RUDY MORASZO: Kenapa Berkarya Komik?


RUDY MORASZO:
Kenapa Berkarya Komik?


Seni komik merupakan salah satu cabang senirupa yang menarik untuk dilihat dan dinikmati selain cabang seni lainnya, seperti: seni musik atau seni tari. Kenapa suka berkarya komik? Pertama karena saya sangat menyukai aktivitas menggambar, kedua karena saya suka mengarang cerita. Sebagian besar karya saya memang masih berupa konsep, baik berupa script cerita maupun desain karakternya, karena selama ini saya memang tidak pernah total menggeluti komik. Kalaupun mengerjakannya karena sekedar hobi menggambar bukan sebagai profesi andalan untuk mencari nafkah.

Ada beberapa alasan saya tidak total mengerjakan naskah-naskah komik saya itu yang idenya saya peroleh semenjak tahun 1990-an bahkan di antaranya ada yang sebelum tahun itu. Pertama saya merasa teknik menggambar saya masih cupu, di samping tidak adanya pembimbing  yang bisa kupercaya pada saat itu, bahkan jarang dan sangat sulit bertemu dengan komunitas maupun individu yang kutemui untuk bisa belajar “mencuri” ilmu mereka.

Tentu di tahun itu Internet juga belum ada, majalah ilustrasi luar negeri juga harganya lumayan mahal-mahal. Di tahun 1980-an paling-paling sumber referensi yang mudah untuk terus belajar bikin komik pada saat itu adalah dengan membaca karya-karya komikus senior. Karya senior yang namanya cukup dikenal di dunia komik Indonesia, seperti:  Hasmi, Wid NS, Yan Mintaraga, Usyah, Hans Jaladara, Kusbram, Ganesh TH, Gerdi WK, MAN, Ricky NS dan lain-lain.

Saya mulai iseng bikin komik ditahun 1981 sewaktu masih kelas 2 SMP di Semarang. Meskipun pembuatannya asal-asalan tapi setidaknya aku melakukanya dari hati yang terdalam. Mungkin karena melakukanya dengan hati makanya bertahan sampai sekarang hehehehe, dan keinginan atau cita-cita jadi seorang komikus sedikit demi sedikit mulai terwujud di saat sekarang, seiring dengan perkembangan teknologi seperti Internet.

Ide keinginan untuk sekolah lanjutan di ASRI pernah terlintas dibenaku juga saat itu, bahkan itu menjadi sebagian cita-cita dimasa remaja. Kupikir tempat itulah satu-satunya harapan untuk memperoleh ilmu apabila ingin menjadi komikus. Karena diulasan beberapa majalah beberapa komikus saat itu adalah lulusan ASRI. Namun keinginan itupun akhirnya kandas seiring waktu berjalan, di mana secara beruntun saya ditingalkan oleh ke dua orang tua saya. Praktis gak ada lagi yang bisa saya andalkan untuk membiayai cita-cita saya untuk kuliah di ASRI Jogjakarta. Akhirnya saya mencoba mandiri, saya utamakan fokus mencari uang buat hal yang lebih utama yakni makan, keinginan kuliah di ASRI coba saya buang sedikit demi sedikit.

Meskipun kemudian masih sempat bisa mengenyam bangku kuliah tapi pada jurusan yang melenceng jauh fakultas hukum hehehe…. Dalam masa-masa galau saya terus mencoba untuk memperkaya wawasan saya tentang dunia sastra dan bacaan fiksi lainya. Beberapa novel fiksi saduran cukup berjasa terhadap diri saya sehingga banyak tahu tentang sebuah imajinasi dan daya khayal seorang pengarang cerita, katakan siapa itu: J.R.R. Tolkien, Herman Melville, HG. Wells, Daniel De Foe, Alfred Hitchcock, Edgar Alan Poe dan lain-lain.

Tahun 1990an ketika dunia komik Indonesia mengalami krisis karya. Karya komikus yang spektakuler seperti tahun 1960-an dan 1970 tidak lagi terlihat. Beberapa komikus memang masih ada yang berjibaku dengan menampilkan karyanya namun tidak sehebat dulu. Bahkan beberapa di antaranya mulai mencoba style gambar manga tadi. Belum lagi merasa yakin bisa ngomik saya mulai diperlihatkan teknik mengambar yang unik para seniman komik Jepang yang disebut Manga.  Tahun 1990-an hinga awal tahun 2000 komik Indonesia seperti mati suri.

Namun yang luar biasa tak lama setelah itu teknik menggambar Manga dikuasai oleh anak-anak muda melalui beberapa karya komiknya. Hal inilah yang kemudian seperti angin sejuk mengawali bangkitnya industri komik Indonesia di tahun sekarang. Dan saya yang termasuk sudah ngumur alias udah tua mencoba untuk bisa gabung di generasi ini, mulai dari ikut pameran komik yang mereka adakan, coba-coba ikut ngajar Manga di beberapa tempat kursusan, sampai dengan berkarya komik.





Karya-karya:
Versi Komik buku dan komik digital/comic web:
1. Naja
2. Kapten Meteor
3. Wibana
4. Awang
5. Mandig Universe #1

Versi Mobile Comic:
1. X-Mon
2. Monster Tambun
3. Satoren
4. Gandarwa
5. Pasukan Ksatria Nusantara
6. Brundor
7. Abdi Dalem
8. Cadusa
9. Kakek Subur dan Ripin
10. Hazox
11. Johnny Kid
12. Serpoeng
13. Rob & Rob

Rudy lulusan Sarjana Hukum, berasal dari Semarang, kini tinggal di Tangerang-Banten. Rudy yang memiliki motto “Teruslah Berkarya Komikus Indonesia” memiliki nama asli Mohammad Chaerul Saleh,  lahir  di Tegal pada 27 Mei 1965 dari pasangan Suwardji Martodihardjo dengan Martina Indriastuti. Rudy memiliki hobi berolahraga, menonton movie, music, menggambar dan melukis. Profesi saat ini adalah seorang komikus, pengajar dan guru SMP.

Pesan untuk sesama Komikus:
1. Untuk Komikus yang baru belajar, teruslah pelajari teknik gambar dan ide cerita yang unik dan orisinal dengan baik dan benar, karena keunikan dan keorisinalan sebuah karya sangat berpengaruh di mata para pengemar baca komik baik di Indonesia maupun mancanegara.

2. Untuk Komikus muda yang sudah jago, teruslah berkarya yang baik dan sopan, galilah budaya nusantara sebagai sumber inspirasi komik kalian.

3. Untuk komikus senior, tetap semangat berkarya, jangan bosan-bosanya hadir disetiap pameran komik yang ada, setidaknya generasi muda yakin bahwa industr komik Indonesia sudah cukup lama, sehingga ada semangat pada diri mereka untuk terus berkarya.




Artikel ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 2 Nomor 7 Juli 2017 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa


“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau 
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”

AN1MAGINE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening 
website an1mage.net www.an1mage.org

Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *