MINDPORTER: Mindporting to Plante di An1magine Volume 1 Nomor 8 Oktober 2016
Menyendoknya banyak-banyak, mengunyah kemudian menelannya.
“Memangnya benda apa yang membuatmu sampai datang kemari?” tanya Mozza setelah Glaric menghabiskan lebih dari setengah makanannya.
“Sesuatu yang dapat membuat pengalaman hujan Rhalemug sempurna!” ia menunjuk sobatnya dengan makanan menggantung di mulutnya.
“Benarkah?” sahut Rhalemug antusias.
Glaric mengangguk bangga.
“Hei! Hei! Telan dulu makananmu, bung!” protes Mozza sembari menjauhkan piringnya.
Dengan susah payah Glaric menelan makanannya, ia menyeruput minumannya supaya makanannya lebih mudah terdorong masuk ke dalam perut.
“Suatu alat sederhana sebenarnya. Aku bisa memperbanyaknya supaya pengalaman hujanmu menakjubkan!”
“Sebenarnya aku juga ingin merasakannya Rhalemug. Terima kasih telah memotivasiku untuk menciptakan hujan!” Glaric membungkuk sedikit untuk mengambil kantong belanjaannya pada Rhalemug.
Kantong belanjaan itu penuh dengan pipa-pipa dan berbagai benda lainnya. Glaric menunjukkan benda antik yang ia maksud. Sesuatu dengan bentuk bulat dan memiliki banyak lubang.
“Nantinya air akan keluar lewat lubang-lubang ini!” serunya puas.
“Eh, Glaric bukankah itu mirip dengan yang ada di kamar mandi kita?” sahut Rhalemug sembari memerhatikan benda antik yang di pegangi Glaric.
“Mirip sobat! Hanya saja di sini sudah ada pengaturnya hingga air yang keluar tidak akan terlalu deras. Hujan tidak sama dengan kucuran air dari keranmu!” jelasnya sembari tertawa puas.
“Kujamin dengan benda sebanyak itu, minggu depan kau sudah tidak mampu berbelanja!” cibir Mozza dengan tatapan ngeri pada seluruh belanjaan Glaric.
“Tidak masalah Machieri aku sudah cukup memiliki banyak mainan hingga akhir bulan,” tuturnya riang.
Mozza beralih ke Rhalemug. “Kau sudah pernah ke flatnya?”
Rhalemug mengangguk dengan mulut penuh makanan.
“Semoga kau lekas tersandung oleh kabel-kabelnya. Asal kau tahu saja itu semua kabel maut!”
“Astaga Mozz, kau sangat jahat!” kata Glaric sembari menancapkan garpunya ke serangga terakhir milik Mozza dan segera melahapnya sebelum gadis itu sempat mencegah.
“Arrrrrgh!” Mozza melesat mengambil botol saus dan menuangkannya ke atas makanan Glaric.
Rhalemug menahannya sebelum terlalu banyak. “Ayolah Mozz,” senyumnya.
Mozza menampilkan wajah cemberutnya. Rambutnya yang agak ikal bergoyang pelan.
Sementara itu Glaric memandangi makanannya yang penuh saus dengan kekehan pelan.
Ia tidak suka saus, dan Mozza mencoba menghukum tingkahnya.
Suasana menjadi agak tegang di sini. Rhalemug memutar otak. Mendadak ia teringat perayaan Daro-Kanori.
“Hei, sudah ada rencana untuk Daro-Kanori?” tanya Rhalemug bersemangat.
Rupanya semangatnya menular ke teman-temannya.
“Daro-Kanori? Astaga aku hampir melupakannya!” seru Glaric sembari menyingkirkan saus dari makanannya.
“Aku sudah punya rencana untuk berkumpul dan memasak ikan bersama sepupu jauhku. Sangat senang ketika aku memiliki teman memasak. Biasanya aku melakukannya sendirian,” sahut Mozza tidak kalah semangatnya.
“Jadi kau tidak akan berkumpul denganku tahun ini?” protes Glaric mendadak kehilangan nafsu makan.
Ia menggeser piringnya hingga agak ke ujung dan hampir jatuh. Dengan cekatan Rhalemug mendorong piring tersebut.
“Aku tetap akan ke tempatmu setelah itu. Apa namanya? Sintesa Samiroonc? Nama tempat yang aneh! Mungkin aku akan membawa masakanku tapi tidak banyak, sebaiknya kau juga tetap menyediakan ikan”.
“Berjaga-jaga kalau sepupuku berusaha menghabiskan makanan kami. dia itu genduuuut!” Mozza menekankan kata gendut dengan intonasi yang berlebihan.
“Tidak masalah,” jawab Glaric riang. “Bagaimana denganmu Rhalemug? Berkumpul bersama Alo?”
Rhalemug mengangguk. “Iya, namun ia belum mengundangku hingga sekarang. Biasanya ia akan mengundang saat waktunya sudah sangat mepet”.
“Apakah kau bisa ketempatku setelah dari rumah Alo? Seperti Mozza, setelah ia berkumpul dengan sepupunya”.
“Oh aku mendadak sedih karena menjadi orang yang dinomor duakan oleh kedua temanku!” katanya tapi tidak benar-benar kelihatan sedih.
“Tentu saja aku akan datang!” janji Rhalemug.
“Memangnya kau sendiri tidak menemui sepupumu di lantai atas?” kata Mozza dengan curiga.
“Kami memang sudah ada rencana untuk itu. Bagus sekali kita memiliki jadwal yang sama untuk Daro-Kanori,” jawabnya enteng.
“Sudah kuduga,” celetuk Mozza sembari menguncir rambutnya. “Baiklah, waktu istirahatku segera berakhir. Sampai ketemu lagi di Daro-Kanori!”
*
Ahora & Nyanyian Hening
Pilihan : Memberi atau TIDAK memberi
Keduanya menghasilkan tanggung jawab yang berbeda
Tidak banyak yang dilakukan Rhalemug buat membereskan rumahnya. Flat dengan dua rungan.
Ruang tamu sedari awal sudah ia gunakan sebagai kamar tidur, sementara ruangan yang harusnya berfungsi sebagai kamar malah ia jadikan tempat penyimpanan barang-barangnya.
Kardus-kardus yang sudah lama tidak dibuka, bahkan tidak ia ingat lagi isinya berjajar di sana.
Berhubung Alo dan Ahora akan segera menempati rumahnya, Rhalemug memutuskan untuk menyusun kardus-kardus itu ke atas.
Membongkar untuk melihat barang mana yang sudah tidak dibutuhkan untuk dibuang tentunya akan memakan waktu.
Akhir pekan ini sebenarnya ia ingin sekali mengunjungi perpustakaan.
Belajar mengenai tanaman tidak akan ada habisnya karena dunia tanaman sungguh rumit dan luas.
Namun bukan berarti ia akan mempelajari tanaman saja di perpustakaan. Ia telah memutuskan untuk mulai mempelajari hal-hal lain tidak peduli seberapa melencengnya dari tanaman.
Selesai merapikan barang-barangnya ke satu sisi, Rhalemug merasa ruangan itu menjadi lebih luas. Ia menyalakan mesin penyedot udara dari langit-langit supaya bau pengap di kamarnya segera hilang.
Mungkin akhir pekan ini ia harus mengajak Glaric, supaya menemaninya membeli pengharum ruangan.
Ia baru saja akan mengambil segelas air ketika seekor semut menggigit jari kakinya.
Semut hitam itu mencengkeram.
Tidak hanya tanaman yang aneh! Semut-semut di Plante nampaknya jauh lebih ganas.
Pasti ada penyebab dari seluruh kejadian ini. Jika bukan dari penduduk internal Plante, mungkinkah penyebab seluruh bencana ini berasal dari Plante itu sendiri?
Meskipun Ahora sudah beberapa hari tinggal di rumahnya, Rhalemug tidak dapat berinteraksi banyak dengan gadis itu.
Terlepas dari kesibukan pekerjaan mereka masing-masing, Rhalemug juga jarang melihat Ahora keluar dari kamar kecuali saat jam makan malam.
Oleh karenanya Rhalemug cukup kaget ketika melihat Ahora tengah berada di dapur sembari memotong-motong sayuran.
“Rhalemug kau sudah pulang!’ serunya terkejut.
Selama sepersekian detik, Rhalemug terpesona oleh kecantikan gadis di hadapannya.
Kuncir kuda rambut Ahora bergoyang sedikit. “Padahal aku ingin menyiapkan makanan kejutan untukmu dan Alo. Aku tahu benar selama ini aku terlalu tenggelam dalam pekerjaanku di depan komputer.
Maka dari itu aku ingin menyajikan sesuatu yang berbeda sesuai keahlianku. Maafkan aku menggunakan dapurmu tanpa permisi."
“Tidak masalah Ahora, kau bisa menganggap flat ini selayaknya rumahmu sendiri,” timpal Rhalemug sembari melepaskan sepatunya.
“Ngomong-ngomong tidak biasanya kau pulang cepat. Apakah Alo tidak pulang bersamamu?”
“Alo mengatakan akan mengunjungi Patizio petang ini, ia akan pulang lebih larut daripada biasanya. Sementara aku merasa agak pusing siang ini. Sepertinya aku agak alergi dengan makan siang dari dapur umum”.
“Memangnya hari ini mereka memberikan menu apa?” tanya Ahora penasaran.
“Sesuatu yang nampaknya berasal dari akar tanaman. Aku selalu alergi dengan olahan akar tanaman,” gerutu Rhalemug. “Kupikir seiring dengan penambahan umurku, alergiku akan berkurang. Sayangnya tidak”.
“Tidak perlu memaksakan diri seperti itu jika kau memang merasa alergi. Lain kali tidak perlu memakannya. Baiklah, sekarang kau istirahat saja. Aku akan melanjutkan pembuatan makan malam”.
“Aku akan membantumu saja. Sakit kepalaku sudah agak memudar,” kata Rhalemug menawarkan bantuan.
“Kau yakin tidak apa-apa?” tanya Ahora khawatir.
Rhalemug mengepalkan tangannya di depan dada. “Tidak masalah Machieri”.
“Machieri? Rhalemug aku sungguh tidak pernah membayangkan kata semacam itu akan muncul darimu!” seru Ahora tergelak.
“Baiklah kau bisa membantuku mencuci sayuran dan buah sementara aku akan memotong-motong ikan”.
Terlalu lama tidak berada di dapur, Rhalemug agak kikuk ketika membersihkan sayur.
Perlahan, ia mengucuri daun-daun segar itu tanpa membuat daunnya rusak. Jika sayuran dan buah berasal dari Aracheas, maka daging berasal dari Gnemoe atau divisi peternakan.
Beberapa menit berlalu dalam diam, Rhalemug merasa wajib mengajak Ahora bicara.
“Ahora, apakah kau keberatan menceritakan sedikit mengenai pekerjaanmu? Dulu kau sekolah di bidang komputerisasi namun aku sama sekali tidak memiliki petunjuk untuk itu”.
“Pekerjaanku sederhana Rhalemug, hanya memastikan fitur-fitur di Plante berjalan sesuai kegunaannya. Seperti pengaturan agar seluruh lampu di dunia ini menyala, semacam itu”.
“Tapi pada intinya orang-orang di divisiku memastikan Plante dapat beroperasi dengan baik. Ada banyak komponen di dunia ini yang akan sangat panjang bila kuceritakan padamu,” senyum Ahora.
“Kelihatan seperti pekerjaan yang berat”.
“Aku tidak pernah menganggapnya seperti itu Rhalemug, mengingat memang itu adalah pilihanku. Lagipula jika kau sudah bertahun-tahun menjalaninya, kau akan menjadi ahli berkat seluruh waktu yang kau habiskan untuk pekerjaanmu”.
Mereka kembali diam, hanya gemericik air yang terdengar ketika Rhalemug mencuci sayuran.
“Apakah area pekerjaanmu berada di dekat sini?” tanya Rhalemug kembali.
“Tidak, cukup jauh sebenarnya. Kantorku ada di tingkat paling atas Plante. Ada beberapa divisi yang selantai denganku,” ungkapnya.
Ahora mulai memasukkan bahan-bahan makanan yang telah Rhalemug cuci ke dalam wajan. Menumisnya bersama potongan ikan berbentuk dadu.
“Pasti lantai yang sangat luas!” tebak Rhalemug.
“Kau benar!” katanya, lagi-lagi sembari menampakkan senyum yang sempurna.
“Hei Rhalemug mau mendengar gosip tidak? Sebenarnya Alo terkadang mengunjungiku bukan karena memang ia ingin menengokku, tapi karena ia menyukai seseorang dari departemenku”.
“Benarkan?” sahut Rhalemug sembari membulatkan matanya. Alo menyukai teman Ahora. Ia tidak pernah menceritakan apapun kepadanya selama ini.
Sama seperti dirinya yang tidak pernah mengakui bahwa sebenarnya ia menyukai adik sahabatnya.
Ahora mengangguk. “Namanya Jhatatysa. Seniorku, bahkan sebenarnya ia jauh lebih tua di atas Alo. Kapan-kapan ikutlah Alo ke tempatku. Ada berbagai hal menarik yang dapat kau temui di Equilibrium. Kami bahkan memiliki taman kota pribadi yang indah”.
“Apakah aku boleh ke sana?” tanya Rhalemug agak ragu.
“Untuk ke daerah pemukiman dan taman, serta tempat-tempat umum lainnya tentu saja boleh. Kau tidak boleh memasuki lantai tempatku bekerja. Mirip seperti aku yang tidak diperbolehkan melihat Aracheas”.
Rhalemug tergelak. “Tempat kerja memang tidak boleh disejajarkan seperti tempat rekreasi”.
Masakan Ahora telah matang. Ia memindahkannya ke dalam mangkuk besar, sekaligus mengambil mangkuk makan.
Ia menuangkan buat Rhalemug terlebih dulu baru buat dirinya sendiri.
Rhalemug memandangi makanan yang masih panas itu kemudian mengambil sendok. Ia mengambilnya sedikit, meniupnya beberapa kali kemudian menelannya.
Cita rasa masakan Ahora tidak sekelas divisi kuliner namun Rhalemug tetap memakan makanannya untuk menghormati pembuatnya.
“Kau sendiri... bagaimana kesibukanmu?” tanyanya.
“Tidak terlalu banyak yang dilakukan. Hari kerja mangkal di Aracheas sementara akhir pekan aku senang ke perpustakaan,” ungkap Rhalemug sembari menyendok makanannya.
“Apakah banyak hal menarik di perpustakaan?”
Rhalemug mengangguk. “Ada monitor yang sangat besar! Menyajikan gambar-gambar yang mirip di monitor kita!”
“Monitor besar?” sahut Ahora tak mengerti.
“Iya, kau bisa menemukannya di perpustakaan. Tapi aku ke sana untuk membaca banyak pengetahuan,” jelas Rhalemug. “Monitor itu hanya sebuah nilai tambahan”.
“Buku apa yang sering kau baca?”
“Kebanyakan mengenai tanaman, sedikit mengenai sejarah Plante”.
Ahora menambahkan sup yang dibuatnya ke dalam mangkuk makan. Ia terlihat menyukainya.
“Bagaimana dengan berakhir pekan ke perpustakaan bersama?” ajak Ahora.
Rhalemug hampir tersedak oleh makanannya. Pertama kalinya ia diajak seorang gadis pergi bersama. Apakah ia boleh menilainya sebagai kencan?
Ia mengangguk mantap. Rasa senang membanjirinya.
Maka akhir minggu itu, untuk pertama kalinya Rhalemug menunggu Shuttle Bus di halte.
Lebih istimewa lagi karena menunggu bersama gadis yang disukainya. Pilihan transportasi kali ini disebabkan Ahora mengatakan tidak ingin berjalan kaki ke Schavelle.
“Jalan kaki membutuhkan waktu sekitar satu jam, sementara Shuttle Bus akan mengantar kita selama dua puluh menit saja.
Dengan demikian kita akan memiliki banyak waktu di Schavelle”. Ahora mencoba menjelaskan perhitungannya pada Rhalemug.
Sekitar lima belas menit menunggu di halte, Shuttle Bus yang dimaksud Ahora datang. Ini semua berkat Ahora yang memiliki kertas jadwal sehingga mereka dapat menunggu dengan wajar.
Tidak terlalu lama, juga tidak ketinggalan bus.
Mereka duduk berdampingan. Ahora ada di dekat jendela.
“Apa yang membuatmu tertarik buat mengunjungi perpustakaan?” tanya Rhalemug mencoba membuka pembicaraan. Ia ingin mendekatkan diri pada Ahora.
Ahora menoleh ke arahnya. Beberapa rambut yang ia ikat lepas dan tertiup angin pelan karena laju kendaraan. Benar-benar manis.
“Karena itu perpustakaan pusat,” sahut Ahora terlihat seperti sedang mencari alasan.
Mendadak Rhalemug mempertanyakan maksud sebenarnya dari gadis itu. Ahora terlihat membentengi dirinya.
Memunculkan tembok-tembok misterius di mana Rhalemug tidak memiliki hak buat mengintip.
“Oh ya Rhalemug, aku dan Alo benar-benar berterima kasih karena diperbolehkan tinggal di rumahmu selama seminggu ini. Kau benar-benar kawan yang baik,” ujarnya tulus.
Kawan, dan kenyataan itu menghujam Rhalemug. Kesenangan seolah cepat datang juga cepat pergi.
Namun semenjak awal kemungkinan Ahora menyukainya juga tipis. Gadis itu cerdas dan tinggal di tempat yang jauh.
Mereka jarang berhubungan. Rhalemug di mata Ahora tidak lebih dari sekadar teman baik kakaknya saja.
“Tidak masalah,” jawab Rhalemug singkat.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan dalam diam.
Rhalemug memandangi sudut-sudut kota yang belum pernah di lewatinya. Bus itu menggunakan jalur jalan besar.
Sementara selama ini Rhalemug selalu menggunakan korridor-korridor pejalan kaki untuk memotong jarak.
Beberapa kota bernama “Kux”, “Vekx” dan “Heya” benar-benar asing baginya.
Mendadak semangatnya muncul kembali karena melihat tempat-tempat yang belum pernah ia singgahi.
Perjalanan selama dua puluh menit menjadi benar-benar tidak terasa. Mendadak mereka sudah memasuki gerabang Schavelle yang megah.
Terbuat dari kristal-kristal berbentuk daun ilalang saling silang yang artistik.
Pemandangan yang tidak Rhalemug dapatkan ketika berjalan kaki menuju Schavelle karena ia langsung masuk ke jantung kota dari Sintesa Samiroonc.
Ia baru menyadari Schavelle memang diistimewakan. Ibu kota Plante.
Mereka berhenti tepat di perpustakaan. Ahora dengan langkah mantap segera menaiki tangga-tangga itu. Jelas ini bukan pertama kalinya ia kemari.
“Selamat datang di perpustakaan,” ujar seorang petugas yang terlihat masih baru.
Sepertinya baru menyelesaikan pendidikannya.
Sebelahnya ada Mozza yang memandangi komputernya dengan mengerutkan dahi.
Ahora menjawab dengan sama ramahnya, “Aku sedang mencari buku mengenai teknik mesin, bisa kah kau memberikan rekomendasi ke akunku? Usernameku 8892912”.
Saat itu Mozza menoleh. Ia semakin kaget ketika melihat ada Rhalemug.
“Rhalemug?”
“Hai Mozz,” sapanya. Bukannya tadi tidak ingin menyapa. Tapi Mozza terlihat super sibuk dengan pekerjaannya.
“Bersama teman?” Mozza segera mengambil alih pelayanan. Anak baru itu bergeser ke sampingnya.
“Perkenalkan ini Ahora, adik dari temanku di Aracheas,” ujar Rhalemug memperkenalkan. “Mozza ini Ahora, Ahora ini Mozza”.
Mereka berjabat tangan. Ahora tersenyum sementara Mozza malah terlihat sedikit tegang.
“Senang berkenalan denganmu,” sahut Mozza kikuk. “Aku akan segera mengirimkan buku-buku yang sekiranya relevan dengan kebutuhanmu”.
Rhalemug dan Ahora memasuki area baca. Beberapa ada di sana tapi tidak banyak.
“Jika perpustakaan ini memang digital kenapa mereka tidak memberikan saja semua koleksi mereka ya,” gumam Rhalemug sembari melewati deretan meja komputer.
“Karena tempat penyimpanan komputer di flat cukup terbatas. Lagipula jika memiliki semua koleksi, kita tetap akan memilih sesuai kebutuhan,” jelas Ahora.
Mereka menuju ruangan dengan monitor besar. Orang-orang yang ada di sana lebih banyak. Tempatnya memang lebih nyaman.
“Aku heran ada orang yang mampu membuat layar monitor selebar ini. Gambar yang dibuat juga sangat besar. Pasti seorang seniman sebat,” gumam Rhalemug.
Ahora tidak menimpali kata-kata Rhalemug. Ia menuju salah satu komputer dan mulai memasukkan username dan passwordnya.
“Pelayanan mereka cukup baik. Sudah ada beberapa buku yang direkomendasikan ke akunku,” katanya sembari menatap layar komputernya.
Rhalemug menarik bangku di sebelah Ahora dan duduk. Seperti biasa ia akan mencari tahu tentang tanaman.
Dari salah satu buku yang dia sudah baca, ia mengetahui tumbuhan merupakan salah satu makhluk abadi yang bergerak berdasarkan kebutuhannya untuk hidup dan tumbuh serta bereproduksi.
Meskipun memiliki pergerakan yang terbatas. Seperti tanaman Ferona tidak dapat berlari untuk menghindari tangan-tangan jahil yang berniat merusak keindahan bunganya.
Pertumbuhan sendiri dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah atau ukuran sel pada makhluk hidup. Reproduksi dapat di lakukan tumbuhan melalui beberapa cara.
Misalnya menggunakan biji. Biji mulanya merupakan bagian dari tanaman, namun ketika buah masak, ia akan memisahkan diri dari inangnya dan membentuk jenis yang sama.
Biji akhirnya menjadi organisme yang berbeda dari si induk.
Matanya tertuju pada judul buku Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Mendadak Rhalemug ingin memperdalam pengetahuannya mengenai pestisida.
Ia sudah memilih sejilid buku yang dikiranya cocok dan mulai memahami bahwa Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama.
Tujuannya memberantas atau mencegah Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) berkembang biak. Hama dibenci karena mampu merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.
Berdasarkan bentuknya pestisida dapat berupa cair, padat, juga aerosol.
Berdasarkan penggolongannya, pestisida dibagi atas Insektisida, Fungisida, Herbisida, Akarisida, dan Rodentisida.
Penyemprotan juga membutuhkan cara yang tepat. Kebanyakan tanaman di Plante memiliki standar 70% penyemprotan dari bawah dan 30% dari atas.
Penyemprotan dari bawah bertujuan agar hama-hama yang ada di bawah daun dapat terkena larutan pestisida sehingga penyemprotan lebih efektif.
Meskipun begitu, pestisida memiliki dampak positif dan negatif. Seperti pengaplikasian di area yang luas tidak membutuhkan waktu yang panjang juga hasilnya segera dapat dirasakan.
Dampak negatifnya, pestisida mungkin tidak hanya meracuni hama, tapi juga tanaman inti bahkan ternak. Pemakaian yang tidak tepat juga dapat menyebabkan resistensi hama juga pencemaran lingkungan.
Pikiran Rhalemug kembali melayang ke Aracheas. Ia ingin memastikan tumbuhannya dapat memberikan hasil yang baik. Seperti tahun-tahun yang sudah berlalu.
Mungkinkah Aracheas mengalami pencemaran lingkungan? Ia tidak dapat memeriksa kandungan dalam tanah. Ia tidak mempelajari hal begitu, orang laboratorium yang dapat mengujinya.
Setelah melog-out akunnya Rhalemug mendekati monitor besar itu. Benda bulat itu terlihat sedikit dibagian ujungnya. Menampikan pemandangan dengan benda-benda berpendar namun lebih kecil. Kesannya lebih jauh.
Lebih jauh... Konsep itu sepertinya tidak berlaku di Plante si dunia yang sempurna.
Di mana semua bagiannya telah di maksimalkan. Sebidang dunia dengan tata perencanaan yang matang.
Tanpa benar-benar di sadarinya, Rhalemug menyentuh layar lebar itu.
Rasanya seperti memegang kaca. Bening. Jika benar itu kaca, maka itu adalah kaca yang paling luas yang pernah Rhalemug lihat selama hidupnya.
Dari sisa-sisa pengetahuan di luar tanaman yang dimilikinya, ia ingat gurunya pernah mengatakan kaca memiliki sifat tembus pandang. Seperti kaca etalase di daerah Schavelle yang menjadi pembatas antara toko dengan trotoar.
Kaca membuat pengunjung dapat melihat bagian dalam toko.
Jika Plante di kelilingi dengan kaca, berarti sebenarnya dunia mereka tidak seterbatas yang dipikirkan selama ini.
Lebih jauh... Lebih luas... Plante bukan keseluruhan dunia seperti yang dipikirkan oleh kebanyakan penduduk di sini.
Sebenarnya benda apakah yang bangsa Generoro sebut sebagai dunia ini?
Tapi tunggu, bukankah memang monitor di flatnya juga terbuat dari kaca?
Rhalemug tidak tahu pikiran melantur apa yang sedang merasuki kepalanya.
Sepertinya ia benar-benar merasa tertekan dengan gulma di Aracheas sehingga pikirannya menjadi kurang jernih.
*
Legenda Plante
Suatu legenda menyatakan Pahlawan
ditakdirkan meninggalkan daerah asalnya dan dibenci
namun untuk menjadi jauh lebih hebat
Rhalemug memandangi kalender digital yang ada di meja samping tempat tidurnya selama beberapa saat.
Daro-Kanori akan tiba sebentar lagi. Itu artinya ia harus segera mencari ikan untuk disantap pada hari besar tersebut.
Ia sudah mendapat undangan dari Glaric dan Alo untuk merayakan Daro-Kanori bersama.
Itu artinya ia harus membagi waktu untuk kedua temannya yang boleh dikatakan tidak saling berteman.
Tanpa alasan yang jelas Alo menunjukkan sikapnya yang kurang bersahabat.
Mungkin karena Glaric tidak lebih dari sekadar petani pindahan dimatanya.
Entahlah, Rhalemug secara pribadi tidak berniat menanyakannya. Takut kalau-kalau sikap temperamental Alo datang kembali.
Baginya kecocokan dan ketidakcocokan dalam sebuah hubungan merupakan sebuah hal yang wajar. Selama kedua orang temannya tidak saling mengekang lingkup sosialnya, tentunya hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan.
Berbicara mengenai Daro-Kanori tidak dapat terlepas dari sejarah Generoro sendiri.
Ketika pertama kali mengunjungi perpustakaan dan membaca buku-buku mengenai Plante, Rhalemug sempat membaca suatu bab yang membahas perayaan Daro-Kanori yang dihubungkan dengan kemajuan peradaban Generoro sebagai makhluk cerdas.
Beberapa ilmuan menyebutkan bahwa sebenarnya Generoro merupakan hasil evolusi dari hewan sejenis katak.
Bukan katak biasa tentunya karena memiliki tiga pasang kaki di mana seiring berjalannya waktu, mereka berjalan dengan tegak dan keempat kaki depannya berubah menjadi tangan.
Sama seperti halnya spesies katak, Generoro sangat sensitif akan kedatangan hujan.
Pengetahuan kuno menyebutkan katak “bernyanyi” ketika hujan hendak datang.
Padahal itu bukan suatu ritual pemujaan.
Katak menimbulkan bunyi-bunyian saat kelembaban udara di sekitarnya meningkat, hal ini membuat mereka sulit bernapas.
Untuk memperbanyak jumlah udara yang masuk ke paru-paru mereka harus mengeluarkan bunyi dengan keras melalui leher.
Hal ini tidak terjadi ketika mereka masih berupa berudu di mana mereka bernafas dengan insang. Ketika menjadi katak mereka bernafas dengan kulit juga menggunakan paru-paru.
Uniknya paru-paru tersebut tidak sama seperti milik hewan lainnya. Mereka menghirup udara dengan menggelembungkan dan mengerutkan leher.
Perayaan Daro-Kanori merupakan perayaan tibanya musim hujan. Namun semenjak Plante, Daro-Kanori bergeser menjadi perayaan hari air.
Di sini warga Plante mengambil ikan-ikan dari danau dan memasaknya secara beramai-ramai. Mereka tidak akan mendapat jatah makanan dari divisi kuliner pada hari itu.
Daro-Kanori diselenggarakan pada awal minggu ketiga bulan sepuluh. Orang-orang biasanya akan berkumpul dengan keluarga dan sahabatnya.
Saling bercerita mengenai hal-hal baik yang telah mereka alami sepanjang tahun dan saling mengucapkan selamat atas pencapaian yang telah diraih.
Singkatnya, Daro-Kanori merupakan hari di mana para penduduk mempererat hubungan dengan kerabatnya mengingat waktu mereka sudah banyak digunakan untuk tenggelam dalam pekerjaan.
“Pantas saja aku cukup tertarik akan hujan, mungkin itu sudah sifat bawaan alamiah. Katak dan hujan,” gumam Rhalemug pada dirinya sendiri.
Khusus untuk hari Daro-Kanori tahun ini, Rhalemug sudah memikirkannya baik-baik. Seperti tahun-tahun sebelumnya ia akan mendatangi rumah Alo di Capuill.
bersambung....
Cerbung ini ada di An1magine majalah eMagazine Art and Science Volume 1 Nomor 8 Oktober 2016
yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
Comments
Post a Comment