PESTA SAINS 2016: Menikmati Makanan dengan Cara Berbeda
Laporan dari Widayanti Arioka.
Biasanya kita menikmati makanan dengan lidah kita. Namun di Pesta Sains 2016, makanan dinikmati dengan seluruh panca indera kita yang lain. Mata, telinga, hidung, tangan, dan tentunya lidah.
Pesta Sains kembali digelar untuk ketiga kalinya. Pesta Sains atau Fête de la Science merupakan Kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Institut Français Indonesia (IFI) dan Alliance Français (AF). Tujuannya adalah agar sains lebih dekat dan mudah dipahami oleh masyarakat luas.
Pesta Sains di tahun ini mengangkat tema “makanan dan kita”. Kegiatan yang diadakan di 5 kota ini mengajak masyarakat umum melihat keterkaitan makanan dengan kesehatan dan lingkungan.
Acara utamanya berupa pameran interaktif “Bon Appetit” atau selamat makan dan Pameran Fotografi Eat It! karya Enora Lalet.
Di Bali sendiri, kegiatan Pesta Sains dipusatkan di Bentara Budaya Bali.
Eat It!: Ketika Selfie bersama Makanan Ditampilkan Berbeda
Pesta Sains 2016 dibuka pada hari Minggu (27/11), yang diisi dengan diskusi mengenai karya foto artistik yang dipamerkan oleh Enora Lalet.
Siswa SD sedang memelajari sistem pencernaan pada pameran bon appetit. Foto: Widayanti Arioka
Sebanyak 16 foto yang bertema Cooking Faces ini menampilkan wajah yang di body painting dan dihiasi makanan. Beberapa di antaranya adalah wajah Enora sendiri.
Jika biasanya ketika kita berfoto diri dengan makanan, makanan tersebut ada di genggaman tangan kita. Dalam karyanya Enora justru meletakan makanan di tempat-tempat yang tidak lazim.
Misalnya Spaghetti yang diletakan di atas kepala dan dirangkai bagai rambut. Seperti yang juga terjadi pada sayur kol merah dan selada. Adapula kulit lemon yang dirangkai dan dijahit sedemikian rupa, yang kemudian diletakan menutupi mulut.
Perupa asal Prancis ini sengaja memilih makanan sebagai bahan utama untuk karyanya karena menurutnya makanan merupakan salah satu unsur budaya dan memiliki dimensi antropologis. Ia menemukan hal menarik mengenai makanan yang sangat terkait dengan budaya seseorang.
Misalnya tentang ada makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan dalam budaya tertentu. Enora bahkan mendalami ilmu antropologi untuk memelajari pendekatan artistik pada isu ras budaya melalui bahan makanan.
Bon Apettit: Memahami Sains Lewat Makanan
Selain pameran foto artistik, Pameran interaktif bertajuk “Bon Appétit” atau selamat makan juga menarik perhatian pengunjung pada Pembukaan Pesta Sains. Pameran interaktif ini merupakan hasil kerjasama dengan Cité Nature, seorganisasi pusat budaya sains dari Prancis.
Melalui berbagai percobaan dan papan-papan peraga yang informatif, para pengunjung diajak untuk mengungkap seluruh misteri makanan. Mulai dari penjelasan berbagai kelompok makanan, efek-efeknya terhadap tubuh manusia, hingga persoalan kesehatan.
Pameran Bon Appétit memberikan jawaban dalam bahasa yang sederhana untuk semua pertanyaan yang kita ajukan tentang makanan. Termasuk tentang fakta bahwa ketika menikmati makanan, bukan hanya lidah kita saja yang bekerja menentukan rasa makanan tersebut.
Hidung, mata, telinga, dan indera peraba kita juga turut berkontribusi menentukan apakah makanan itu enak dinikmati.
Selain kedua pameran sebagai acara utamanya, Pesta Sains yang berlangsung dari tanggal 27 November 2016 hingga 10 Desember 2016 ini juga diisi dengan pemutaran 2 movie. Yang pertama adalah movie Kasepuhan Ciptagelar karya Watchdog Documentary.
Movie kedua adalah Demain, movie pemenang penghargaan sebagai movie dokumenter terbaik dalam Cesar Award 2016 di Prancis. Kemudian, ada juga seminar Makanan dan Rasa yang bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali, serta seminar Makanan dan Lingkungan yang bekerja sama dengan Universitas Udayana.
yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
Comments
Post a Comment