Hypatia of Alexandria


Socrates, Plato, Thales, Phytagoras, Archimedes.... Kayaknya kita lebih gampang nyebutin filsuf laki-laki ya An1mareaders? Tapi tahukah kalian kalau kita sebenarnya memiliki filsuf perempuan?

Filsuf perempuan tidak banyak dibahas karena dalam sejarah, perempuan jarang mendapat pengakuan. Kinerja mereka sering diabaikan. Bahkan perempuan kesulitan untuk mengenyam pendidikan.
Keadaan inilah yang membuat kita kesulitan untu mengenal banyak ilmuwan perempuan.

Hypatia of Alexandria (A.D. 370-415) merupakan perempuan yang ahli di bidang matematika, filsafat, hingga astronomi. Ia hidup semasa Peradaban Mesir.

Ia merupakan Pengikut Filsafat Neoplatonisme, yakni pandangan filsafat yang mengajarkan bahwa semua hal berupa realita tersebut berasal dari satu.

Anak perempuan dari ahli matematika dan Filsuf Theon Alexandria ini bahkan Ketua Sekolah Platonist di Alexandria.

Hypatia gemar mempelajari aljabar dan geometri, mekanika dan teknologi.

Sebentuk alat yang bernama Plane Astrolabe ia ciptakan. Alat ini berfungsi untuk mengukur posisi bintang, planet, dan matahari.

Sejauh 1800 tahun sebelum Copernicus, ia telah berteori mengenai peredaran planet-planet yang berpusat pada matahari.


Hypatia juga menyatakan bahwa bentuk orbit bumi adalah elips, bukan bulat.

Sebenarnya Hypatia juga bukan penggagas pertama Teori Heliosentris ini. Teori ini telah  diajukan oleh Aristarkus dari Samos.

Sebagai seorang cerdas, Hypatia gemar berpakaian layaknya sarjana atau guru, bukan pakaian yang dikenakan perempuan pada umumnya pada masanya. Ia bahkan mengemudi kereta sendiri.

Hidup di tengah masyarakat yang menganggap pengetahuan sebagai musuh dari keyakinan agama.

Hypatia dituding sebagai penyihir, hal ini adalah politik para agamis agar memudahkan masyarakat umum dimanipulasi dan diarahkan, para agamis  menggunakan fitnah penyihir agar masyarakat umum membenci Hypatia.

Apalagi pengetahuannya bertentangan dengan Gereja yang semasa itu menilai bumi sebagai pusat dari alam semesta.

Murid Hypatia yang jadi uskup di Cyrene (Libya) yang bernama Synesius, berusaha membujuk gurunya agar menyatakan imannya kepada Katolik.

Namun Hypatia menolak, ia tidak menganut agama apapun dan tetap pada pendiriannya untuk percaya pada filsafat. Memikirkan fenomena alam dan menelaah kebenaran alam semesta.

Awal tahun 415, Sekelompok Rahib Katolik yang dipimpin oleh Peter, mereka menangkap Hypatia di tengah jalan, memukuli, dan menyeret tubuhnya ke gereja terdekat.

Ia ditelanjangi dan di rajam (dilempari batu), beberapa sumber bahkan menyatakan Tubuh Hypatia dimutilasi lalu dibakar di tengah kota.


Meski seluruh tulisan Hypatia dinyatakan hilang, namun banyak ilmuan yang menuangkan ajaran Hypatia dalam karya-karya mereka. 

Di sini kita belajar bahwa perempuan pun dapat secerdas bahkan melebihi pria, kesetaraan gender mungkin ada yang tidak setuju, tetapi sejarah secara nyata (empiris) membuktikan bahwa ada perempuan yang mampu berpikir cerdas, logis dan menjadi memimpin.  

Kisah tragis Hypatia merupakan kejadian nyata dari masa lalu yang kelam di mana agama dijadikan alat dan senjata untuk membasmi ilmuwan. 

Di mana konsep Ketuhanan yang Maha Pengasih berubah menjadi cerita yang penuh air mata dan pertumpahan darah yang dilakukan oleh pengikut agama-agama tertentu. (WA) 


Artikel ini ada di An1magine majalah eMagazine Art and Science Volume 1 Nomor 4 Juni 2016
yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa


Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *