KOMODO: External Instant Evolution di An1magine Volume 3 Nomor 4 April 2018


EVOLUSI INSTAN MANUSIA SECARA EKSTERNAL
M.S. Gumelar


“Keling, akhirnya kita bertemu lagi,” kata Maung Geulis.

“Panglima Kumbang, ya… sudah lama sekali rasanya,” kata Keling.

“Eh panggil aku Masri, Masri Sareb,” kata Keling.

“Mengganti nama semuanya, tapi untung untuk wajah kalian, kalian tidak memutuskan untuk mengubahnya”.  Maung Geulis tersenyum.

“Tentu tidak, wajah adalah identitas kami, tidak akan kami ubah, bukahkah Kumang juga tetap cantik seperti dulu,” puji Keling.

“Ha ha ha aku tahu, kalian pasangan yang serasi, sudah lama sekali berpasangan, punya anak cucu, cicit, apalagi tuh setelah cicit? Kalian tetap awet muda, kalian menunjukkan bahwa ada yang saling setia di Bumi ini,” puji Maung Geulis.

“Eh… ehem”. Kumang berdehem.

Wajah Keling memerah,”Kami sudah berpisah…”

“Ouw…maafkan saya,” kata Maung Geulis.

“Tidak apa-apa, ternyata cinta memang tidak bisa abadi, kami pikir kami bisa mewujudkannya, seiring perjalanan waktu, ternyata kami salah, tetapi paling tidak kami sudah mengerti sekarang,” jelas Kumang.

“OK, baiklah…” Maung Geulis masih kikuk.

“Panglima Kilat sudah bergabung, eh maksudku Ki Ageng Selo, di masa lalu, kini namanya Selo Adimuyo,” Maung mengalihkan pembicaraan.

“Bagus, Panglima Kumbang, Panglima Kilat, Keling dan Kumang sudah ada… kini tinggal Panglima Burung, Panglima Api, dan Panglima Naga,”  kata Keling.

“Di mana kita bisa menemui mereka?”. Maung Geulis menatap Keling dan Kumang bergantian.

“Kau tahu Dewandaru?” tanya Kumang.

“Penjahat yang menyerang istana baru-baru ini, Panglima Api?” Maung Geulis langsung bisa menebaknya.

“Iya, dia seperti dihinggapi oleh seorang mindporter, dia tidak tahu siapa dirinya, cita-citanya luhur, tetapi sepak terjangnya, melumatkan yang tidak sepaham, ingin tuntas dengan cepat!” jelas Keling.

“Bukankah seorang mindporter itu baik, atau mungkin dia terkena Amnesia?” Maung Geulis tidak percaya.

“Mindporter, kata itu sudah lama sekali, muncul istilah itu dari kota Bunian ribuan tahun yang lalu, sampai menjadi mitos dan menjadi kata reinkarnasi, padahal mindporter tidak ada karma atau sejenisnya, hanya pindah memory secara random saja,” jelas Maung Geulis.

“Tetapi amnesia, mungkin saja, tetapi dia pernah kami bawa ke kota Bunian, bila dia terkena amnesia, teknologi Bunian bisa menyembuhkannya, tetapi ada potensi kuat mindporter… jangan harap, dia akan balik normal kalau si mindporter mau meninggalkan tubuhnya, dan balik ke tubuh asli si mindporter di mana pun dia berada, ” jelas Kumang.

“Pantas, dia tidak mengenal Selo Adimulyo, eh maksudku Panglima Kilat, yang telah bersama berjuang di masa lalu, dan cara dia menggunakan kekuatannya juga berbeda, bukan gaya Panglima Api yang aku kenal, jadi aku juga berpikir bukan dia sebelumnya, setelah kalian bilang… baru aku tahu,” Maung Geulis menatap Kumang.

“Baiklah, kalau gitu tinggal Panglima Burung dan Panglima Naga,” ujar Maung Geulis.

“Nah kalau yang itu, Panglima Burung sedang berada di Planet Brugh Galaksi Kjun, bisa kita kontak nanti saat di Bunian, sedangkan Panglima Naga, dia ada di bawah laut Atlantis, bersama para grey, di kota bawah laut Q-del”.

“Q-del, wuah, sudah lama aku tidak berkunjung ke sana,” Maung Geulis tersenyum.

“OK, ada baiknya kita ke Bunian terlebih dahulu ya,” kata Keling.
WHOOOP

Mereka telah ter-teleport ke Bunian.

*

KRAAAHKH

BRUUUGH

Seorang wanita menerobos masuk ke ruangan lab Profesor Habibie.

Ruangan jadi berantakan.

Profesor Habibie terkejut, berlari menjangkau alat komunikasinya.

Namun mendadak wanita itu sudah di depannya.

“Kemana dia?” tanya wanita tersebut, wajahnya tidak bertopeng, berpakaian remaja pada umumnya, menggunakan celana jeans, t-shirt, dan jaket jeans biru tua. Gadis remaja usia 20 tahunan.

“Siapa?”. Prof. Habibie sadar, lalu meng-on-kan kamera di kacamatanya dengan satu sentuhan jari,”siapa yang kau maksud?”.

“Komodo, Rangga!” jawab gadis itu.

“Aku di sini” kata Rangga. Rangga muncul di ruangan lab tersebut, terpanggil karena suara gaduh yang ditimbulkan gadis tadi.

“Dari mana kau tahu namaku Komodo,” tanya Rangga.

“Aku Mega, temannya Tiara, aku merasa mendapatkan kekuatan setelah bertemu tiara dan kamu, jadi kesimpulannya pastilah kalau tidak Tiara atau kamu yang memberiku kekuatan ini, tapi aku belum bertemu Tiara” kata Mega.

“Dugaan yang jitu,” sela Prof. Habibie sembari menatap Mega.
“Katakan apa yang terjadi padaku?” kata Mega.

“Baiklah, begini ceritanya….” Rangga menjelaskan dan mulai bercerita.

*

Setelah sekian lama.

“Oh begitu, apakah tidak bisa dihentikan, aku tidak siap dengan kekuatan ini, membuatku berpikir untuk melakukan kejahatan saja, karena lebih mudah hidup dengan cara itu daripada bekerja keras seperti bekerja di kantor atau jadi pengusaha?” kata Mega.

“Eh… aku tahu perasaan itu, aku juga pernah memikirkannya, tapi orang baik tetap baik,” jawab Rangga. Rangga menatap Mega.

“Aku sudah berusaha mencari solusinya, tetapi sampai saat ini, aku belum menemukan caranya bagaimana menghentikan penyebaran organisme renik itu dan bagaimana cara menghentikan proses evolusinya,” jelas Prof. Habibie.

“Adakah orang-orang yang terkena organisme  renik ini dan otaknya berevolusi menjadi lebih cerdas dan kita bisa mendapatkan jawabannya, bagaimana solusinya?”. Mata Mega menatap Prof. Habibie.

“Itu pemikiran yang bagus, aku rasa kita bisa mencarinya melalui media massa, seperti An1magine online untuk melihat orang yang mendadak genius dan mampu memecahkan berbagai masalah secara instant!” Profesor Habibie tampak gembira.

“Gunakan media sosial, biasanya menjadi viral untuk hal-hal seperti ini,” kata Mega.

“Sebentar, dari mana kau tahu aku berada di sini?” tanya Rangga.

“Dengan sensing, aku bisa melacakmu melalui bau keringatmu yang tidak enak itu, wueeeeek!” Mega seolah mau muntah.

“Bukankah aku tidak berkeringat?” Rangga membantah.

“Memang tidak, sama sepertiku, tetapi penciumanku begitu kuat, mungkin melebihimu, dan baumu serasa busuk!” Mega mau muntah lagi.

“He he he aku sudah tidak mandi selama 3 tahun lebih,” . Rangga nyengir.

“APAAA?!” Profesor Habibie tidak percaya,”Rangga, kau jorooook!”.

“Tunggu, berarti kau masih bisa mandi?” tanya Rangga. Matanya menatap Mega.

“Bukahkah bisa kau suruh organisme renik mengumpul di tangan atau kaki, lalu bisa mandi seperti biasanya, lalu setelah itu suruh dia mengumpul di area lainnya sembari membersihkan area di mana dia berkumpul sebelumnya?” jelas Mega.

“Mega, kau genius, aku tidak pernah berpikir seperti itu sebelumnya!” teriak Rangga.

“JOROOOOK!” Profesor Habibie melihat ke Rangga.

“Pantas kekuatan itu sudah demikian lama berada di dirimu dibandingkan dengan lainnya, tetapi kau dikalahkan oleh orang-orang yang organisme reniknya baru didapat dari dirimu, kau tidak kreatif!” kata Prof. Habibie.

“He he he”. Rangga melihat Prof, Habibie sembari garuk-garuk kepala.

*

“Elisabeth Bertha Mering dari Bunian ke Ratu Q-del”.

“Nwang Vhalon di sini”ujar seorang wanita cantik dengan pakaian serba warna tosca yang tampil secara hologram.

“Ratu, sudah lama kita tidak berkunjung, ada ancaman terhadap Bumi sudah saatnya kita berkumpul lagi dan mengatasinya secara bersama,” jelas Bertha.

“Silakan datang, kita diskusikan solusinya!” jawab Ratu Q-del.

“Baik Ratu!” jawab Bertha.

WHOOP

Rombongan dari Bunian muncul di kota bawah laut milik Ratu Q-del.

“Ah selamat datang Keling, Kumang, Panglima Kumbang di kediamanku yang tenang ini” sambut Ratu Q-del.

“Terima kasih banyak Ratu!” jawab Keling, mewakili semuanya.

“Kau masih cantik seperti dulu” kata Maung Geulis.

“Panglima Kumbang, kau selalu memuji dan kau juga cerdas, mampu memberi solusi, cuma aku tidak tahu mengapa kata kembang menjadi kumbang, agar tampak lebih seramkah? Seperti macan kumbang? Karena kau keturunan Prabu Siliwangi, ah sayangnya dia telah ke planet asalnya, aku mengenal dia sangat baik,” kata Ratu Q-del.

“Entahlah, seiring perjalanan waktu, panggilanku berubah dari kembang menjadi kumbang…hei alien spesies grey di sini tetap saja patuh padamu, mereka sepertinya melupakan raja mereka yang bernama Zgro,” kata Maung Geulis.

“Zgro adalah seorang yang lalim, mereka alien species grey adalah pendamai, kerabat terdekat mereka adalah species dolphin, sama seperti manusia, kerabat  terdekatnya adalah tikus, kemiripan DNA-nya mencapai 95% lebih,” kata Rayu Q-del.

“Sedangkan Zgro adalah spesies dengan kerabat dekat hiu, jadi tentu saja mereka merasa terancam,” kata Ratu Q-del.

“Sedangkan spesiesku, lebih mirip babi, oleh karena itu kulitku berwarna pink, sedangkan grey berwarna abu-abu seperti dolphin,” jelas Ratu Q-del.

“Ehem… bukankah babi juga ada yang abu-abu?” Kumang tersenyum.

“Ah kau benar Kumang, Bertha, ada babi yang juga warna kulitnya abu-abu, oleh karena itu aku juga merasa dekat dengan para grey ini,” kata Ratu Q-del balas tersenyum.

“Baiklah, kalian ke sini ingin bertemu suamiku kan?” Ratu Q-del mengarahkan ke inti permasalahan.

“Suamimu?” tanya Keling.

“Iya, aku kini jadi suaminya Nwang, aku jatuh cinta pada matanya yang indah dan sipit, serta kulitnya yang pink, dan warna rambutnya yang hitam legam,” kata Panglima Naga.

“Ah Panglima Naga, paling banyak kekuatannya di antara kami, hampir semua keahlian dimiliki”. Kumang memuji.

“He he he hanya masalah sering berguru saja, tetapi untuk kekuatan, aku masih kalah sama Mr. G, dia menyerap kekuatan dengan mudahnya, tetapi kalau aku, terbatas, hanya beberapa saja, dan tidak bisa menyerap, hanya mencari kemiripan saja”. Panglima Naga melihat kepada Kumang.

“Mr. G? kau mengenalnya?” tanya Maung Geulis.

“Ya, namanya dulu Tsang Gou Hwu, lalu berubah menjadi Son Go Ku di Jepang dan Sun Wu Kong di China, dan di india menjadi Hah No Man, disebut  ‘no man’, karena dia bisa mengubah wujudnya menjadi  spesies lainnya” jelas Panglima Naga.

“… Aku yakin senjata tongkat dari raja naga itu adalah tongkatmu bukan?” tebak Maung Geulis.

“Kau benar, tapi itu yang menjadi andalan senjata Mr. G? itu sepertinya dilebih-lebihkan, senjata itu dikembalikan kepadaku, nih…” jelas Panglima Naga menunjukkan tongkat saktinya, sembari membuka celananya.

“Whooouw tongkat yang luar biasa besar,” kekeh Maung Geulis.

“Aku harus meletakkan di celana pendek bagian dalam agar tidak diambil lagi dengan mudah oleh orang lain,” jelas Panglima Naga.

“He he he sepertinya yang bisa mengambilnya kini cuma istrimu, Nwang Vhalon,” gurau Keling.

Ratu Q-del tersipu malu.

“Besok kita akan kontak Panglima Burung yang sedang berada di Planet Brugh Galaksi Kjun,”  ujar Panglima Naga mengalihkan pembicaraan ke inti utama.

“OK, bentar, dari dulu kami selalu menyebutmu Panglima Naga, tetapi nama aslimu, sampai kini kami belum tahu” tanya Keling.

“Apa artinya suatu nama?” tanya Panglima Naga.

“Eh kau membalikkan pertanyaanku dengan pertanyaan lain” balas Keling.

“He he he nama aslinya Whathissa Namu!”celetuk Ratu Q-del.

“What is a name? mirip bahasa Inggris, Whathissa Namu! Ku pikir dari dulu kau bercanda, tetapi sungguhan? Nama yang aneh!” Keling tidak percaya.

“He he he percayalah!” kekeh Panglima Naga.

*

CLAKH. Segelas besar baram diletakkan di meja di depan Gidot.

“Mari minum, aku yang traktir” ucap Gidot kepada Bintang.

“Aku tidak haus, tetapi lapar, belum makan sejak siang” kata Bintang.

“Ha ha ha ngomong dong!, Kumang beri dia makanan terenak ciri khas Dayak!” teriak Gidot.

Tak berapa lama makanan datang, dengan lahapnya bintang memakan makanan tersebut, kemudian minum baram yang disediakan.

“Ha ha ha kau seperti tidak makan sejak dua hari lalu, bukan tadi siang, ayo nambah lagi” Gidot terkekeh.

Makanan lainnya muncul, bintang dengan lahapnya terus makan. Setelah perutnya dirasa penuh.

“Ha ha ha gimana Bintang, orang Dayak ramah bukan, di Dayak, tamu adalah rejeki, tamu adalah kehormatan, kau adalah tamuku!” Gidot dengan gembira tersenyum kepada Bintang.

“Benar, itu budaya yang bagus, saya suka” jawab Bintang agak tersengal karena perutnya kepenuhan.

“Kau seperti kebingungan, apakah ada yang kau cari di area sini? Saudara? Kalau tidak ketemu, aku Gidot, siap menjadi saudaramu!” Gidot dengan ramah menyatakan maksudnya untuk menolong.

“Ya, aku mencari Genruo” kata Bintang.

“Genruo? Apakah ada yang pernah mendengar nama itu di sini?” tanya Gidot kepada pelayan yang ada di sana, sembari matanya melihat ke teman-teman Dayak lainnya, berharap ada yang bisa menjawabnya.

“Ada yang bernama El Genero bukan Genruo, dia berasal  dari Meksiko” jawab salah satu orang Dayak.

“El Genero dari Meksiko? Apakah temanmu dari Meksiko, Bintang?” tanya Gidot.

“Entahlah, tapi mungkin saja dia, bisakah kalian tunjukkan alamatnya?” tanya Bintang.

“Ada yang tahu, dia nih, Kartius Kaayat,” jawab salah satu orang sembari menunjuk orang yang dimaksud.

“Oh semoga dia benar orang yang kau cari Bintang, coba kau antar Bintang ke El Genero, nih biayanya pengganti ongkos transport” pinta Gidot ke orang yang disebut Kartius Kaayat.

“Antar aja dia menggunakan taksi pesan secara online aku hanya akan memberi alamatnya aja, aku masih ada urusan penting setelah ini,” jawab Kartius.

“Ide bagus, ayo pesankan” kata Gidot.

“Kirim aja orang itu ke El Genero menggunakan drone yang untuk pengangkutan orang, pasti nyampe, taksi kuatir macet, kota Sanggau sudah tidak seperti dulu, lebih macet!” kata Kartius.

“Kalau drone untuk pengangkutan orang, restoran ini punya, pinjam aja, tinggal diganti biayanya,” ujar pelayan yang dipanggil dengan nama julukan Kumang.

“Ah Kumang benar, ya udah gunakan itu, set GPS-nya ke alamat El Genero, bawa Bintang  ke atap untuk duduk di dalam drone untuk pengangkutan manusia” perintah Gidot.
Bintang bergerak ke atas atap dipandu oleh pelayan wanita yang dijuluki Kumang.

“Pastikan dia tidak muntah saat dibawa oleh Drone, karena lebih ngeri naik drone ketimbang helikopter he he he,” Gidot terkekeh membayangkan kalau Bintang akan mabuk udara.

Bintang berjalan ke atas atap mengikuti pelayan tersebut. Di atas atap, Bintang melihat banyak drone ukuran kecil, lalu sepuluh drone ukuran sedang dan tiga drone yang paling besar, tampaknya drone itu untuk mengangkut manusia.

“Nah silakan duduk di sana, lalu pastikan jangan banyak gerak saat dibawa oleh drone, ikatkan tali pengaman dan tempat duduknya terkunci dengan baik,” jelas pelayan tersebut.

“Dibawa drone sama seperti menggunakan parasut, asal jangan banyak gerak dan tidak takut ketinggian, maka biasanya akan aman-aman saja,”  lanjut pelayan tersebut.

“Biasanya aman-aman saja? Ada potensi tidak aman dong?” Bintang meragu.

“Tentu saja ada, terutama baterai ada potensi habis, bentar aku cek ya,” pelayan itu mengecek baterai,”Penuh, jangan kuatir, kini aku set GPS ke alamat tujuan yang diberi tadi,” ujar pelayan tersebut.

BEEP
BEEP
BEEEEP

“Nah uda, OK, hati-hati di jalan, saat nyampe, buka ikatan seatbelt, lalu drone akan balik ke sini secara otomatis, kalau mabuk udara, minum ini ya, ini herbal untuk antimabuk udara,” pelayan tersebut memberikan minuman botol antimabuk udara.

“Baik, makasih ya,” ucap Bintang. Setelah itu dia segera duduk, dan memasang tali seatbelt. Secara perlahan drone mulai bergerak terbang ke arah tujuan.

“Ha ha ha baru kali ini naik drone, unik juga, sampai jumpa Kumang!” teriak Bintang saat drone sudah terbang.

Pelayan tersebut melambaikan tangan saat drone yang membawa Bintang terbang menjauh.

*

BRAAAAAKH

Mobil terlempar, mengenai dinding sampai remuk dan dinding yang kuat tampak melesak, di dalam mobil beberapa orang meninggal dengan mengenaskan, darah menetes dari mobil yang melesak masih menempel di dinding.

Orang-orang berlarian kaget menjauhi area tersebut.

WUUTH

Satu mobil lagi melayang dan menabrak bus yang ada di sana.

WUUUUTH satu mobil lagi melayang dan menabrak truk pembawa minyak bumi.

BLAAAAM truk pembawa minyak bumi meledak, kepanikan semakin bertambah.

Polisi yang dekat area tersebut bergegas ke area penyebab kekacauan.

“Ba ba ba we we we wee mamma dadddaa”. Bayi kecil dengan kekuatan super berada di tengah jalan, terlihat mobil dia berada di dekat mobilnya yang rusak area bawahnya, terlihat ayah dan ibunya terhimpit mobil lain, karena kekuatan bayi itu yang menyebabkan mobilnya kecelakaan.

“Tahan tembakan,” kata polisi yang tiba di sana.

“Mohon bantuannya, tim manusia super 38 ke area,” kata polisi tersebut.

WHOOOP

Secara cepat ada seseorang dengan kekuatan teleport muncul dengan membawa dua orang.

Satu orang wanita yang ikut ter-teleport segera berlari ke arah mobil asal bayi tersebut dan memeriksa kedua orang tuanya, dia mendadak menahan tangis, merasa bersedih, kedua orang tua bayi tersebut telah meninggal.

Satu pria mendekati bayi tersebut, dan dengan perlahan mengulurkan tangannya sembari memberikan mainan sejenis bebek karet.

Bebek karet tersebut dipegang dengan cepat. Mendadak tangan si pria juga terpegang secara tidak sengaja, si pria tadi dibanting-banting bersamaan dengan bebek karet tersebut.

BRUGH
BRUGH
BRUGH
BRUGH
BRUGH

Jalan aspal menjadi berlubang terkena hantaman pria yang dibanting oleh bayi super tersebut, tampaknya si pria kuat juga, tetapi si bayi tampak lebih kuat lagi.

Setelah puas membanting pria tersebut berkali-kali, si bayi mendadak menangis.

“WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!”. Hentakan suara tangisannya memekakan telinga, kaca-kaca retak dan pecahsejauh 250 meter dari si bayi berada.

Regu lain mendekat  dengan telinga ditutup alat dan membawa dot berisi susu, dan diberikan kepada pria yang telah dibanting beberapa kali  oleh si bayi yang mulai bisa berdiri perlahan.

Melihat minuman susu dalam botol tersebut, di bayi terdiam dan tertawa. Si pria mendekat, dan memberikan susu tersebut.  Lalu dengan perlahan si pria tersebut menggendong bayi tersebut.


*


“Kejadian tersebut terjadi di Tangerang, sekitar dua jam yang lalu, fenomena apa yang membuat bayi memiliki kekuatan super? Bencana ataukah berkah?” kata pembawa acara Channel 6 area Jabodetabek. TV online streaming diproyeksikan ke dinding yang ada di istana kepresidenan.

“Dugaanku semakin kuat,” kata Selo Adimulyo.

“Ya… kekuatan Rangga,organisme itu menyebar… dia dari Flores, ke Bali, ke Jakarta…  sudah seharusnya kita menduga hal ini akan terjadi,” keluh Maung Bodas.

“Di satu sisi kita pada saat itu sangat memerlukan kekuatannya, organisme renik ditubuhnya justru semakin menyebar saat dia ke area lainnya,” Maung Bodas menambahkan.

“Profesor yang membantu Rangga, apakah dia punya solusi? Atau kita memerlukan orang genius dari planet lain untuk mengatasi hal ini?”. Selo Adimulyo melihat ke Maung Bodas.

“Satu-satunya orang genius di masa kita adalah Mr. G yang pernah kita lawan dulu, bandelnya minta ampun dan jahatnya minta ampun, Mr. G sampai mengacaukan planet  lain, spesies lain dengan evolusi tingkat tinggi di masa itu” kata Maung Bodas.

“Mr. G, iya, namanya kini disingkat… dulunya  Goku,” Selo Adimulyo berkata lirih.

“Bukankah kita pernah dibantu juga olehnya di masa lalu,” Selo Adimulyo mengingatkan.

“Bukan Mr. G, seorang mindporter memasuki tubuhnya, itu satu-satunya kelemahan dia,” jelas Maung Bodas.

“Ah iya…adakah orang genius lainnya yang bisa kita andalkan? Aku malu sebagai presiden bila tidak dapat mengatasi hal ini, sudah terlihat banyak korban berjatuhan karena evolusi spontan dari organisme renik ini,” Selo Adimulyo berkata lirih dan sedikit bergetar bibirnya, terlihat ada kekhawatiran yang kuat di sana.

“Bagaimana perkembangan kabar dari Geulis?” tanya Selo.

“Dia sudah mengumpulkan orang-orang sakti di masa lalu, termasuk teman lama kita, orang-orang Bunian,” jawab Maung Bodas.

“Orang Bunian, aku pikir, kita bisa mencari informasi diperpustakaan komputer canggih mereka, di ribuan tahun yang lalu mereka sudah memiliki komputer,” Selo Adimulyo mendadak tersenyum,

“Ya, siapa tahu ada infromasi tentang organisme renik tersebut di masa lalu,” Maung Bodas menegaskan.

“Sejauh ini pasukan khusus super sudah banyak didirikan di berbagai kantor kepolisian di daerah dan pusat, sepertinya rencana kita sudah berhasil meredam sedikit atau banyak masalah yang timbul,” Maung Bodas mengalihkan pembicaraan.

“Benar, tetapi belum cukup, bayangkan bila semua manusia terevolusi tubuhnya saja, tetapi pikirannya tidak, hanya kekacauan yang terjadi, dan pasukan polisi super kita hanya menjadi sia-sia belaka…,” keluh Selo.

“Aku khawatir, kau benar,” Maung Bodas tertunduk lesu.
“Maung Bodas ke Maung Geulis, gimana perkembangan terakhir?”. Maung Bodas mengontak Maung Geulis melalui teknologi hologram via retina mata.

“Ayah, aku sedang poop, nanti call lagi!’ teriak Maung Geulis dengan nada marah.

“Oh oh maaf, OK nanti ayah call lagi,” lalu dengan cepat Maung Bodas menutup koneksi.

*

“Perhatikan berita viral ini” kata Prof. Habibie.

“Di Sumatera, muncul seorang anak dengan kecerdasan super, mampu memecahkan beberapa masalah rumit, hitungan fisika dan matematika yang rumit dia selesaikan dengan mudah,” kata Mega membaca headline yang ada di media sosial tersebut.

“Ada 50an berita yang sama tentang anak tersebut dan semuanya viral, tetapi tunggu ada 5 berita yang juga viral tetapi tidak sebanyak anak sebelumnya, ada seorang kakek memiliki kegeniusan yang mendadak, ini lebih dekat dengan kita, di Madura,” Mega bersemangat.

“Eh baiklah, akan kita datangi satu per satu atau gimana?” tanya Rangga.

“Sebelum kalian bepergian, ada baiknya perbaiki atap lab ku yang rusak,” kata Prof. Habibie menatap ke arah Mega.

“Ah… baiklah Prof, aku belum begitu mengenalmu saat itu, jadi ya tidak terpikir cara lainnya… aku tidak punya duit, atau… hei aku merampok saja yaaa” jawab Mega merasa bersalah.

“Ide yang buruk….eit… masalah biaya, aku mengambil dari duit Rangga karena masalah dengan Cleopatra di masa lalu,” jelas Prof, Habibie sembari menunjuk ke Rangga.
“Heeeeee,” Rangga nyengir kuda ke arah Prof. Habibie.

*

Bintang dengan santai duduk menikmati perjalanannya ke arah lokasi El Genero yang berada di Sanggau area lainnya.

Mendadak drone yang dinaikinya dikejar oleh drone lainnya, dan menyerang penahan yang membawa Bintang.

Tembakan tersebut mampumembuat alat penahan drone di mana Bintang sebagai barang bawaan menjadi terjatuh.

“AAAAAAAAAAARGH”

Bintang berteriak kencang. Sembari melihat botol herbal antimabuknya yang terlepas dari tangannya.

“Sial, yang dibawa oleh drone itu bukan barang tetapi manusia,” ujar seseorang yang mengendalikan drone penyerang tersebut.

PLAAAK

Kepala pengendali drone dikeplak oleh orang lain yang di dekatnya.

“Makanya, matanya yang awas, jangan dilihat dari jauh terlihat barang bawaannya besar aja, langsung diasumsikan itu barang, nyatanya orang, gunakan zoom kamera di drone itu agar tahu detilnya” ujar orang tersebut,”Dasar bodoh”.

“Gimana kalo orang itu mati? Kita penjambret drone, bukan pembunuh,” ucap orang itu,”Ayo lari!”.

Kedua orang tersebut lari dengan cepat.

Sementara itu bintang yang terjatuh hampir menyentuh tanah. Mendadak kurang dari 20 senti akan menghantam tanah, tubuhnya berhenti, dia melayang.

Kemudian dengan cepat Bintang terbang ke arah drone yang telah membawanya, yang tetap bergerak ke arah tujuan, Bintang mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di area yang dituju. Drone itu berhenti, kemudian berbalik arah kembali ke tempat asal.

Bintang turun di depan rumah yang dimaksud. Rumah mewah dengan lampu-lampu yang berada di bawah menyorot ke arah pepohonan di taman rumah tersebut, kolam renang di depan rumah dan beberapa patung wanita telanjang bergaya realis tampak menghiasi taman tersebut.

Bintang melangkah mendekati pintu gerbang rumah mewah tersebut .

HUK
HUK
HUK
HUK

Mendadak anjing menggonggong ke arahnya, kemudian seorang sekuriti berlarian ke arahnya.

“Malam Pak, apakah benar ini rumah Pak El Genero?” tanya Bintang.

“Ya benar, ada keperluan apa ya?” tanya sekuriti bertubuh tinggi, tapi tambun.

“Sampaikan, saya temannya, Bintang, ingin bertemu,” jawab Bintang dengan sopan.

“Ya ya ya, saya juga temannya, apa sudah ada janji dengan Pak El Genero?” tanya sekuriti tersebut dengan curiga.

“Tidak ada, tapi sampaikan kalau saya Bintang,” jawab Bintang lagi.

“Ah…tidak bisa, sebaiknya kamu pergi, kontak Pak El Genero langsung bila memang benar temannya, minta beliau muncul melalui smartphone yang kamu punya,” jawab sekuriti tersebut.

“Ada apa Dar?” tanya seseorang yang ada di dalam.

“Ini Pak, mengaku teman Bapak, namanya Bintang,” jawab Dar.

“Kalau dia benar Bintang, suruh dia menemuiku dengan cara yang dia bisa lakukan,” jawab El Genero.

“Kau dengar sendiri permintaannya, bisakah?” tanya Dar sembari melihat lekat kepada Bintang. Dar berusaha menahan anjing besar yang terus menggonggong ingin mengejar dan menggigit tamu asing tersebut.

Mendadak Dar melongo saat Bintang terbang melewatinya, dan anjing tersebut mendadak takut dan diam sembunyi di belakang Dar dengan ekor diletakkan di bawah perutnya tanda ketakutan.

“Ha ha ha selamat datang Bintang, sahabatku!” teriak El Genero di dalam rumah mewah itu yang terdengar dari luar oleh Dar.

“Sudah lama kita tidak bertemu Genruo, kenapa wajahmu seperti ini, jadi tua?” tanya Bintang.

“Ah hanya menyamar saja, orang yang bernama El Genero dari Meksiko kebetulan duta besar Meksiko di sini dan meninggal dunia karena serangan jantung, maka aku menggantikannya dengan mengubah penampilanku mirip dengannya, kebetulan namanya juga mirip, kode untukmu” jelas Genruo.

“Oh pantas, aku masih suka saat kau menggunakan tubuh wanita tapi pria di bawahnya di masa lalu,” jawab Bintang.

“Ya sial, mesin lintas ruang dan waktu yang kita gunakan rusak, dan kita terlempar di masa depan dengan selisih waktu yang lumayan berbeda, berapa tahun tepatnya?” tanya Genruo.

“Aku baru muncul dua hari yang lalu,” ucap Bintang.

“Aku sudah muncul di sini sejak 20 tahun yang lalu, pantas aku mencarimu tidak ketemu, akhirnya kita bertemu lagi,” Genruo memeluk Bintang sahabatnya dengan erat.

“Eh… ada baiknya kau lepaskan pelukanmu, si Dar melihat, nanti dia berpikir kita homoseksual lagi…” bisik Bintang.

Dar memang melihat tersebut dari taman. Dan membuat simbol jarinya berperang seakan dua pedang yang sedang beradu ditunjukkan kepada anjing yang di dekatnya.

“Ha ha ha… kau selalu bercanda  masalah itu, aku pikir kau sebenarnya  memang homoseksual,” Genruo bergurau.

“Heeeeee,” Bintang tampak kesal.

“Kau ingat saat di masa lalu, kita mengucapkan perpisahan dan mengaku akan moksha, lalu puff hilang di depan mereka, padahal kita cuma teleport lintas ruang dan waktu he he he,” cetus Bintang.

“Ha ha haaaa iyaaaa, aku ingat sekilas wajah mereka, itu lucu sekaliiiiiii,” Genruo tertawa lepas.

*

“Dengar Bintang, di masa ini adalah masa di mana evolusi spontan telah dimulai, sama seperti sejarah yang kita baca di masa depan,” kata Genruo serius.

“Ya dalam sejarah, penyebab evolusi spontan itu bernama Rangga Direja, yang mendapatkan kekuatan dari organisme renik, bukankah kita biarkan saja maka masa depan akan sama?” tanya Bintang.

“Emm tidak semudah itu, karena ada potensi, kita juga terlibat dalam peristiwa ini, sebab kalau tidak dibantu, akan terjadi kekacauan besar, di mana yang sudah terevolusi tubuhnya, tetapi kalau pikirannya belum ikut menjadi baik cara berpikirnya… cenderung kejahatan yang terjadi,” kata Genruo.

“Ya ada potensi itu, sebab kekuatan hebat kalau belum bijak, hanya kejahatan yang akan dilakukan oleh manusia, sebab manusia itu secara alaminya malas, iri, dengki,suka mengambil apa yang tidak dimilikinya, pendendam, dan maunya serba instan,”Bintang menjelaskan.

“Untunglah aku bukan manusia,” kata Genruo sembari nyengir.

“Ha ha ha, aku rasa tidak hanya manusia, hampir semua mahluk cerdas seperti itu dalam tahapan evolusinya, bukan?” bintang balik memojokkan Genruo.

“Ah benar juga,” kata Genruo.

“Lalu apa yang akan kita lakukan? Menyekap Rangga?” tanya Bintang.

“Ah sebenarnya itu ide bagus, tapi kau terlambat, ini sudah terjadi…” kata Genruo.

“Timox, gimana kalau kita perlu bantuannya?” usul Bintang.

“Kembali ke masa sebelum Rangga mendapatkan kekuatannya?” tanya Genruo.

“Iya benar”.

“Tidak bisa Bintang, kalau nanti bukan Rangga, pasti ada penggantinya, dan belum tentu penggantinya akan sebaik Rangga,” jelas Genruo.

“Kau benar Gen”.

“Ide lainnya apa Bintang?”.

“Entahlah… belum kepikir…”.


Bersambung....


Cerbung ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 3 Nomor 4 April 2018 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa


“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau 
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”

AN1MAGINE BY AN1MAGE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening 
website an1mage.net www.an1mage.org

Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *