Roro Jonggrang di An1magine Volume 2 Nomor 7 Juli 2017
AKHIR ZAMAN
M.S. Gumelar
Wibawa Loro Jonggrang yang kuat yang diwarisi dari ayahnya. Terlihat jelas kualitas seorang pemimpin walaupun wanita, tetapi wanita yang tangguh dan kuat dengan pendirian. Hal ini membuat jantung Bandung berdegup lebih kencang.
“Berapa candi yang telah jadi?” tanya Loro Jonggrang.
“999 candi,” jawab salah satu prajurit metal.
PRAAAKH!
Bandung memukul wajah prajurit metal yang menjawab tadi sehingga hancur.
BZZZZZT!
Prajurit metal tersebut jatuh berkelojotan di tanah bergabung dengan prajurit metal lainnya yang telah hancur.
“Seperti yang kau dengar 999 candi,” Bandung menjawabnya.
“Sangat hebat, tetapi tidak seribu candi, kau gagal!” Loro Jonggrang berkata dengan tegas.
KUKURUYUUUUUUUUUUK!
Suara kokok ayam jantan itu terdengar jelas dan bersamaan dengan bunyi kokok ayam jantan tadi selesai.
Muncul Bondowoso berjalan ke arahnya di antara debu dan asap, bersamanya muncul juga Bhorghat, Vharok, dan Garudeva. Bondowoso segera berhenti agak jauh di sebelah kanan Bandung berada.
KUKURUYUUUUUUUUUUK!
Bondowoso membunyikan lagi suara tersebut. Bandung sadar bahwa dirinya telah diakali oleh Bondowoso.
Dengan segera Bandung mengambil senjata milik Bondowoso yang ada di pinggangnya dan ditembakkan ke Loro Jonggrang.
ZAP!
Seketika itu juga Loro Jonggrang menjadi Patung. Semua terkejut.
“Kaulah patung keseribu Loro Jonggrang!” Teriak Bandung penuh dengan amarah, lalu dengan amarah yang membara Bandung menerjang Bondowoso dan melakukan pukulan telak.
BLETAAAAAGH!
Pukulan Bandung sangat keras meninju wajah Bondowoso. Akibatnya, Bondowoso terpukul dan mental sampai jauh mengenai pohon-pohon di area sekitar.
Bandung tidak puas, segera mengejar Bondowoso. Dengan sangat cepat Bandung sudah berada di depan Bondowoso saat Bondowoso mulai akan berdiri.
BLETAAAAAAAAGH!
Kali ini ditendangnya Bondowoso dengan sangat kuat dengan kaki kanannya arah menyamping. Bondowoso terkena hantaman tendangan Bandung tepat di pundak kirinya dan terlempar lagi. Belum sampai laju Bondowoso terhenti karena menghantam sesuatu.
Mendadak Bandung telah melesat melebihi laju Bondowoso terpental karena pukulannya, dan menghadang dan melakukan pukulan lagi dari atas dengan menggunakan kedua tangannya.
BHUUUUUUUUAGH!
BLEEEEEEEEEEEEGH!
Tubuh Bondowoso melesak ke tanah.
PRAAKH!
PRAAKH!
PRAAKH!
PRAAKH!
PRAAKH!
PRAAKH!
PRAAKH!
PRAAKH!
PRAAKH!
Bandung menghantam wajah Bondowoso berkali-kali bergantian tangan kanan dan kirinya sampai tanah di bagian kepala Bondowoso melesat ke dalam tanah sekitar satu meteran.
Setelah puas Bandung melompat menjauh. Memerhatikan Bondowoso yang sepertinya tidak bergerak. Lalu matanya melihat ke arah Vharok, Bhorghat dan Garudeva yang terpaku bengong melihat kejadian tersebut.
Dengan cepat Bandung bergerak dan tiba-tiba sudah berada di depan mereka bertiga. Vharok, Bhorghat dan Garudeva terkesiap dengan kecepatan bergerak Bandung.
Dengan seringai yang mengerikan Bandung mendekati mereka bertiga dengan perlahan. Bandung seakan dia tahu dia tak terkalahkan sehingga hal tersebut sengaja dilakukannya untuk membuat mereka bertiga gentar.
Vharok tidak gentar, dengan cepat dia menyerang Bandung dengan tangan kanannya. Sedangkan Bhorghat menyusul menendang Bandung dengan menggunakan kaki kirinya ke arah pinggang Bandung.
Akan tetapi, dengan tangan kirinya dengan sekali kibas Bandung dengan mudah mematahkan serangan Vharok dan membuat Vharok terlempar sampai beberapa ratus meter dan terantuk batu besar langsung tidak sadarkan diri.
Kemudian Bandung memegang kaki Bhorghat dengan kuat lalu memutar-mutar tubuh Bhorghat dan melemparkannya mengenai Garudeva yang mulai menyerang dari atas.
BRUUUUGH!
Bhorghat dan Garudeva berbenturan dengan keras dan keduanya terlempar ratusan meter ke arah lajunya Bhorghat.
Dan keduanya menabrak tanah menonjol yang ada di sana dan terhenti setelah ratusan meter lagi dan mereka tidak bergerak.
HA HA HA HA HA HA HA HA HA!
Bandung tertawa puas. Matanya merah.
“Benar kata pepatah, berilah seseorang kekuatan dan kekuasaan maka kita akan tahu sifat orang tersebut yang sesungguhnya, dan aku melihat sifat buruk itu ada padamu,” ujar Bondowoso yang mengambang terbang di belakang Bandung.
Tubuhnya seperti diselimuti bulatan sinar tipis dan dua lingkaran energi di sekitar kepalanya tampak lebih terang sebagai pusat kutub energi tersebut.
“Tidak… mungkin… kulihat kau telah tewas…” Bandung tidak percaya dengan apa yang dilihat setelah melihat ke belakangnya dan melihat Bondowoso yang mengambang.
Dengan segera Bandung mengambil pistol andalannya, mengganti setting-nya ke Disintegrate.
Dengan cepat ditembakkan ke arah Bondowoso.
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
Sinar maut mengenai tubuh Bondowoso. Tetapi sinarnya seperti membentur tembok yang tidak terlihat sehingga menimbulkan efek percikan sinar dan bunyi mendengung keras.
Bandung tidak percaya, ditembakkan lagi senjatanya ke arah Bondowoso.
“Plasma shield, percuma Bandung, kekuatan perisai plasma ini lebih kuat dari senjata itu!” kata Bondowoso.
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
Sinar maut mengenai tubuh Bondowoso. Tetapi hasilnya sama. Ditembakkan lagi senjatanya ke arah Bondowoso.
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
Sinar maut mengenai tubuh Bondowoso. Tetapi hasilnya lagi-lagi hasilnya. Ditembakkan lagi senjatanya ke arah Bondowoso.
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
ZAAAAAAAP!
CLAAAAAAAAPH!
Ditembakkan berulang-ulang lagi senjatanya ke arah Bondowoso. Tanpa hasil. Sampai senjata itu berbunyi.
“Sorry the battery is low, need to recharge!” Suatu suara keluar dari senjata itu.
Ditekannya lagi senjata tersebut.
“Sorry the battery is low, need to recharge!” Suatu suara keluar dari senjata itu lagi.
Dengan geram Bandung melemparkan senjata itu sangat jauh. Karena merasa sudah tidak berguna lagi.
Lalu dengan berteriak keras, ”SEMUA PRAJURIT METAL HANCURKAN BONDOWOSO!”
Dengan serentak sisa-sisa prajurit metal menyerang Bondowoso.
Bondowoso dengan cepat memukul prajurit-prajurit yang mendekatinya. Tetapi semakin lama semakin banyak, sehingga tubuhnya tertutup oleh tumpukan prajurit metal yang mengerubutinya.
Mendadak sinar terang menerobos di antara sela-sela para prajurit metal yang mengerubuti Bondowoso dan mendadak terjadi ledakan dan tubuh para prajurit metal meledak secara bersamaan.
Bondowoso berdiri di tengah-tengah prajurit metal yang bergelimpangan.
Bandung segera berlari dan melompat ke arah Bondowoso yang mengambang.
DHIEEEEEEEEEENGH!
Pukulan Bandung mengenai energi plasma pelindung dan Bandung tidak peduli, memukul lagi dengan tangan kiri dan kanan yang bergantian.
DHIEEEEEEEEEENGH!
DHIEEEEEEEEEENGH!
DHIEEEEEEEEEENGH!
DHIEEEEEEEEEENGH!
DHIEEEEEEEEEENGH!
DHIEEEEEEEEEENGH!
DHUUUUUUUUUUUUUUMMMMH!
Terjadi ledakan yang sangat kuat.
“HAH!” Bondowoso sangat kaget. Dan mendadak dia terjatuh ke tanah.
Hal ini dimanfaatkan oleh Bandung. Dengan cepat Bandung melakukan serangan tinju lagi dengan kuat.
DHUAAAAAGH!
Pukulan Bandung kali ini berhasil mengenai rahang Bondowoso. Namun, Bondowoso tidak terlempar.
“HA HA HA Sepertinya kau tidak dapat lagi bersembunyi di balik perisai gaibmu lagi, hadapi aku secara ksatria!” Bandung sesumbar.
Lalu dengan cepat Bandung melakukan serangan lagi. Kali ini Bondowoso telah siap, lalu segera melakukan serangan balasan.
BHUAAGH
BRUEEEGH
KRAAAAAKH!
Serangan saling memukul bergantian dan seolah keduanya tampak tidak ada yang terkena pukulan. Keduanya mampu menahan dan menangkal serangan.
Hal ini membuat Bandung jemu. Bandung mundur sejenak lalu berkata,” G-TotKc, tambah kekuatan!”
Lalu meyerang Bondowoso lagi. Kali ini Bondowoso kewalahan dan terpukul bertubi-tubi dengan mudahnya.
BHUUUUGH
PRAAAAKH
BLEEEEEGH
KRAAAAAKH
PRAAAAKH
KRAAAAAKH
BHUUUUGH
PRAAAAKH
BLEEEEEGH
KRAAAAAKH
BLEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEGH!
Pukulan terakhir membuat Bondowoso terlempar jauh dan tubuhnya menggores tanah sehingga goresan tersebut membentuk seperti parit ratusan meter dan tubuh Bondowoso ada di ujungnya.
“Ha ha ha ha ha sepertinya kau akan kalah Bondowoso! Pakaian tempur buatan raksasa ini memang luar biasa hebat ha ha ha ha ha!” Bandung merasa di atas angin.
Bondowoso segera berdiri dengan perlahan, tubuhnya terasa sakit semua.
“Gumo exo armor full power on!” teriak Bondowoso.
Mendadak tubuh Bondowoso dilingkupi oleh kristal berlian di seluruh permukaan tubuhnya. Serta merta sinar matahari yang mengenainya memantulkan sinar, membuat tubuh Bondowoso berkilauan. Bondowoso seperti manusia yang terbentuk dari berlian.
“APA?” Bandung silau terkena pantulan yang berkilauan seperti berlian tersebut.
TEP
Akan tetapi, sepertinya Bandung tidak gentar, segera saja Bandung menyerang lagi dengan cepat menggunakan tangan kanannya.
Kali ini serangan Bandung dapat dipegang dengan mudah oleh Bondowoso menggunakan tangan kirinya.
Bandung terkesiap, tidak menduga dengan mudah tangannya terpegang lalu diplintirnya, sehingga Bandung kesakitan.
Lalu dengan segera tangan kanan Bondowoso memukul wajah Bandung dengan telak secara berulang-ulang.
PRAKH!
PRAKH!
PRAKH!
PRAKH!
PRAKH!
PRAKH!
PRAKH!
PRAKH!
PRAKH!
Lalu dilepaskannya Bandung yang jatuh terduduk di tanah. Dengan segera Bondowoso melucuti exo armor yang dikenakan Bandung.
“The battery fully recharge,” Suara dari senjata milik Bondowoso terdengar.
Dengan cepat Bondowoso mengambil senjata tersebut. Lalu dengan segera mengambil teman-temannya yang masih tergeletak yaitu Bhorghat, Vharok, dan Garudeva, “Fly Mode On!” ujar Bondowoso lalu terbang menjauh dari area tersebut membawa ketiga temannya.
*
“Maaf Roro, bila seseorang telah terkena senjata ini dan menjadi batu. Maka tidak ada alat yang bisa untuk mengubahnya kembali, maafkan saya,” jelas Bondowoso kepada Roro Jonggrang. Roro Jonggrang menangis tersedu.
“Jangan sedih Roro, kerajaan Baka akan kuteruskan sesuai permintaanmu, dan akan kumakmurkan rakyat, dan akan kujemput ibumu Roro Anjani yang di Pengging dan akan kuberikan kerajaaan ini kepadanya, aku berjanji,” ucap Vharok dengan wajah yang serius.
“Baiklah, kuharap Garudeva, Bhorghat dan Pikatan tetap berada di istana Baka,” pinta Bondowoso.
“Pasti,” jawab mereka bertiga.
Bondowoso tersenyum,”Kini saatnya kita berpisah, aku akan kembali ke masaku.”
Lalu Bondowoso dan Roro Jonggrang masuk ke energi portal teleport berbentuk gumpalan air yang telah berada di sana. Bondowoso dan Roro melambaikan tangan kepada mereka semua.
PYAAAAAAAAAAASH!
Bondowoso dan Roro menghilang.
“Mereka Mukso,” gumam Pikatan.
*
Tiga bulan kemudian, seseorang berjalan di tengah kota Kerajaan Pengging dengan pakaian kumal dan tidak terurus, rambut gimbal tidak mandi selama berbulan-bulan.
Tertawa-tawa sendiri dengan menggerakkan tangannya seperti memegang sesuatu dan seakan ditembakkan ke orang-orang yang melintasinya.
“ZAP!” teriak orang tersebut mengarahkan tangannya ke orang yang lewat.
“Ah Bandung, kau mengagetiku, dasar gila” ujar Pak Tua yang seolah-olah ditembak oleh Bandung tadi.
*
Pilihan 2
PYAAAAASH!
Bondowoso dan Roro Jonggrang kembali ke area di mana mereka ter-teleport sebelumnya. Namun, hari sudah siang dan matahari sudah bersinar terik.
“Sepertinya kita harus cepat, hari sudah siang!” teriak Roro Jonggrang lalu bergegas ke arah kudanya yang ditambat.
Bondowoso mendekati Roro Jonggrang, ”Sepertinya kita tidak akan sampai ke tempat tujuan tepat waktu bila menggunakan kuda, ayo kugendong!” ujar Bondowoso.
Roro Jonggrang mengangguk dan segera naik ke punggung Bondowoso. Lalu dengan sangat cepat Bondowoso berlari melebihi lima kali kecepatan sinar.
WHUUUUUUUUUUUSH!
DHUUUUUUUUUUUUUUUUUUMBH!
Sonic Boom terjadi karena ledakan udara karena adanya benda yang melebihi kecepatan suara bergerak mendadak.
Di alun-alun istana kerjaaan Baka. Panggung telah ramai dan tengah ditayangkan musik dan tarian. Telah hadir dan duduk di sebelah kanan panggung Raja Gupala didampingi putrinya Loro Jonggrang.
Dan di sebelah kiri panggung, duduk dengan congkaknya Vharok yang tertawa-tawa sedikit-sedikit menirukan gerak penari yang ada di sana.
Setelah musik dan tarian berhenti.
Seseorang naik kepanggung, ”Hari ini kita akan menyaksikan sejarah yang berbeda dari biasanya, dengan secara terbuka dan tidak dengan cara pengecut tetapi dengan cara ksatria,” kata orang tersebut yang ternyata pembawa acara.
“Perebutan secara resmi dengan cara bertanding, Raja Gupala raja yang masih memerintah Kerajaan Baka, menerima tantangan Vharok Patih Amungkubumi untuk mempertahankan kerajaannya…”
“… bila Raja Gupala menang, maka kerajaan akan tetap di bawah kekuasaannya, bila kalah, maka Vharok akan menjadi raja baru Baka!” lanjut orang tersebut.
“Untuk itu Vharok sebagai Patih Amungkubumi memberi kesempatan kepada prajurit, orang umum dan ksatria yang ada di alam Baka untuk menantangnya, bila Patih Vharok kalah, maka silakan pemenang untuk menantang Raja Gupala,” tambah orang tersebut.
Mendadak terdengar suara rakyat dan mendadak mereka saling beropini masing-masing tentang kesempatan itu. Vharok tersenyum.
“Aku kalau sakti, aku akan ikut, biar jadi raja,” ujar salah satu rakyat pria muda berewokan.
“Aku juga, berarti benar ya, boleh jadi raja kalau kita punya kemampuan mengalahkan seorang raja,” ujar seorang rakyat pria berbadan kurus dengan rambut digelung.
“Bukankah banyak raja berasal dari para pemberontak yang mengalahkan raja sebelumnya, sepertinya memang boleh kalau kita sakti,” tambah rakyat pria berkumis tebal.
Mendadak suara mereka berhenti saat melihat seseorang melompat ke tengah arena. Pria ini sepertinya sangat hebat.
“Baiklah silakan perkenalkan diri Anda,” kata pembawa acara.
“Nama saya Bandung,” jawab orang tersebut.
“Baiklah Bandung, silakan berdiri di sebelah kiri saya, dan kami persilakan Patih Amungkubumi Vharok untuk mengalahkan Bandung, jika tidak, maka tentu saja Bandung yang akan merebut kesempatan untuk menjadi raja ha ha ha,” ujar pembawa acara.
Vharok segera turun dari tempat duduknya dan berjalan dengan sangat percaya diri mendekati orang yang menantangnya.
Perawakan Bandung tegap, dan terlihat lincah, dan sekilas dilihatnya Bandung menggunakan pelindung baju luar yang sepertinya lebih tebal.
“Baiklah, peraturannya adalah siapa yang berhasil menjatuhkan lawannya keluar dari panggung ini, maka dia akan menang, siaaaaap! MULAI!” Pembaca acara memberi aba-aba.
Bandung terlihat bersiap-siap dengan jurusnya. Sementara Vharok sepertinya tenang-tenang saja penuh percaya diri. Lalu dengan cepat Bandung melakukan serangan.
WHUUUSH!
BETH!
SET!
Vharok tidak menyangka serangan tersebut begitu cepat, melebihi kecepatan raksasa yang pernah dilihatnya.
WAAAAAAAAAAH!
Para penonton kagum dengan kejadian tersebut.
Vharok pucat dan terkesiap. Tapi untung dia sempat menghindar. Segera matanya memerhatikan baju luar Bandung dan Vharok melihat ada baju pelindung yang dikenakan Bandung di dalamnya.
Semakin terkesiap, ternyata ada cahaya kecil kelap-kelip berwarna biru sedang aktif di baju pelindung tersebut.
“G-TotKc!” teriak Vharok.
“Darimana kau mendapatkan zirah itu?” teriak Vharok.
Bandung tidak peduli, dengan cepat melakukan serangan berikutnya.
BLEETAAAAAKH!
Rahang Vharok terpukul dengan telak.
BRUUUUUUAKH!
Vharok terlempar ke luar arena pertandingan dan menabrak dinding batu istana. Dinding batu tersebut melesak membentuk bekas tubuhnya, lalu Vharok terjatuh dan terkapar.
Dan batu dinding kemudian perlahan runtuh dan semakin cepat menimpa tubuh Vharok.
HAAAAAAAAH!
Semua penonton terkesiap dan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Suasana hening sejenak. Segera beberapa orang mendekati Vharok dan seseorang meneliti denyut lehernya.
Lalu orang tersebut terdiam dan menggeleng-gelengkan kepala. Sebagai pertanda Vharok telah tewas dengan luka dalam.
Pembawa acara tercekat dan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tetapi kemudian segera sadar dan segera mengangkat tangan kanan Bandung.
“Ba... Ba... Bandung berhasil meng...mengalahkan Patih Amungkubumi Vharok, Bandung ber....ber..berhak untuk maju ke babak berikutnya,” pembawa acara tersebut mengumumkan dengan agak terbata-bata.
Kini Bandung melihat ke Raja Gupala. Pembawa acara mengerti apa yang dimaksud Bandung.
“Kini Bandung akan memiliki kesempatan untuk menjadi raja baru Baka, kami persilakan Raja Baka Gusti Prabu Gupala untuk maju dan bersiap mempertahankan kerajaannya!” pembawa acara mengumumkan.
Gupala terlihat sangat gelisah. Loro Jonggrang menahan tangan Gupala saat Gupala mulai melangkah ke tengah panggung. Namun, Gupala sepertinya sudah bertekat bulat untuk melakukannya.
Penonton tegang melihat hal tersebut. Rasa was-was akan keselamatan raja mereka terlihat jelas di wajah-wajah rakyatnya.
Bandung melihat Gupala dengan mata yang tajam. Bandung memerhatikan bahwa Gupala telah tua dengan sekali gebrak maka akan kalah.
Setelah melihat Gupala bersiap maka pembawa acara segera berkata, ”Baiklah, Bandung dan Raja Baka sudah berdiri di tempat masing-masing, peraturannya tetap sama, yaitu siapa yang berhasil membuat lawannya keluar arena, maka dia yang akan menang, siap! MULAI!”
Dengan segera Bandung melakukan serangan dengan cepat.
WUUUUUUSH!
SETH!
Gupala berhasil menghindar.
WOOOOOOOOOOA!
Penonton terpesona dengan kecepatan yang dilakukan oleh Bandung.
Akan tetapi, Bandung tidak percaya, bagaimana Gupala setua itu masih dapat menghindar.
“G-TotKc naikkan kecepatan dan kekuatan menjadi lima kali lipat!” perintah Bandung.
“Kecepatan dan dan kekuatan telah dinaikkan lima kali lipat,” jawab G-TotKc.
“Bagus!” ucap Bandung.
Gupala mendengarkan pembicaraan itu. Dan hal itu membuatnya lebih berhati-hati.
Bandung melakukan serangan kedua, dengan berteriak menerjang dan melancarkan tinjunya dengan kecepatan yang luar biasa.
Hal tersebut sangat tidak mungkin untuk dihindari oleh Gupala, namun dengan gerakan seperti orang menari.
Gupala terhindar dari serangan maut tersebut, dan bahkan berhasil memegang tangan kanan Bandung lalu mengarahkan aliran tenaga Bandung dan memanfaatkannya untuk membuang Bandung tersungkur dan melampaui area pertandingan.
Bandung terhempas dengan keras ke area lapang dan tubuhnya membuat goresan lintasan yang cukup dalam lalu terhenti.
WUUUUUUUUUUUOOOOOOH!
Para penonton terkagum-kagum dengan kejadian tersebut.
Bandung tidak percaya dengan kejadian tersebut. Segera dia berdiri.
Sementara itu pembawa acara dengan segera mengangkat tangan Raja Gupala.
“Pemenang dan tetap menjadi raja, hidup Prabu Gupala!” pembaca acara dengan semangat mengumumkan.
“TIDAAAAAAAK!” mendadak Bandung melompat ke atas panggung.
BRUAAAAAAAGH!
Panggung mendadak runtuh saat Bandung menjejakkan kakinya ke panggung. Dengan segera semua yang berada di sana heboh, ada yang terjatuh ada yang berhasil dengan melompat dan berlarian keluar dari panggung.
Loro Jonggrang juga berhasil keluar dari arena panggung yang telah rusak oleh Bandung. Sementara Gupala masih berada di sana bersama pembawa acara.
“Ayah!” teriak Loro Jonggrang.
Terlihat Gupala ternyata tidak apa-apa dan berada di tanah beserta pembawa acara.
Mendadak panggung terangkat, ternyata Bandung mengangkatnya dan melemparkan panggung tersebut ke area lainnya.
WHUUUTH!
Panggung melayang melintasi istana entah ke mana. “Kau telah kalah sesuai aturan!” jelas pembawa acara.
“Aku tidak peduli, aturannya adalah siapa yang membunuh raja akan menjadi raja ha ha ha,” Bandung menyeringai lalu segera mendekati Gupala.
“G-TotKc kekuatan penuh!” kata Bandung.
“Kekuatan sekarang menjadi penuh,” jawab G-TotKc.
Lalu dengan segera Bandung berjalan mendekati Gupala. Tangan Bandung mengepal dan aliran energi kuat melingkupi tubuh Bandung, sehingga beberapa debu, daun, dan kerikil berterbangan menjauh dari tubuhnya.
Tangan kanan Bandung yang menggenggam untuk dipukulkan seperti mempunyai energi plasma ion yang mengumpul dengan sangat kuat dan pekat. Dengan cepat dipukulkannya tangan tersebut ke kepala Gupala.
Gupala kali ini tidak dapat menghindar karena gerakan Bandung sudah tidak dapat dilihatnya lagi, matanya kalah dengan kemampuan dan kecepatan gerak Bandung yang sudah di luar kemampuan manusia normal.
DHIEEEEEEEEEEEENGH!
Para penonton terkesiap dan banyak yang memejamkan mata terbayang kengerian yang akan terjadi.
DHOOOOOOOMBH!
Mendadak menyusul angin panas menyebar menyeruak karena ledakan energi ion sepertinya saling berbenturan.
Para penonton terhempas beterbangan seperti daun kering terkena angin dan mereka berjatuhan saling menimpa satu sama lainnya.
Di tengah-tengah area pertarungan seseorang tengah menahan serangan maut Bandung tersebut.
Orang tersebut memiliki tubuh berkilauan seperti terbuat dari permata. Bandung tertegun dan kaget, tidak dia kira seseorang mampu menahan pukulannya.
Lalu dengan segera Roro Jonggrang menarik ayahnya menjauhi area tersebut. Pembawa acara pun segera mengikuti Roro Jonggrang. Sementara Loro Jonggrang berlari mendekati ayahnya.
“Siapa kau makhluk berlian?” tanya Bandung.
“Sebaiknya kau hentikan perbuatanmu Bandung, kau akan melukai banyak orang!” ujar Bondowoso.
“Hmm... Aku kenal suara ini? Bondowoso?” tanya Bandung meyakinkan dirinya.
“Tak kukira kau mempunyai ilmu yang hebat, aku bahkan tidak tahu bahwa tubuhmu bisa berubah menjadi berlian dan mempunyai kesaktian yang hebat, selain menjadi orang yang bau dan jelek tentunya ha ha ha” lanjut Bandung.
“Kenapa kau berubah seperti ini Bandung?” tanya Bondowoso.
“Aku tidak berubah, aku hanya memanfaatkan kesempatan yang datang begitu tiba-tiba, kau tahu, aku mempunyai ulekan ajaib ini yang ternyata milikmu,” jawab Bandung.
“Dengan ulekan ajaibmu, aku memiliki baju tempur dari raksasa, ya tentu saja mengambil dengan paksa, dan lihat, aku punya prajurit-prajurit metal, mereka mengelilingi istana ini,” lanjut Bandung.
Lalu mendadak prajurit-prajurit metal berlompatan muncul dari di belakang prajurit-prajurit Istana Baka dan memukul leher semua prajurit tersebut dengan cepat, membuat para prajurit tersebut tersungkur dan tak sadarkan diri.
“Aku telah menumpas Vharok sesuai misi yang kita emban, bukankah aku telah melaksanakan tugasku? Ha ha ha” Bandung berargumen.
“Tugas kita adalah mengembalikan kekuasaan Raja Gupala dan menyelamatkan keluarganya,” Bondowoso mengingatkan.
“Nah itu yang aku keberatan, aku bercita-cita menjadi raja, dan ternyata ada pepatah siapa yang ingin menjadi raja harus membunuh raja, bukankah itu sah-sah saja?” Bandung berargumen.
“Ada cara lain untuk menjadi raja selain dengan cara itu, yaitu dengan membuat kerajaan sendiri, aku pikir orang sehebat kau pasti bisa melakukannya,” Bondowoso berargumen.
“Ah ada cara yang lebih cepat dan tidak membutuhkan biaya yang banyak, dengan merebut dan membunuh seorang raja, di sana sudah ada sistem dan kekayaan yang tinggal dijalankan lebih jauh tanpa memulai dari awal, ah jangan mengajariku Bondowoso, aku bukan orang bodoh!” Bandung berargumen.
“Aku tidak menyebutmu bodoh Bandung, aku menyarankanmu cara lainnya tanpa pertumpahan darah,” jelas Bondowoso.
“Hei sudah kukatakan, aku tidak mau cara itu, cara seperti ini juga tidak dilarang, lalu kenapa repot,” lalu dengan cepat Bandung menembakan ulekan saktinya ke arah Gupala.
PYAAAAAAAAAAAAAR!
Gupala hancur menjadi partikel-partikel kecil. Hal ini di luar dugaan Bondowoso, Loro dan Roro Jonggrang.
Semua terkesiap dan tersentak dengan apa yang terjadi. Rakyat pada bengong menyaksikan kejadian tersebut.
“TIDAAAAAAAAAAAK!” teriak Loro Jonggrang.
“AYAAAAAAAAAAAAAAAH!” jerit Roro Jonggrang.
“AKU KINI RAJA BAKA, BANDUNG RAJA BAKA HA HA HA!” teriak Bandung penuh kemenangan dan kecongkakan.
Bondowoso terdiam dan tidak sempat berbuat apa-apa. Bondowoso merasa tidak berguna, dengan segera Bondowoso penuh amarah menyerang Bandung.
Tampaknya Bandung telah siap dengan hal tersebut. Dengan cepat ditembaknya Bondowoso menggunakan ulekan maut tersebut.
ZAAAAAPH!
CLAANGH
Sinar maut mengenai Bondowoso yang sedang menyerang. Ternyata sinar maut tersebut teredam dan seperti tidak berguna.
ZAAAAAPH!
Ditembakkan lagi sinar tersebut sekali lagi.
CLAANGH
Ternyata sinar maut tersebut tetap teredam dan seperti tidak berguna seperti sebelumnya.
BLETAAAAAAAAKH!
Bandung terpukul dengan telak di rahangnya dan terjengkang membentur dinding batu istana dan senjatanya terlepas jauh entah di mana.
Bandung segera bangkit dan bersiap saat Bondowoso menyerang lagi. Kali ini serangan Bondowoso dihadangnya, sehingga terjadi benturan keras saat kedua pukulan beradu.
DHIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEMBH!
WHUUUUUUUUSH!
Angin keras mendadak terbentuk karena benturan tersebut. Keduanya terlempar saling menjauh. Lalu segera keduanya bangkit dan saling menyerang lagi.
BLETAKH!
BLETAKH!
BLETAKH!
BLETAKH!
BLETAKH!
Keduanya bertarung sama cepat, sama kuat, sama lihainya dalam bertarung. Akibatnya, batu-batu beterbangan, rakyat menyingkir jauh-jauh, sangat jauh.
Mereka seperti menyaksikan dua orang dewa yang tengah bertarung tanpa lelah dan tanpa henti.
Lalu mendadak Bondowoso menjauhi Bandung.
“Kenapa? Kau jadi takut?” ejek Bandung.
“Tidak, sepertinya tidak ada gunanya kita bertarung, kita sama-sama kuat,” jawab Bondowoso.
“Hmm... Begitu, lalu kau sudah tidak mau membalas kematian Gupala, calon mertuamu ha ha ha!” ejek Bandung.
Gigi Bondowoso gemeletuk menahan marah. Tetapi Bondowoso melihat memang tidak ada gunanya meneruskan pertarungan. Bondowoso mencari akal lain untuk mengalahkan Bandung.
“Baiklah, biar aku yang berinisiatif, prajurit metal, keluarkan Vhendaar, Bhorghat, Pikatan dan Garudeva!” perintah Bandung.
Lalu dengan cepat Bandung bergerak ke suatu tempat, ternyata mengambil lagi ulekan sakti milik Bondowoso, lalu memasukkannya ke pinggangnya.
Kemudian dia menunjuk suatu arah di mana muncul dari suatu tempat beberapa prajurit metal berpasangan kanan dan kiri karena mengangkat tawanan mereka yaitu Vhendaar, Bhorghat, Pikatan dan Garudeva yang dalam keadaan membeku seperti diselimuti oleh air tipis tetapi airnya beku.
“Lihat Bondowoso, mereka sudah terkena senjatamu, entah ilmu apa itu? Tetapi sepertinya air yang dingin yang keras seperti batu menyelimuti mereka, terima kasih dengan alatmu ini ha ha ha,” jelas Bandung sembari menunjukkan ulekan sakti milik Bondowoso yang ada di pinggangnya.
“Bila kau menghalangiku, maka akan kuhancurkan mereka semua,” teriak Bandung lalu dengan isyarat tangan mendadak beberapa prajurit metal bergerak dan menyandera Roro Jonggrang dan Loro Jonggrang.
“Sial!” Bondowoso tidak menyangka Bandung akan melakukan hal itu.
“Ha ha ha kenapa? Kau merasa bodoh? Ah sepertinya orang yang cenderung baik memang selalu lengah sehingga mudah dimanfaatkan kelengahannya bahkan kebaikannya ha ha ha!” Bandung tertawa penuh kemenangan.
“Kangmas Bondowoso…,” Roro Jonggrang bergumam lirih.
“Bawa semua sandera masuk ke istana,” perintah Bandung kepada prajurit metal.
“Baik gusti Bandung,” semua prajurit metal serentak bergerak masuk ke dalam istana. Bandung segera menyusul masuk istana.
Meninggalkan Bondowoso sendirian di tengah arena yang sepi. Rakyat mulai menjauh karena tidak berani ikut campur. Terlihat kilat menyambar di kejauhan lalu disusul bunyi petir menggelegar.
Mendadak hujan turun dengan derasnya. Bondowoso tubuhnya yang berkilauan seperti berlian berangsur-angsur kembali ke bentuk manusianya.
Bondowoso masih tertegun diam di tengah arena diterpa hujan deras. Dia merasa bodoh kenapa membiarkan semua ini terjadi.
Dengan semua kekuatan yang ada pada dirinya dia tidak dapat menyelamatkan Gupala apalagi melindungi Roro Jonggrang kekasihnya.
bersambung....
Cerbung ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 2 Nomor 7 Juli 2017 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”
AN1MAGINE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening
website an1mage.net www.an1mage.org
Comments
Post a Comment