kata Loro Jonggrang.

“Walaupun gusti putri salah perhitungan?” Bondowoso menyela.

“IYA!” Loro Jonggrang terlihat marah dan putus asa.

“Apakah gusti putri tetap akan mau menjadi permaisurinya walaupun Bandung adalah pembunuh ayahanda gusti?” tanya Bondowoso mencoba mengubah keputusan Loro Jonggrang.

“I… iya,” suara Loro Jonggrang melemah dan terlihat sangat putus asa.

“Ka… karena ini cara terbaik untuk menghentikan dia, karena bila dia gagal, maka dia harus meninggalkan kerajaan ini,” lanjut Loro Jonggrang menjelaskan.

“Hm… begitu perjanjiannya?” Bondowoso sekarang mengerti.

Sementara itu Wanara baru saja mencapai istana. Dia segera berlari ke area tempat Vhendaar disekap.

Dia kaget, tempat tersebut berantakan, 6 prajurit metal berserakan tidak berfungsi.

Vhendaar sudah tidak di sana. Segera saja Wanara berlari ke area Loro Jonggrang.

Dia lega, keadaan normal-normal saja dan segera melihat ke area di mana Loro Jonggrang berada. Sesampainya di sana Wanara mengintip dari lobang yang ada ke dalam ruangan.

CLEKH.

Wanara membuka pintu ruangan tersebut. Dia melihat Loro Jonggrang masih berada di sana. Wanara merasa lega.

“Ada apa?” tanya Jonggrang.

“Tidak apa-apa, hanya memeriksa saja,” jawab Wanara.

“Keluar! Atau kau akan kulaporkan kepada Bandung!” Loro Jonggrang mengancam.

“Baik gusti putri, maaf,” jawab Wanara kalem, lalu keluar dari ruangan tersebut dan menguncinya lagi. Dia melihat kepada enam prajurit metal yang siaga di tempatnya masing-masing.

“Aneh, kenapa Loro Jonggrang tidak diselamatkan? Apakah kelompok raksasa itu yang melakukannya untuk menyelamatkan ibunya Vharok dan tidak peduli dengan Loro Jonggrang?” gumam Wanara sendirian.

Kemudian Wanara segera berlari kepada sekumpulan prajurit-prajurit kerajaan Baka.

“Stupo di mana kau!” teriak Wanara.

“Di sini gusti!” dengan tergopoh-gopoh Stupo mendatangi Wanara dari pos penjagaan di seberang taman.

“Siapkan 300-an prajurit untuk menjaga area sekitar Loro Jonggrang berada, segera!” perintah Wanara.

“Baik gusti, laksanakan!” jawab Stupo.

”Hei kalian, segera lipatgandakan dan ketatkan pengawasan fokus di area Loro Jonggrang berada, tetapi jangan terlalu dekat dengan para prajurit metal, segera!” perintah Stupo.

“Baik gusti,” jawab mereka serentak.

Lalu sekitar tiga ratusan prajurit Baka mendekati area Loro Jonggrang tetapi tetap menjauh dari prajurit metal yang ada di sana. Setelah melihat hal tersebut, kini Wanara berlari ke luar area istana Baka, dia berlari entah ke mana.

“Berapa banyak yang sudah jadi?” tanya Bandung kepada prajurit metal yang ada di barisan paling kanan.
“Empat puluh candi persatu barisan gusti, yang lainnya sedang dibangun!” jawab prajurit metal tersebut.

“Rata-rata per tim telah menyelesaikan 40 candi, dikali 10 tim, sudah sekitar 400-an,” gumam Bandung.

“Berapa waktu yang tersisa sampai pagi?” tanya Bandung kepada salah satu prajurit metal.
“Masih banyak gusti, sekarang masih hampir tengah malam, tidak sampai matahari pagi bersinar sebelum ayam berkokok, kami proyeksikan seribu candi akan selesai tepat waktu,” jawab prajurit metal tersebut.

“Bagus, kalau bisa percepat lagi kerja kalian!” perintah Bandung.

“Baik gusti, optimumkan kecepatan kita!” ujar prajurit metal.

“Kecepatan di-optimumkan!” jawab semua prajurit metal bersamaan.

*

“Jadi permaisurinya Bandung?” teriak Roro Jonggrang dengan sengit setelah mendengar berita dari Bondowoso.

“Benar, kita harus mencari solusi agar hal ini tidak terjadi,” ucap Vharok.

“Kakakmu sepertinya suka mengambil risiko,” kata Bondowoso.

“Ya, persis seperti ayahku, berani mengambil risiko, mungkin karena itulah ayahku berhasil,” Roro Jonggrang menambahkan.

“Dan mungkin juga karena itu kakakmu juga akan berhasil,” ucap Vhendaar.

“Matahari pagi hari akan menjelang dalam waktu enam jam lagi,” Bhorghat bergumam.
“Ada baiknya kita serang dia, hal ini akan memperlambat pembangunan candi-candi itu!“ Vharok memberikan usulnya.

“Dengan 80 prajurit metal? Sepertinya hanya Bondowoso yang mampu melawan, kita hanya akan menyerahkan nyawa saja skrieeech,” ujar Garudeva.

“Ada baiknya kita sabotase pembuatan candinya,” ujar Pikatan.

“Sepertinya itu memungkinkan dengan cara itu, kita bisa sembunyi dan merusak beberapa candi yang telah jadi,” Bhorghat sepertinya setuju.

“Sama saja, kalau ketahuan, kita pasti habis oleh prajurit-prajurit metal tersebut,” ujar Vharok.

“Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan, sebab di sini saja juga tidak akan mengubah keadaan,” ucap Pikatan.

Semuanya terdiam merenung dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, mencari solusi yang memungkinkan.

“Coba ucapkan lagi apa yang dikatakan oleh Loro Jonggrang,” kata Vhendaar memecahkan kesunyian.

“Aku akan di sini menunggu Bandung untuk memberi kabar tentang permintaanku mendirikan seribu candi dalam waktu terbatas, dimulai tadi sore sampai ayam berkokok besok,” kata Bondowoso menirukan apa yang telah dikatakan Loro Jonggrang.

“Sepertinya sudah jelas bukan? Dan aku pikir Bandung pasti bisa membuat seribu candi tersebut, prajurit metal dirancang menjadi sangat efektif dan efisien dalam melakukan tugasnya, semakin mereka berpengalaman, semakin cepat kerjanya” Bhorghat menjelaskan.

“Aaaah pusing, ada baiknya kita makan malam dulu, kita sampai terlambat makan malam, malah nanti kita semua sakit,” ujar Pikatan.

“Iya, ada baiknya kita makan dulu, masakan Roro Jonggrang sangat enak dan kita belum menyentuhnya sama sekali skrieeeeech,” kata Garudeva.

Mereka segera menyiapkan hidangan yang telah dibuat oleh Roro Jonggrang.

Dan dengan segera mereka menyantap makanan tersebut dengan lahap. Namun, tidak ada yang bersuara, seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Sampai besok saat ayam berkokok,” gumam Pikatan memecahkan suasana.

“Apakah pagi hari selalu ayam yang berkokok? Di tempatku makhluk sejenis musang yang paling ribut bercericit,” tandas Garudeva.

“Nah itu dia benar sekali!” ujar Bondowoso.

“Apanya yang benar?” tanya Bhorghat.

“Dengarkan, Loro Jonggrang berkata bahwa sampai besok, ditandai dengan ayam berkokok!” jelas Bondowoso.

“Iya, lalu kenapa?” tanya Vharok.

“Bukankah kita bisa meniru suara ayam berkokok?” jelas Bondowoso.

“Aaaaaaah ide yang bagus, bunyi suara ayam didengarkan kepada Bandung sebagai tanda bahwa hari sudah pagi, pertanda waktu telah habis!” Vhendaar menegaskan.

“Ha ha ha mengerti sekarang, tidak disebutkan berapa lama tepatnya, Loro Jonggrang hanya berkata waktu habis setelah ayam berkokok. Jenius!” puji Bhorghat.

“Perut kenyang membuat pikiran lebih tenang ha ha ha!” celetuk Vharok.

“Siapa yang bisa meniru suara ayam berkokok dengan bagus?” tanya Pikatan.

Semua mendadak memandang Garudeva.

“Baik, baiklah, aku memang bisa skrieeeeech!” kata Garudeva.

“Nah, sekarang yang kita butuhkan adalah merekam suara Garudeva dan menyebarkannya ke titik-titik tertentu, sehingga suaranya bisa sangat alami,” cetus Bondowoso.

“Merekam suara?” tanya Pikatan.

“Ya, aku bisa merekam suara, dalam tubuhku ada perekam suara, dan mulutku bisa memutarnya lagi dengan sempurna,” jawab Bondowoso.

“Kesaktian yang aneh? Darimana kau dapat kesaktian aneh-aneh seperti itu?” tanya Pikatan.

HA HA HA HA HA HA

Semuanya tertawa. Kali ini mereka sangat gembira dan makan lebih lahap lagi.

“Serius…ah baiklah terserah kalian, kini bagaimana caranya menyebarkan ke titik-titik tertentu?” ujar Pikatan di sela-sela tawa mereka.

“Ah itu dia, sepertinya hanya Bondowoso yang mampu melakukannya, karena hanya dia yang punya alat perekam dan pemutarnya,” jelas Vhendaar.

“Tetapi yang aku butuhkan adalah menciptakan suasana pagi, perlu sinar terang seperti matahari akan terbit, hal ini akan sangat dibutuhkan agar lebih menyakinkan,” Bondowoso menerangkan.

“Serahkan padaku,” ujar Garudeva

“Aku akan membantumu,” ujar Vharok.

“Aku akan membantumu juga,” ucap Bhorghat.

“Baiklah, aku akan menyiapkan makanan sampai kalian selesai dengan misi ini, aku rasa kalian akan sangat lapar,” ujar Vhendaar.

“Aku akan membantumu,” cetus Roro
Jonggrang sembari melihat Vhendaar.

“Aku juga akan membantumu,” kata Pikatan sembari melihat ke Roro
Jonggrang lalu ke Vhendaar.

HA HA HA HA HA
Semua tertawa mendengar dan melihat ulah Pikatan.

*

Wanara berlari dengan terengah-engah, dia hampir sampai ke area di mana Bandung berada.

“Gila, sudah ratusan candi yang berdiri,” Wanara kagum dan tercengang melihat ratusan candi telah dibangun, padahal menurutnya dia belum lama meninggalkan area tersebut, paling sekitar 5 jam saja bolak-balik dengan berlari cepat.

Setelah mendekati Bandung. Wanara berhenti dan minum sejenak di tempat kendi yang tersedia di sana. Setelah mulai bisa bernapas sedikit normal karena berlari jauh.

“Kenapa kau tidak menunggang kuda?” tanya Bandung.

“Areanya masih belum nyaman untuk dinaiki kuda, gusti. Jadi, kuda akan tetap lambat, aku sudah belajar ilmu lari cepat, jadi akan lebih cepat dari kuda,” ucap Wanara.

“Benar, tetapi tenagamu tidak sekuat kuda, walaupun kau belajar ilmu lari cepat, tetap akan capai,” jelas Bandung.

“Benar gusti, gusti ada yang akan hamba sampaikan,” ujar Wanara.

“Katakan!” ucap Bandung.

“Ibunya Vharok kabur!” ucap Wanara.

“APAAAA!” lalu mendadak Bandung mencengkeram baju Wanara dan mengangkat tubuh Wanara dengan sangat ringan bagaikan kapas saja.

“Tung… tunggu gusti, tetapi Loro Jonggrang tetap ada di ruangannya!” teriak Wanara mencoba menenangkan Bandung.

Sepertinya ucapan Wanara membuat Bandung mulai melunak dan meletakkan Wanara kembali ke tanah.

“Bagus, berarti dia masih di sana, itu yang paling penting, dan bagiku, ibunya Vharok untuk sementara ini bukan tujuan utama walaupun aku tahu dia tawanan yang berharga,” Bandung berkata memandang ke Wanara.

“Sepertinya enam prajurit metal telah hancur gusti, kemungkinan besar pelakunya adalah kelompok Vharok yang ingin ibunya kembali,” jelas Wanara.

“Tidak mungkin, satu prajurit metal setara dengan kekuatan sepuluh raksasa, sedangkan Vharok hanya setengah raksasa, dia tidak sekuat itu, kemungkinannya cuma satu,” jelas Bandung.

“Bondowoso?” tanya Wanara.

“Dia sangat kuat, aku bahkan belum tahu kekuatan dia yang sesungguhnya, tetapi melawan delapan puluh prajurit metal secara bersamaan? Ada kemungkinan besar dia akan kalah,” gumam Bandung.

“Aneh kenapa hanya Vharok saja yang diselamatkan oleh Bondowoso? Apakah dia telah terluka oleh prajurit metal? Lalu memutuskan menyelamatkan Loro Jonggrang kemudian?” gumam Bandung.

 “Mungkin saja begitu gusti,” Wanara membenarkan.

“Sepertinya waktu sudah melewati tengah malam, sekarang sudah memasuki pagi hari, berapa yang sudah selesai candinya gusti?” tanya Wanara.

“Sangat mudah, kau lihat barisan candi depan sebelah sana? Nah dari situ dihitung ke belakang, sudah 99 candi, kalikan sepuluh lagi, jadi sebanyak 990-an, sisanya sedang dalam proses pembuatan…”

“… paling-paling tidak lama lagi akan selesai, Loro Jonggrang pasti akan kalah dalam taruhan ini ha ha ha!” kata Bandung dengan sangat percaya diri.

“Baiklah sepertinya segera kau jemput Loro Jonggrang untuk menyaksikan seribu candi sesuai permintaannya, kali ini gunakan kuda, dan bawa prajurit metal sisanya ke sini ya” perintah Bandung kepada Wanara.

“Baik gusti, hamba berangkat,” jawab Wanara dan segera bergegas ke istana Baka.

Bandung melihat Wanara mengendarai kuda menjauh dari area tersebut. Lalu segera berjalan mendekati salah satu prajurit metal,”Tinggal berapa candi lagi yang kurang?”

“Sekitar dua lagi gusti prabu,” jawab prajurit metal yang ditanya tersebut.

“Ha ha ha ternyata mudah sekali memujudkan permintaan Loro Jonggrang ini ha ha ha,” Bandung tertawa penuh kemenangan.

KUKURUYUUUUUUUUUUK!

Suara kokok ayam jantan memecahkan kesibukan prajurit metal. Bandung tertegun dan tidak percaya dengan suara tersebut.

KUKURUYUUUUUUUUUUK!
Suara kokok ayam jantan terdengar lagi di area lainnya. Kali ini prajurit metal benar-benar berhenti bekerja. Lalu cahaya seperti mentari pagi muncul sangat terang di arah timur.

Di area timur tersebut Garudeva, Vharok, dan Bhorghat sedang sibuk membakar hutan, sehingga cahayanya cukup terang sehingga mirip sinar matahari pagi bila dilihat dari kejauhan.

KUKURUYUUUUUUUUUUK!

Suara kokok ayam jantan terdengar lagi di area lainnya. Kali ini prajurit metal melangkah menjauhi area pembangunan candi.

KUKURUYUUUUUUUUUUK!

Suara kokok ayam jantan ini dilakukan oleh Bondowoso. Setelah selesai menyuarakan ayam jantan berkokok.

Lalu Bondowoso dengan sangat cepat berlari ke posisi baru dan memutar suara ayam berkokok lagi yang muncul dari mulutnya.

KUKURUYUUUUUUUUUUK!

“KEMBALI BEKERJA!” perintah Bandung kepada  para prajurit metal tersebut.

Tetapi para prajurit metal tetap diam.

“KEMBALI BEKERJA CEPAAAAT!” Perintah Bandung kepada  para prajurit metal tersebut lagi. Tetapi para prajurit metal tetap diam.

KUKURUYUUUUUUUUUUK!

Suara kokok ayam jantan ini dibunyikan lagi oleh Bondowoso dengan berlarian sangat cepat di beberapa tempat.

 “KEMBALI BEKERJA!” perintah Bandung sembari mengeluarkan pistol canggihnya yang didapat dari Bondowoso lalu menembakkan ke sekelompok prajurit metal yang ada di satu tempat.

ZAAAAAAAAP

PYAAAAAAAAAAAAASH!

Prajurit metal yang terkena langsung hancur menjadi abu. Tetapi hal tersebut tidak membuat mereka kembali bekerja.

Para prajurit metal tersebut diam semuanya. Dengan geram Bandung turun ke arah kerumunan prajurit metal  tersebut, sambil memasukkan senjata milik Bondowoso dan menset-nya dari Disintegrate ke Stone lagi.

“AYO BEKERJA LAGI!” Ditariknya lengan salah satu prajurit metal tersebut sehingga putus. Prajurit metal yang tangannya putus tadi tetap diam.

Dipukulnya prajurit metal tadi. Prajurit yang terkena pukulan tersebut langsung hancur wajahnya dan jatuh berkelojotan. Tidak puas dengan itu.

Bandung segera memukul dan menendang prajurit metal yang lainnya tetapi mereka diam sehingga banyak prajurit metal yang hancur terkena amukan Bandung.

Setelah matahari yang sesungguhnya mulai bersinar.

Bandung merasa lelah dan akhirnya berhenti, Bandung telah membuat 36 prajurit metal hancur oleh ulahnya sendiri.

Bandung berdiri di tengah gelimpangan prajurit metal, menengadah ke atas.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARGH!” teriak Bandung menumpahkan kekesalannya.

Bandung terdiam, sementara suara ayam jantan berkokok bersahutan semakin terdengar jelas seperti mendekati area tersebut.

Di antara kepulan asap, potongan kayu-kayu, rongsokan prajurit metal, dan di antara candi-candi yang sudah berdiri megah muncullah Loro Jonggrang yang dikawal oleh Wanara.

Wanara di samping Loro Jonggrang, bengong melihat tumpukan prajurit metal yang bergelimpangan, tetapi melihat mata Bandung yang memerah menahan marah, Wanara mendadak enggan untuk menanyakan apa yang telah terjadi.

Loro Jonggrang turun dari kereta kudanya dengan sangat anggun dan berwibawa.

bersambung....


Cerbung ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 2 Nomor 6 Juni 2017 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa


“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau 
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”

AN1MAGINE BY AN1MAGE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening 
website an1mage.net www.an1mage.org

Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *