Roro Jonggrang di An1magine Volume 2 Nomor 8 Agustus 2017
AKHIR ZAMAN
M.S. Gumelar
Setelah sekian lama Bondowoso terdiam di tempat tersebut tanpa tahu apa yang akan dilakukan.
Mendadak seseorang mendekati Bondowoso dari depan dan berkata, ”Kau masih punya harapan, sepertinya malah kaulah satu-satunya harapan kami,” lalu seseorang muncul lagi dari belakang orang tersebut, sepertinya menyusulnya.
“Namaku Aryakreyan dan ini Jaran Sewu,” Aryakreyan mengenalkan dirinya dan temannya.
Bondowoso masih terdiam menundukan wajahnya. Hujan mulai pelan-pelan berhenti seiring Bondowoso mengangkat kepalanya dan melihat ke arah mereka.
“Namaku Bondowoso, senang berkenalan dengan kalian,” ucap Bondowoso.
Aryakreyan dan Jaran Sewu tersenyum,”Mari ikut kami,” ajak Aryakreyan.
Bondowoso mengikuti Aryakreyan dan Jaran Sewu ke suatu tempat. Lalu Aryakreyan memberikan seekor kuda untuk ditungganginya.
Aryakreyan dan Jaran Sewu segera memacu kudanya masing-masing. Bondowoso mengikuti mereka dengan menaiki kuda yang diberikan Aryakreyan tadi.
Sekitar empat jam mereka melakukan perjalanan menaiki kuda. Dan akhirnya sampai di suatu tempat terpencil. Aryakreyan dan Jaran Sewu menambatkan kudanya, Bondowoso segera mengikutinya.
Aryakreyan masuk ke gubuk kecil diikuti oleh Jaran Sewu, dengan segera Bondowoso mengikuti mereka.
Gubuk kecil tersebut ternyata memiliki ruangan rahasia dan masuk ke suatu gua, ukurannya malah lebih besar lagi.
Aryakreyan dan Jaran Sewu terus bergerak masuk ke dalam gua lebih dalam lagi.
Sampai di suatu ruangan, mereka berhenti, sepertinya menunggu Bondowoso. Setelah Bondowoso sampai di situ, Aryakreyan membuka pintu.
Di dalam ruangan tersebut berdiri raksasa besar setinggi lima meteran dan raksasa lebih kecil.
“Perkenalkan, ini Zhartan dan yang besar Bulkhu,” ucap Aryakreyan memperkenalkan keduanya kepada Bondowoso.
Lalu muncul di belakang mereka, lelaki sudah berumur namun tampak bijak, ”Nah yang ini Eyang Rupit, beliau adalah guru Jaran Sewu dan teman seperjuangan saya dulu,” jelas Aryakreyan.
Bondowoso menghaturkan sembah Om Swastiastu kepada mereka semua. Mereka membalas dengan melakukan hal yang sama.
“Dia bernama Bondowoso, kulihat dia satu-satunya yang punya kemampuan dan kesaktian yang sama dengan Bandung, namun sepertinya dia kalah jumlah, bila kita bergabung dengannya, ada kemungkinan kita akan menang melawan Bandung,” jelas Aryakreyan.
“Sebentar, kenapa sekarang lawan kita Bandung, bukankah Vharok?” tanya Eyang Rupit.
“Benar eyang, Vharok berhasil dibunuh oleh Bandung, lalu Bandung juga membunuh Raja Gupala, sehingga Bandung yang menjadi raja saat ini,” jelas Aryakreyan.
“Wuaaaah... Kenapa persoalannya menjadi begini dan menjadi rumit?” ujar Eyang Rupit.
“Sebenarnya hal ini dimulai ketika Bhorghat membawa Bandung ke tempat penelitian kami, aku pikir dia akan menggulingkan Vharok, dan kami pikir juga mengapa tidak?” kata Zhartan.
“Tentunya bertujuan untuk memberi pelajaran kepada Vharok, tetapi ternyata Bandung berhasil mengelabui kami, dia berhasil memprogram seratus prajurit metal dan mengambil baju tempur G-TotKc,” Zhartan menambahkan.
“Dan yang lebih buruk lagi, sepertinya Bandung telah mengetahui bagaimana cara mengendalikan kekuatan baju tempur G-TotKc,” jelas Zhartan.
“Apa sih memprogram? Ah lupakan, kenapa diajari memprogram segala? Kalian terlalu ceroboh” Eyang Rupit menyesalkan.
“Sepertinya mereka memang cenderung positive thinking eh tidak berprasangka buruk, memang begitulah ciri khas species eh... bangsa yang telah terevolusi lebih tinggi...eh oh... Bangsa yang telah tercerahkan,” Bondowoso menambahkan.
“Begitu ya, baiklah sepertinya malah ada kekurangannya menjadi makhluk yang tercerahkan, mudah untuk ditipu, tetapi baiklah, keadaan sudah seperti ini, beri tahu aku, apa yang terjadi?” tanya Eyang Rupit.
“Jiaaaaah, njelasin lagi deh,” ujar Aryakreyan menepuk dahinya.
“Eyang, ada Loro dan Roro Jonggrang yang tertawan oleh Bandung, dia adalah Raja Baru Baka, tetapi sepertinya akan memerintah dengan kekerasan dan merugikan rakyat, sedangkan di sana juga ditawan teman-teman Bondowoso lainnya, bagaimana caranya untuk mengatasi masalah ini?” tanya Jaran Sewu.
“Wuoooh begitu, kita bebaskan yang paling tidak dijaga dan tidak diutamakan oleh Bandung terlebih dulu,” ucap Eyang Rupit.
“Berapa banyak teman-teman raksasa yang tersisa?” tanya Bondowoso kepada Zhartan.
“Lumayan banyak, sekitar 20-an,” jawab Zhartan.
“Di mana mereka sekarang?” tanya Bondowoso.
“Mereka terjebak di gua, karena semua pintu ke luar ditutup oleh Bandung, tetapi di dalam pesawat kami masih ada sisa satu prajurit metal yang belum terprogram ulang oleh Bandung, aku masih bisa berkomunikasi dengan mereka menggunakan gelang komunikasi ini,” jelas Zhartan.
“Bagus, kontak mereka, bilang bahwa kita akan menyelamatkan mereka,” Bondowoso bersemangat.
“Nah sepertinya itu satu solusi yang bagus,” ujar Eyang Rupit.
“Tunggu, kalian kok tidak terjebak di dalam ruangan penelitian?” tanya Bondowoso.
“Aku dan Bulkhu sedang mencari angin segar dan berada di area pesawat kami yang ada di luar, dan mendadak kami mendengar suara ribut-ribut dan pintu gua runtuh setelah sekitar tiga jam Bhorghat dan Bandung memasukinya,” kata Zhartan.
“Aku dan Bulkhu segera balik, namun semua pintu masuk gua telah tertutup, lalu kami mencari tempat gua lainnya dan bertemu dengan Aryakreyan dan Jaran Sewu,” jelas Zhartan.
“Ya, dan kami tidak takut, sebab sering melihat mereka keluar masuk istana, cuma heran saja kok ternyata mereka bisa berbicara juga he he he yang kami kira sebelumnya mereka bisu, lalu kami ajak mereka bersembunyi di sini,” jelas Aryakreyan.
“Oh begitu, baiklah, ayo antarkan kami ke area sisi lain yang memungkinkan untuk membuat pintu masuk buatan lainnya agar raksasa lainnya dapat kita tolong,” ajak Bondowoso.
“Baiklah, ayo kita ke sana,” ujar Zhartan.
*
Bandung berjalan dengan tegap dan penuh percaya diri segera duduk di kursi singgasana raja. Matanya melihat ke sekelilingnya dan melihat ke tawanannya.
“Bawa Loro dan Roro Jonggrang ke kamar putri yang sama, jaga mereka, suara apa pun mau pun gerakan yang mencurigakan yang mendekati kamar mereka, segera hancurkan, jaga kamarnya sekeliling dengan empat puluh prajurit metal, laksanakan!” Perintah Bandung kepada prajurit metal.
“Siap laksanakan Gusti Bandung,” ujar empat puluh prajurit metal yang paling depan. Lalu mereka membawa Loro dan Roro Jonggrang ke kamar putri.
“Wanara!” teriak Bandung.
“Di sini gusti!” jawab Wanara.
“Bagus, kini siapkan prajurit metal sebanyak empat puluh menyerang kerajaan Pengging, dan bentuk pasukan sebanyak mungkin dari prajurit-prajurit Baka yang tersisa, kau kuangkat menjadi Patih Amungkubumi, laksanakan!” teriak Bandung.
“Terima kasih Gusti Prabu Bandung, Hamba siap laksanakan,” ujar Wanara dan segera melakukan apa yang telah ditugaskan kepadanya.
“Bawakan ke sini tukang masak istana!” teriak bandung.
Tak berapa lama tukang masak istana telah dibawa oleh Prajurit metal.
“Aku sudah lapar, mana makanaaaaaan!” teriak Bandung.
“Saya kepala tukang masak Gusti, Baik Gusti Prabu, akan segera kami hidangkan,” tukang masak yang dibawa oleh salah satu prajurit metal tadi segera dilepas, dan dengan tergopoh-gopoh segera masuk lagi mengarah ke ruangan untuk menyiapkan makanan.
“Klephoen, Onde, Jawawut ke sini!” kepala tukang masak istana tersebut memanggil beberapa nama.
“Hamba di sini,” bermunculan dari ruangan lain ke dalam ruangan masak istana tadi tiga orang yang telah dipanggil.
“Bagus, kini kerahkan anak buahmu menyiapkan makanan yang biasa kita sajikan untuk merayakan kemenangan raja, lakukan segera, dan siapkan semuanya dalam waktu cepat, sekaraaaaang!” perintah kepala tukang masak istana.
“Baik ndoro,” jawab mereka serentak, dan mereka mulai memanggil beberapa nama lagi, lalu mendadak ruangan tersebut penuh dengan tukang masak yang sibuk menyiapkan masakan mereka masing-masing.
“Makanan apa itu bulat-bulat dikukus dengan warna hijau daun pandan dan isinya kelapa dan gula kelapa? Apa kau punya ide meracuni raja baru kita?” tanya tukang masak istana.
“Bukan Ndoro, tidak ada racun Ndoro, ini temuan saya, justru gembira karena ada raja baru, saya belum punya nama untuk temuan makanan baru ini” jawab Klephoen.
“Oh padahal aku harap kau isi racun di dalamnya he he he, aku beri nama makanan itu klepon, mirip namamu, ayo segera bekerja lagi” perintah kepala masak istana.
“Nah yang itu apakah juga kau isi racun? Bentuknya bulat-bulat, digulingkan di biji-biji wijen, berisi kacang hijau dengan gula aren, kemudian digoreng minyak kepala eh kelapa?” tanya kepala masak istana.
“Ah itu aku beri nama onde-onde Ndoro” Jawab Onde.
“Ah nama yang bagus untuk makanan baru itu, genius” kata kepala masak istana.
“Makasih gusti” kata Onde.
“nah kalau itu makanan yang aku suka selama ini, namanya jawawut” puji kepala masak istana.
“Iya gusti, keluarga kami andal dalam membuat jawawut, sampai nama saya juga diberi nama Jawawut agar andal membuat jawawut” jelas Jawawut.
“Orang tuamu benar, kau andal dalam membuat jawawut, Jawawut” puji kepala masak istana.
“Apakah ada racunnya?” tanya kepala masak istana.
“ti-tidak Ndoro” jawab Jawawut.
“Bagus” puji kepala masak istana.
*
“Inilah tempatnya, kita bisa menembus bagian sana lebih cepat ke gua tempat teman-teman kami terjebak,” ujar Zhartan.
“Baiklah,” jawab Bondowoso. Lalu mendadak matanya seperti muncul tulisan-tulisan tertentu.
Kemudian Bondowoso mendekati suatu area. Tubuhnya mendadak diselimuti oleh sesuatu seperti berlian kecil yang berkilauan.
Dengan cepat Bondowoso menggunakan tangannya untuk menggali dan dalam waktu singkat.
Telah terbuka pintu keluar bagi raksasa-raksasa yang terjebak tersebut. Zhartan dan Bulkhu segera masuk, mereka menemukan teman-teman mereka tidak apa-apa, mereka sangat gembira saling menyapa, mereka tampak gembira sekaligus bersedih karena mendengar kabar bahwa Vharok telah meninggal dan Vhendaar menjadi tawanan Bandung.
“Teman-teman, mohon dengarkan. Dengan bantuan Bondowoso kita telah bertemu lagi. Saya membutuhkan bantuan kalian, karena dengan bekerja secara tim, maka kita bisa saling membantu,” ucap Zhartan.
“Saya tahu Bondowoso hebat luar biasa, dan merupakan harapan kita satu-satunya untuk mengalahkan Bandung. Tetapi Bondowoso tetap membutuhkan kita untuk membebaskan Vhendaar, dan teman-teman lainnya,” Zhartan mengumumkan sekaligus mengenalkan Bondowoso.
“Pakaian tempur G-TotKc tidak ada tandingannya dalam pertempuran, dan tipe itu sudah tidak diproduksi lagi, pakaian itu ada di sana sebagai pajangan saja, kini ada di tangan Bandung, bagaimana kita bisa melawannya?” tanya salah satu raksasa yang berjenggot tebal.
“Sudah saya katakan, Bondowoso adalah harapan kita,” jelas Zhartan.
“Buktikan! Bandung tidak sendiri, dia membawa seratus prajurit metal, satu prajurit metal setara 10 raksasa bagaimana dia akan melawannya,” celetuk salah seorang raksasa yang kurus.
“Pesawat kita, apakah seratus prajurit metal mampu mengangkatnya?” tanya Zhartan.
“Tidak, membutuhkan sekitar seribu prajurit metal untuk mengangkat pesawat itu, dan seribu prajurit metal setara dengan satu pakaian tempur G-TotKc,” celetuk raksasa wanita yang tampak sangat cantik dan tinggi langsing.
“Baiklah, aku telah membenahi pesawat kita yang sering rusak beberapa waktu yang lalu, apakah sudah ada yang mengontak koloni pusat tentang hal ini?” tanya Zhartan.
“Ya sudah, mereka membutuhkan waktu 20 hari untuk sampai di sini, planet koloni kita sangat jauh di salah satu gugusan galaksi tertua di jagad raya ini, gugusan galaksi GMLR…”
“… walaupun sudah menggunakan beberapa area khusus untuk melakukan jalur pintas antar ruang, gerbang bintang” jawab raksasa wanita yang tampak sangat cantik dan tinggi langsing tadi.
“Sial, alat teleportasi kita juga rusak” Kata raksasa yang gemuk berkepala gundul.
“Bagaimana dengan teman-teman kita yang bermarkas di dalam bumi? Apakah mereka juga sudah diberitahu?” tanya Zhartan.
“Sudah, dan mereka akan terhambat sekitar tiga hari, karena fluktuasi inti planet ini yang tidak terduga, membuat hujan magma akan menguat sehingga akan memperlambat perjalanan menembus ke permukaan bumi, mereka akan berusaha secepatnya sampai ke tempat kita,” jelas pria raksasa yang berkumis.
“Baiklah kalau begitu, mari kita ke tempat pesawat kita yang kita sembunyikan tidak jauh dari sini, dan apakah Bondowoso akan mampu mengangkatnya?” ajak Zhartan.
Semuanya segera keluar dari area tersebut, lalu Zhartan menunjuk batu besar berbentuk bulat. Zhartan melambaikan tangan kepada Bondowoso.
“Angkat benda tersebut, lalu tempatkan pada area yang lapang di balik bukit sana,” Zhartan meminta bantuan Bondowoso.
Bondowoso segera bergegas dengan cepat membawa batu besar berbentuk mirip bulatan dan berlari ke balik bukit dan di sana ada area lapang kemudian diletakkan batu besar bulat tersebut ditengah-tengah tanah lapang tersebut.
Di samping Bondowoso berdiri, mendadak ada seberkas sinar muncul dan membentuk setengah lingkaran, lalu terbentuk seperti gelombang air dan mendadak muncul Zhartan dan para raksasa lainnya yang berada di gua tadi disusul oleh Aryakreyan, Jaran Sewu, dan Eyang Rupit, tampaknya mereka menggunakan teleport antar ruang.
“Katanya rusak, kok masih bisa teleport?” Tanya Bondowoso.
“Koreksi, teleport jarak jauh, yang berfungsi ini hanya untuk area jarak dekat sekitar sini saja” jelas raksasa gemuk gundul.
“Kalian sudah hebat, mengapa tidak kalian saja yang mengatasi masalah ini?” tanya Bondowoso.
“Seperti yang kukatakan, kami sudah meninggalkan sifat peperangan kami, kami mendukung Vharok hanya karena ingin meneliti, tetapi sekarang Vharok sudah tidak ada lagi,” kata Zhartan.
“Ya memang ada beberapa yang nakal di antara kami yang ikut Vharok dan menjadikan kalian makanan kami, tetapi kami sendiri sudah melarang mereka, banyak pengikut Vharok yang telah kami hukum dengan mengembalikan mereka ke planet kami, dan menghapus memori mereka tentang kalian sebagai makanan,” jelas Zhartan.
“Ya kulihat itu, di masa depan kami, kalian adalah teman kami yang sangat dipercaya,” jelas Bondowoso.
“Oohh ternyata kau dari akhir zaman, pantas saja teknologimu sudah menyamai kami, karena kalian dapat mencontoh yang sudah ada, tetapi aturannya tetap, kami tidak akan memberitahukan bagaimana caranya, bukankah begitu?” jelas Zhartan.
“Benar sekali, kami mencari tahu sendiri teknologi tersebut, apakah kalian sudah mampu menjelajah waktu?” tanya Bondowoso.
“Sudah, tetapi kami tidak boleh ikut campur dan merusak sejarah kalian, jadi peraturan antar galaksi mengatakan, yang boleh menjelajah waktu hanya makhluk cerdas yang berasal dari planet itu sendiri, dan kami bukan asli dari bumi, jadi kami tidak akan melanggar aturan tersebut,” jelas Zhartan.
“Jadi kau sendirian untuk hal ini nak, tetapi kami boleh membantumu tanpa melibatkan mesin waktu kami,” jelas Zhartan.
“Ha ha ha aku tahu, terima kasih,” jawab Bondowoso.
“Nah mohon mundur teman-teman ke area yang agak jauh!” teriak Zhartan. Lalu dia meng-on-kan sesuatu lewat alat sejenis remote control yang ada di tangannya.
Mendadak batu bulat yang dibawa oleh Bondowoso tadi bergetar dengan cepat, lalu berputar perlahan dan semakin cepat di area sisinya, tanah-tanah berguguran dari benda tersebut.
Hal itu membuat batu bulat besar tadi terlihat jelas bentuk aslinya lalu terus berputar mengambang dan semakin lama semakin membesar sehingga hampir seluruh area lapang di balik bukit tersebut tertutup oleh pesawat bulat yang sangat besar tadi, seperti seukuran bukit.
Setelah dalam ukuran aslinya tercapai, pesawat tadi berkelap-kelip dan kemudian perlahan turun dan lalu muncul alat-alat penopang di bawahnya dan menjejakkan tanah, lalu pesawat super besar bulat tadi berhenti.
“Whaaaaaaaaow!” teriak Jaran Sewu, sedangkan Aryakreyan dan Eyang Rupit bengong.
“Baiklah, kini mesin pesawat sudah berhenti, perhatikan teman-teman raksasa!” teriak Zhartan.
“Ya kami melihatnya, silakan segera dibuktikan!” teriak wanita raksasa yang langsing tersebut.
“Bondowoso, ayo ke sana, dan angkat pesawat tersebut,” perintah Zhartan.
“Baiklah,” jawab Bondowoso.
“Exo Armor On!” teriak Bondowoso, mendadak tubuhnya dilingkupi oleh sejenis berlian berkilauan. Dan Bondowoso berdiri di bawah pesawat super besar tadi.
Dengan segera diangkatnya pesawat tadi.
“HEKH!” Bondowoso tertahan suaranya saat mulai mengangkat pesawat tersebut. Kaki Bondowoso melesak ke dalam tanah pijakan.
Pesawat sedikit beguncang tetapi belum terangkat.
“OOOOOOOOOOOOO!” Suara para raksasa seperti kecewa.
“Berhenti bermain-main Bondowoso, gunakan seluruh kekuatan yang kau punya,” perintah Zhartan.
“Exo Armor full power!” teriak Bondowoso.
“Full Power on!” jawab komputer Exo Armor tersebut.
Kali ini Bondowoso mengangkat pesawat tersebut sekali lagi.
WHUUUT!
Pesawat tersebut terangkat dengan perlahan. Lalu Bondowoso terus mengangkatnya sampai mengambang dari tanah sekitar dua meter.
“YEAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!” Para raksasa bersorak gembira.
PLOKH!
PLOKH!
PLOKH!
Suara tepuk tangan tanpa henti saat Bondowoso menahan pesawat itu beberapa lama di udara karena diangkat.
Setelah tepuk tangan berhenti, perlahan Bondowoso turun dan meletakkan pesawat tadi.
Lalu Bondowoso mendekati Zhartan, ”Kalian sudah mencapai teknologi manipulasi ukuran pula, sangat hebat.”
Kemudian Zhartan menekan sejenis remote control lagi, lalu pesawat tersebut kemudian mengecil lagi ke ukuran yang sebelumnya. Kemudian Zhartan menepuk pundak Bondowoso.
“Sepertinya kau mendapatkan kepercayaan mereka teman,” ucap Zhartan sembari tersenyum kepada Bondowoso.
Bondowoso tersenyum balik.
“Baiklah, sepertinya malam telah larut, aku rasa sebaiknya kita beristirahat terlebih dulu, besok pagi kita akan merencakan segala hal agar pikiran lebih jernih,” Jelas Zhartan.
*
“Patih Wanara bagaimana dengan pasukan yang telah kau bentuk?” tanya Bandung di area makan kerajaan.
“Telah siap gusti, ada Stupo adalah Rakryan Tumenggung, Gephenk adalah Rakryan Demung dan Shitohsudes adalah Rakryan Rangga!” ujar Patih Wanara.
“Bagus, acara makan kita sudah selesai, kini kita akan menyerang kerajaan Pengging, pasukan bersiap di alun-alun kerajaan Baka” perintah Bandung.
“SIAAAAAAAAAP!” seluruh orang yang hadir di perjamuan makan malam tadi serentak menjawab.
Beberapa saat kemudian di alun-alun, sebanyak empat puluh prajurit metal berdiri paling depan. Dan sisanya tiga puluh orang prajurit biasa berbaris di belakangnya.
“Apa? Kenapa sedikit sekali prajurit yang terkumpul?” tanya Wanara kepada Stupo.
“Maaf gusti patih, hanya ini yang tersisa dari 500 prajurit,” jelas Stupo.
“Tidak apa-apa patih, sebab kita akan bergerak cepat, empat puluh prajurit metal sudah cukup untuk menghancurkan kerajaan Pengging, dan kita akan bergerak cepat,” jelas Bandung.
“Baik gusti, bagaimana bisa cepat dengan tiga puluh orang prajurit biasa mengejar kecepatan prajurit metal?” tanya Wanara.
“Mereka akan digendong oleh prajurit metal, dan kita akan sampai ke istana Pengging sekitar tengah malam dan langsung menyerang mereka dan menguasai kerajaannya dalam waktu yang singkat,” kata Bandung.
“Serangan mendadak ini akan berhasil, karena belum ada yang pernah melakukannya ha ha ha!” Bandung tertawa penuh kepercayaan diri yang kuat.
“Prajurit, segera naik ke punggung prajurit metal dan kita berangkat segera ke kerajaan Pengging, laksanakan!” perintah Bandung.
Lalu semua prajurit manusia segera menaiki punggung prajurit metal.
“Prajurit metal ikuti aku, laksanakan!” perintah Bandung. Lalu Bandung berlari sangat kencang diikuti oleh prajurit metal dengan beban prajurit manusia di punggung mereka, namun kecepatan berlari mereka sangat luar biasa.
*
Istana Pengging. Prabu Damar Moyo sepertinya tidak dapat tidur, terduduk di atas ranjangnya bersama permaisuri.
“Kenapa paduka gundah gulana?” tanya permaisuri.
“Entahlah dinda, sepertinya aku kepikiran tentang pasukan kecil yang ku kirim ke istana Baka, belum ada kabar sampai sekarang, sedangkan aku juga merasa malu pada Roro Anjani permaisuri Raja Baka yang sedang berada di tempat kita, karena sudah sekian lama belum terlihat hasilnya,” ucap Damar Moyo.
“Jangan menghakimi diri sendiri, siapa tahu di sana mereka sudah berhasil mengembalikan kekuasaan Raja Baka, namun perlu waktu untuk mengabarkannya ke kerajaan kita,” hibur Permaisuri.
“Kurasa kau benar,” lalu Damar Moyo mematikan lampu kamar dan menyelimuti tubuhnya kemudian memeluk permaisurinya.
*
Menjelang lewat tengah malam mendadak di istana Pengging terjadi keributan. Para prajurit berlari ke sana ke mari. Sebagian area kiri istana terbakar.
Raja Damar Moyo yang berada di kamarnya segera bangun. Istrinya juga. Damar Moyo mengambil keris yang ada di ruangan tersebut lalu berlari menyusuri istana yang sebagian besar telah terbakar.
Di suatu tempat di area salah satu sudut istana. Semua prajurit Pengging yang tersisa telah terduduk dan kedua tangannya diletakkan di belakang kepala.
Sementara di sana Damar Moyo melihat Bandung dengan mengenakan baju perangnya yang aneh dan juga beberapa prajurit aneh yang sepertinya terbuat dari metal.
Bandung berdiri tampak angkuh dan congkak. Kakinya menjejak kepala Patih Kriwa yang tertunduk lesu dengan badan yang lebam hasil pertarungan.
“Ada apa Bandung? Kau telah kembali, dan kenapa kakimu berada di atas kepala Patih Kriwa, tunjukkan hormatmu!” bentak Damar Moyo.
“Ha ha ha Moyo-moyo, kau terlihat seperti cecunguk yang tidak bisa membaca situasi, aku sudah demikian lama mengabdi padamu, tapi kau lihat…”
“…sepuluh tahun mengabdi masih saja berpangkat senopati, seharusnya aku sudah menjadi patih karena banyak jasaku yang kuberikan padamu!” mata Bandung melotot dan tangannya menunjuk ke Damar Moyo.
“Kau telah berubah kenapa?” Damar Moyo kini melunak, kini dia tahu situasinya bahwa kerajaannya telah dikalahkan oleh Bandung.
“Karena apa? Karena kebodohanmu mempertahankan si tua dan bodoh Kriwa ini, sehingga karierku terhambat oleh kebodohannya, semua hasil kerjaku dinilai tidak berarti oleh Kriwa bodoh ini, tetapi kau Moyo tetap saja meminta aku yang banyak melaksanakan tugasku, lalu kenapa bukan kau tugaskan Kriwa ini kalau memang dia merasa hebat!” Bandung menjelaskan.
“Dengar Bandung, aku bersikap demikian karena Kriwa adalah perintis kerajaan ini bersamaku, jauh sebelum kau lahir, dia telah mengabdi lebih lama dari kau, sehingga sebagai bentuk terima kasihku padanya, maka dia akan tetap menjadi Patih sampai akhir hayatku,” kata Damar Moyo.
“Sedangkan kau yang bercita-cita mencapai karier yang tertinggi sudah kunilai sangat berarti, tetapi kau bukanlah perintis, kau tidak tahu betapa beratnya merintis suatu kerajaan!” Damar Moyo berargumen.
“HA HA HA Aku tahu caranya merintis kerajaan sekarang,” setelah berkata demikian Bandung langsung bergerak cepat dan memukul perut Damar Moyo.
BLUUGH!
HUEEEKH!
Damar Moyo tertunduk menahan sakit di perutnya, lalu jatuh terduduk.
“Aku masih berbaik hati tidak membunuhmu Moyo,” kata Bandung.
“Prajurit, bawa dia ke tahanan, dan mulai sekarang, Akulah Raja Pengging!” teriak Bandung.
“Hidup Bandung Raja Pengging!”
“Hidup Bandung Raja Pengging!” teriak prajurit Bandung.
“Patih Wanara!” teriak Bandung.
“Hamba gusti!” jawab Wanara.
“Patih Wanara, aku akan kembali ke kerajaan Baka saat ini juga, kutinggalkan sebanyak sepuluh prajurit metal untuk membantumu menjaga kerajaan Pengging ini, dan biarkan juga prajurit Baka yang ikut menyerang tetap di sini karena ini kerajaan mereka juga,” ucap Bandung.
“Baik gusti prabu, hamba siap laksanakan!” jawab Wanara.
“Prajurit metal, sepuluh barisan depan akan tetap tinggal di sini membantu dan menaati perintah Patih Wanara, sisanya tiga puluh prajurit metal akan ikut aku kembali ke kerajaan Baka, laksanakan!” perintah Bandung.
“Siap laksanakan gusti prabu!” jawab semua prajurit metal dengan suara mereka yang khas seperti menggaung.
“Bagus!” ucap Bandung lalu segera berlari cepat kembali ke kerajaan Baka. Sebanyak tiga puluh prajurit metal segera mengikutinya berlari dengan cepat di belakangnya.
Pagi hari di kerajaan Baka, prajurit metal bersama dengan Bandung telah tiba di area istana Baka.
Para rakyat merasa takjub sekaligus takut saat melihat mereka melintasi jalan-jalan utama kerajaan dengan kecepatan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
“Raja baru kita Bandung sepertinya memiliki bala tentara yang hebat dan bergerak tidak terlihat,” ujar seorang kakek yang telah dilewati pasukan Bandung.
“Tidak terlihat? Sepertinya Raja Bandung memiliki jin yang banyak sekali!” celetuk seorang pria muda yang ada di dekatnya.
“Mungkin saja,” sahut seorang wanita setengah baya yang di dekat situ juga.
Sesampainya di istana, Bandung segera bergegas masuk ke ruangan raja dan tertidur. Sepertinya telah kecapekan.
Siangnya di ruangan yang lain istana Baka. Loro dan Roro Jonggrang terlihat sangat sedih. Saat Roro melihat keluar ruangannya, dia melihat banyak prajurit metal menjaga sekeliling ruangan tersebut.
“Sepertinya tanpa harapan melarikan diri,” ucap Loro Jonggrang.
“Selalu ada, aku mengharapkan Bondowoso untuk membebaskan kita,” Roro Jonggrang memberikan harapan.
“Kulihat kemampuan Bondowoso dengan Bandung sepertinya seimbang, sangat sulit untuk menang bila begitu, tetapi juga ada harapan namun aku tidak tahu bagaimana” Loro bergumam.
“Kau benar mbakyu , ada baiknya Bondowoso menambah kekuatan lagi melebihi sebelumnya?” cetus Roro.
“Menambah kekuatan? Memangnya bisa? Dengan latihan yang lebih keras lagi?” tanya Loro.
“Entahlah, sepertinya bisa, aku banyak melihat keajaiban sejak bersamanya,” jelas Roro.
“Oh gitu ya, sudah seberapa jauh hubunganmu dengannya?” tanya Loro.
“Sudah dekat, aku sangat mencintainya, dia juga begitu, aku yakin dia akan menyelamatkanku,” jelas Roro.
“Bila sendirian walaupun sama kuat, sepertinya Bondowoso harus mencari bala bantuan lainnya, sehebat apa pun dia bila sendirian, maka pasti akan kalah, karena kita telah menjadi tawanan Bandung, itu akan menjadi beban tersendiri, boleh dikata kelemahan Bondowoso,” ujar Loro Jonggrang.
“Benar mbakyu, oleh karena itu kita harus mencari cara untuk mengalihkan perhatian Bandung, agar Bondowoso dapat menyelamatkan kita,” usul Roro.
bersambung....
Cerbung ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 2 Nomor 8 Agustus 2017 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”
AN1MAGINE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening
website an1mage.net www.an1mage.org
Comments
Post a Comment