CERPEN: CATATAN DARI SOLAR - Reproduksi Manusia dan Robot

http://assets.vixendaily.com/wp-content/uploads/2016/07/what-men-want-in-a-woman-1.jpg

CATATAN DARI SOLAR:
Reproduksi Manusia dan Robot
Archana Universa


Bumi sedang gempar. Headline di berbagai media massa serentak mengangkat topik yang sama: kini manusia bisa bereproduksi dengan robot! Yang lebih mencengangkan lagi, penemu terobosan tersebut adalah wanita!

***

"Wanita selama ini tersingkir dari dunia sains. Meski banyak wanita yang mendapat nilai lebih tinggi di bangku pendidikan, namun tidak banyak wanita yang terjun berkerja sebagai ilmuwan. Namun anggapan ini kini telah didobrak...."

Aku mematikan televisi dan mulai menyendok ice cream. Sarapan ice cream memang menyenangkan.

Hari sudah cukup siang ketika aku bangun. Aku memang bermasalah dengan bangun pagi. Banyak yang menudingku pemalas. Tapi itu sudah menjadi masa lalu.

Aku baru menyelesaikan suapan terakhir ice cream-ku saat Energy yang baru saja selesai lari pagi, muncul dari pintu depan dan langsung memekik nyaring melihat kelakuanku.

"Kau menghabiskan ice cream-nya sendirian! Tidak berbagi denganku!" serunya, kesal.

"Kita bisa membelinya lagi saat keluar," sahutku sembari mengibas-ngibaskan tangan, menegaskan bahwa menghabiskan ice cream sendirian bukan masalah besar.

"Aku bakal beli banyak persediaan kalau kau sudah mengubah sarapanmu dari potongan buah segar menjadi ice cream," gumamnya dengan dahi berkerut. Ia menaruh kedua tangannya di pinggang.

"Aku akan membelikan belanjaan kalian hari ini sebelum menjemput anak-anak di sekolah. Pastikan seluruhnya sudah ada dalam list," serobot NeO yang mendadak muncul dengan sepiring salad untuk Energy.

"Terima kasih, NeO, kau memang yang terbaik!" seru Energy yang nyengir lebar mendapat sarapan favoritnya.

"Dengan senang hati, En," jawab NeO yang langsung pergi lagi, sepertinya hendak menyiram tanaman. Percaya atau tidak, hobinya adalah berkebun.

"Jadi apa jadwalmu hari ini?" tanya Energy seraya duduk di bangku seberangku.

"Wawancara," jawabku dengan malas.

"Tentu saja. Wawancara. Kau kan sudah jadi artis beberapa hari belakangan ini. Jari-jari tanganku bahkan sampai kram karena terlalu banyak mengetik email balasan atas namamu!"

Aku mendekatinya kemudian menarik kedua tangannya, memperhatikan jari-jari Energy yang nampak normal seperti biasanya.

"Kau harus diberi penghargaan kalau begitu, bung!" kataku.

"Seperti apa?" tanyanya bersemangat.

"Dua porsi bebek goreng, tanpa nasi. Atau kau mau tiga porsi?" kekehku.

"Aku akan menagihnya setelah kau selesai wawancara!" balasnya, riang.

***

Energy mengantarku ke salah satu stasiun televisi ternama di negara ini.

Aku tidak tahu apa orang-orang zaman sekarang masih suka menonton televisi karena aku pribadi lebih banyak surfing di dunia maya. Kalau surfing di laut sih aku gak bisa.…

Kalau biasanya Energy hanya melakukan drop-off, hari ini berbeda. Dia akan menemaniku hingga syutingnya selesai berhubung hari ini dia sedang tidak ada kegiatan.

Sudah jadi aturan, kalau Energy mengantarku pergi, NeO tidak ikut pergi. Kadang kami pergi bertiga memang, kalau aku menginginkannya.

"Aku akan menyorakimu dari bangku penonton," janjinya ketika baru saja memarkirkan mobil di basement.

"Ini bukan pertandingan olahraga antar SMA, En. Kau tidak perlu menyorakiku, sungguh," tolakku.

"Solar, kau tahu aku selalu mendukungmu," katanya.

"Aku tahu kok. Kau supporter-ku nomor satu!" tawaku.

Kami tiba di studio enam di mana belum banyak orang yang datang. Kurasa memang tidak banyak tim hore lalala yeyeye yang akan menjadi penonton, apalagi yang akan dibahas adalah sains, bukan membahas tangga lagu yang lagi nge-hits lengkap dengan ramalan zodiak minggu ini.

Aku melihat Energy melambaikan tangannya ke arahku saat salah seorang crew menggiringku untuk di rias.

Mulanya aku senang di make up dan menikmati kantuk saat tata rambut. Namun tidak jarang juga sebal kalau dandanannya menor. Katanya "kalau gak tebal, make up-nya bakal kurang kelihatan di layar penonton."

Di awal, aku sering meminta Energy untuk menemaniku masuk berita (dan selalu gagal). Bagaimanapun aku mengerjakan terobosan ini tidak seorang diri. Energy banyak membantu, ia bahkan lebih genius, jauh lebih genius dariku.

"Orang-orang itu tidak akan siap," kata Energy. "Magister Bisnis menciptakan robot? Apalagi membuat terobosan besar. Itu akan menjadi mimpi buruk bagi banyak orang."

https://greatergood.berkeley.edu/images/made/images/uploads/Robot-human-heart-FB_640_389_c1-fb.jpg

"Kenapa kau langsung membuat kesimpulan begitu?" tuntutku.

"Karena aku mirip Darwin!" seru Energy sambil menuding hidungnya.

"Kucingku?" sahutku, spontan. Aku memiliki kucing belang-belang bernama Darwin dua tahun lalu

Hanya saja karena tinggal di flat sempit dan aku sering batuk karena udara tercemar kotoran Darwin akibat ventilasi yang kurang baik, Energy berinisiatif menyerahkan Darwin ke temannya untuk diadopsi. Aku menangis hampir seminggu kala itu.

Energy menghela napas panjang.

"Charles Darwin," terangnya. "Dokter yang menjadi ahli geologi. Kalau sekarang aku si otak bisnis mendadak cemerlang di bidang sains, banyak orang yang akan menentang penemuan ini."

"Sekarang pun sudah banyak perdebatan dan pertentangan kok. Hubungan romantis antara Manusia dan robot dipandang tidak wajar. Ada kelompok tertentu yang menuding Neo, robot organik ciptaan kita, sebenarnya diinjeksi dengan sperma atau sel telur hewan, ada juga yang bilang diinjeksi dengan sperma dan sel telur manusia," kataku, berusaha terdengar tenang, padahal sebal luar biasa.

"Robot organik terlalu menyeramkan bagi golongan penganut paham penciptaan. Bahkan kloning saja sampai sekarang masih belum seratus persen diterima," cerocos Energy.

Aku terdiam.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Energy.

"Aku takut orang-orang yang berseberangan pendapat akan mencelakaiku." Sebenarnya aku ingin bilang "takut dibunuh", tapi aku menggantinya dengan kata-kata lain. Aku yakin Energy paham maksudku.

Energy tersentak sedikit dengan kata-kataku. Ia tahu kemungkinan itu ada.

"Kurasa.... Kurasa kau berumur panjang, Solar."

***

Daftar pertanyaan yang hampir sama. Aku tahu kebanyakan pembawa acara tidak tertarik dengan penemuanku. Mereka tidak suka padaku karena bertentangan dengan ideologi yang mereka anut.

Namun aku tidak membenci mereka, sama seperti aku tidak membenci orang-orang yang meneriakiku sesat. Sesat karena mestinya manusia bereproduksi dengan manusia, bukan dengan hewan, atau robot.

Meski demikian, ada kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan melesatnya namaku untuk menyerukan kesetaraan gender. Kaum feminis.

Seperti pembawa acaraku yang satu ini. Nampak sekali ingin kemunculanku berdampak baik pada pemberian kesempatan yang sama pada perempuan.

"Apa Anda pernah merasa berkecil hati ketika hendak berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan? Sedari dulu kita selalu dihadapkan dengan penemu-penemu pria," kata si pembawa acara yang bernama Scarlet.

"Sejak awal saya tidak merasa pria dan wanita mestinya bersaing untuk memperebutkan nama di bidang sains. Semua peneliti, tanpa memandang gender atau orientasi seksual, hendaknya saling memberikan kritik dan saran, juga berkontribusi pada kemajuan sains. Pengakuan dunia atas penemuan saya membuktikan bahwa pria tidak menghalangi peneliti wanita untuk diakui dan berprestasi," tuturku.

Scarlet tersenyum. "Jadi anda berpendapat wanita dan pria sudah setara?"

"Sudah mengarah ke sana," ujarku, cepat.

"Namun wanita tidak hanya fokus memperjuangkan hak-haknya. Mereka juga perlu memikirkan kewajiban yang perlu dipikulnya bersama pria ketika sudah setara nantinya. Hak dan kewajiban seperti dua sisi koin yang tak terpisahkan, bukankah begitu?"

http://richtopia.com/wp-content/uploads/2015/04/robot-surrogacy.jpg

Ketika jeda iklan, aku melihat ke arah Energy yang duduk tenang di bangku penonton. Dia memberikan jempol padaku. Bibirnya mengeja kata "Semangat!"

Aku yang sudah mulai agak tegang karena sikap Scarlet yang memusuhiku (Tentunya tidak akan nampak jelas di kamera, si pembawa acara pintar menjalankan pekerjaannya).

***

Setelah jeda iklan, pembicaraan kembali fokus ke penelitianku, bukan aku sebagai peneliti wanita.

Scarlet terlihat masih ingin menyinggung soal kesetaraan gender, tapi kurasa sutradara acara ini sudah menegurnya saat jeda iklan tadi karena banyak melenceng dari topik.
"Reproduksi dengan robot, apa yang melatar belakangi penelitian dan penemuan Anda?"

"Pendapat bahwa manusia bukan makhluk monogami," jawabku sembari nyengir. "Tidak ada manusia yang sempurna. Dengan demikian juga tidak ada pasangan yang sempurna. Maka dari itu cenderung manusia punya pasangan lebih dari satu, baik secara sembunyi-sembunyi atau blak-blakan."

"Jika manusia saja sudah milyaran di Bumi ini, mengapa harus berpasangan dengan robot?" desak Scarlet tidak mengerti.

"Mungkin karena teknologi bisa membuat kita merasa lebih diperhatikan? Sebelum robot melesat, mulanya kita dimanjakan oleh sistem yang seolah-olah perhatian dengan kita," jawabku.

"Misalnya?"

"Saat SMA, pacar sering kali lupa dengan hari ulang tahun kita. Tapi sistem ingat. Bahkan mengucapkan selamat ulang tahun tepat pukul dua belas malam. Bukankah itu romantis?"

Jawabanku disambut oleh derai tawa penonton.

“Aku bahkan tidak yakin pasanganku ingat berapa umurku sekarang,” kekehku sembari melirik ke arah Energy.

Scarlet melanjutkan obrolan setelah tawa penonton mereda. "Jadi NeO lebih baik dari pasangan Anda di rumah? Apakah Anda akan meninggalkan pasangan manusia Anda dan memilih NeO saja?"

"NeO adalah wujud dari pasangan idaman dan keteraturan pasanganku di rumah adalah wujud pasangan ideal yang penuh kejutan. Karena manusia bukanlah makhluk monogami, setidaknya menurut versi saya, jadi saya akan mempertahankan keduanya. Lagipula NeO juga tidak diprogram untuk bisa cemburu. Pasanganku juga sudah berkata tidak akan cemburu pada si robot," tuturku.

"Data terbaru kami mengungkap Robot NeO banyak dipesan oleh kaum homoseksual karena mereka bisa meng-costumize seperti tampilan pria namun memiliki kemampuan melahirkan. Nah, bagaimana dengan Anda sendiri, sebagai penemunya, apa Anda berencana untuk bereproduksi dengan ciptaan Anda?" tanya Scarlet.

"Saya sudah memiliki tiga anak dengan pasangan manusia dan belum memiliki rencana untuk menambah lagi. Di sisi lain, saya masih ingin mencurahkan waktu dan pikiran untuk menyempurnakan NeO. Bagaimanapun penemuan ini adalah tahap awal saja. Masih banyak kemungkinan yang butuh dieksplorasi dan dikembangkan. Namun saya tidak menutup kemungkinan tersebut," ungkapku.

***

Energy menyambutku dengan senyumannya setelah aku selesai berganti pakaian dan memastikan wajahku bersih dari warna-warna palsu. Mungkin senyumku selama syuting juga palsu karena sesungguhnya aku tidak terbiasa tersenyum saat menjelaskan terobosanku.

"Apa tadi pernyataanmu benar?" tanyanya sembari memasang sabuk pengaman. Kami sudah berada di mobil lagi.

"Hmm.... Yang mana?" tanyaku.

"Kalau NeO lebih perhatian dariku?" Energy menjelaskan apa yang ia maksud.

"Bukankah sudah jelas?" kekehku. "Dia bahkan lebih ganteng dan perutnya tidak buncit!"

Aku mengakses NeO dan mendapati ia sedang bermain dengan ketiga anakku, yang juga berarti anaknya.

"Kau mau membuat anak keempat dengan NeO versi cewek, En? Aku bisa membuat NeO idamanmu secantik artis Korea," tawarku sembari menyodok-nyodok perut buncitnya dengan telunjuk.

"Aku akan memikirkannya sambil makan dua porsi bebek goreng, tanpa nasi," sahut Energy, menagih janji traktiranku.


Cermin ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 3 Nomor 5 Mei 2018 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa


“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau 
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”

AN1MAGINE BY AN1MAGE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening 
website an1mage.net www.an1mage.org

Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *