Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. : Pariwisata dan Warisan Budaya di Bali


Indonesia memiliki destinasi pariwisata yang terkenal di dunia internasional. Apa lagi jika bukan Pulau Dewata?

Kali ini An1magine bertemu dengan Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Udayana yang banyak melakukan penelitian mengenai warisan budaya di Bali.

Menurut Prof. Ardika, Bali memiliki sejarah yang cukup panjang. Sejarah panjang itu masih tetap dilestarikan dipraktekkan oleh orang Bali sampai sekarang.

Ada keberlanjutan dari budaya, dari Tradisi Bali. Situs di Bali misalnya Goa Gajah berasal dari abad kesembilan dan dimaanfaatkan hingga kini.

Tidak hanya itu, Orang Bali membangun situs yang baru seperti Pura Tirta Empul yang berlokasi di Tampak Siring. Hingga kini kolam di pura tersebut masih dirawat dan berfungsi dengan baik.

Pariwisata Bali merupakan pariwisata berlandaskan budaya, sehingga Budaya Bali di pertontonkan pada wisatawan.


Prof. Ardika berpendapat hubungan patiwisata dengan budaya di Bali bagaikan pisau bermata dua atau ibarat api. Ada sisi negatif dan positifnya.

Sisi positifnya adalah pariwisata melestarikan, merevitalisasi tradisi dan Warisan Budaya Bali.

Sementara sisi negatifnya, Budaya Bali dijadikan komoditas sehingga tidak jarang terjadi banyak seni-seni sakral yang menjadi profan. Seperti Upacara Ngaben atau Melasti yang dikemas menjadi suatu pertunjukan.

Karena pariwisata di Bali berdasar budaya, wisatawan harus menghormati budaya lokal seperti ketika pergi ke pura, wisatawan hendaknya memakai Pakaian Adat Bali atau wisatawan tidak boleh ke jeroan, halaman paling suci dari suatu pura.

Prof. Ardika berharap Masyarakat Bali tidak perlu mengubah kehidupan sehari-harinya, mereka hanya perlu melaksanakan kehidupan sehari-harinya seperti biasa seperti keadaan asli, tidak di buat-buat.

Juga agar produk lokal dapat maju ke kancah internasional contohnya masakan Tradisional Bali seperti Babi Guling Bu Oka, Ayam Betutu Bu Mangku di Kedewasan, juga Bebek Bengil Bu Agung.

Oleh karenanya antara pariwisata dan budaya harus ada sinergitas. Di satu sisi mengemas budaya untuk wisatawan, tapi di sisi lain pariwisata harus mampu melestarikan menyuburkan budaya itu sendiri.

Dengan demikian ada keseimbangan karena pariwisata tidak hanya membuat budaya menjadi tontonan, tapi pariwisata juga harus memberi kontribusi kelestarian budaya. (ARC)



Artikel ini ada di An1magine majalah eMagazine Art and Science Volume 1 Nomor 4 Juni 2016
yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa




Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *