UNTIL THE END… oleh Matius Sitompul
https://static1.squarespace.com/static/53580d98e4b0be1e0c3221b8/5ab114222b6a28f498a50d49/5ab1146f758d4671e7e57e88/1521554549162/northern-va-newborn-photographer-elliott-1.jpg?format=1500w
UNTIL THE END…
Matius Sitompul
Namaku Manuel, aku adalah anak pertama dari Ibu dan Ayahku. Aku sungguh bahagia, karena sebentar lagi aku akan memiliki seorang adik. Umurku 10 tahun, aku tinggal di pinggiran kota dan aku sedang sibuk untuk menghadapi ujian di sekolah.
“Manuel…,” suara ibu memanggilku dengan suara yang nyaring. Segara aku berlari menghampiri kamar ibu, ternyata ibu sudah terbaring lemas, sepertinya adikku tidak lama lagi akan lahir.
Lalu Ibu berkata,“Manuel, cepat panggil Ayahmu”.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari untuk mencari Ayah. Ayahku adalah tukang kayu di salah satu toko kecil yang tidak jauh dari rumah.
Setelah sampai di toko tempat ayah bekerja, aku melihat ayah sedang memotong kayu untuk membuat kursi bagi pelanggan. Aku berteriak dengan keras, “Ayah.…”
Seketika ayah terkejut mendengar suaraku, lalu dengan wajah cemas ayah menghampiriku sambil berkata, “Ada apa, Manuel?”
Aku menjawab dengan gembira, “Ayah cepat pulang, Ibu akan melahirkan”. Ayah tersenyum mendengar kabar itu, dan kami pulang bersama ke rumah.
Sesampainya di rumah ayah langsung membawa ibu ke rumah bersalin untuk melakukan proses persalinan. Setelah mereka pergi, aku langsung pergi kamar untuk belajar.
Saat membuka buku aku melihat nilaiku di selembar kertas ulangan beberapa bulan lalu.
Nilaiku sangat rendah dan aku pun memang tidak terlalu pintar di kelas apalagi saat ulangan, tetapi ayah selalu memberikan nasehat, bahwa aku harus tetap belajar agar mampu mendapat hasil yang bagus.
Setelah aku selesai belajar, aku mendengar suara datang dari pintu rumah, dan terdengar suara, “Manuel?“.
Lalu aku langsung keluar kamar dan ternyata Ayah sudah pulang dari rumah bersalin, tetapi aku tidak melihat Ibu, padahal mereka pergi bersama.
Aku bertanya kepada Ayah, “Ayah, Ibu di mana?”
Ayah menjawab, “Ibumu sedang dirawat, mungkin besok Adikmu sudah lahir”.
Mendengar kabar itu aku langsung memeluk Ayah dan berbisik, “Akhirnya aku mempunyai Adik, Ayah.”
Mendengar bisikan itu, ayah meteskan air mata dan membalas bisikkanku, “Ya Manuel, kau akan mempunyai Adik, tolong jaga dengan baik Adikmu dan bermainlah bersamanya nanti”. Kami berdua berpelukan sambil menangis karena bahagia.
Pagi menjelang, aku bangun dan siap untuk pergi ke sekolah dan menghadapi ujian. Sebelum aku pergi, Ayah berpamitan denganku dan akan pergi ke rumah bersalin untuk melihat keadaan ibu.
Hari menjelang siang, matahari yang bersinar terang mulai menunjukkan cahayanya. Aku pulang ke rumah dan ternyata ada tetanggaku yang menunggu di depan rumah.
Dengan penasaran aku bertanya, “Permisi, ada yang bisa saya bantu?”
Ia menjawab, “Manuel. Ayahmu menyuruhku untuk bertemu denganmu, dan mengajakmu pergi ke rumah bersalin”.
Aku berpikir mungkin adikku sudah lahir, dan aku segera pergi ke rumah bersalin.
Sesampainya di sana, aku melihat ayah duduk di ruang tunggu sambil menangis, lalu aku datang dan bertanya, “Ayah kenapa menangis? Apakah Adikku sudah lahir? Tolong antarkan aku ke Ibu, agar aku bisa melihat Adikku.”
Dengan penuh air mata, Ayah malah memelukku dengan erat sambil berbisik dengan tangisan kecil.
“Manuel, Adikmu sudah lahir dan sekarang sedang bersama dokter yang merawat. Namun Ibumu tidak bisa memeluk Adikmu, saat melahirkan Ibumu meninggal”. Mendengar bisikan itu, aku terdiam sambil meneteskan air mata, seolah tak percaya apa yang telah terjadi.
Aku mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan. Aku langsung berlari menuju ruangan itu, sesampainya di sana aku membuka pintu ruangan itu dan benar tangisan bayi itu adalah adikku yang sudah lama aku nantikan.
Lalu aku melihat tempat tidur yang ada di ujung ruangan, seorang wanita sedang tertidur pulas.
Ayah datang memelukku dari belakang, sambil memalingkan wajahku dari tempat tidur tersebut, dengan bisikan lembut Ayah berkata,“Manuel, kau sudah melihat Adikmu? Lihat dia menangis karena bahagia, bahwa dirimu sudah hadir.”
Seketika aku tidak mementingkan tentang adikku, tetapi aku penasaran dengan wanita yang tertidur di ujung ruangan tersebut. Aku mulai membalas bisikkan Ayah, “Ayah, wanita yang tertidur di sana itu siapa?”
Mendengar bisikan itu, ayah mulai menangis dengan keras, dan berkata dengan gemetar.
http://randyrachel.blogspot.com/2010/12/brodys-over-protective-big-brother.html
“Mmmmaanueell …, kau sudah melihat Ibumu? itulah Ibumu, ia sudah tenang bersama Tuhan sekarang. Kini ia memberimu Adik, yang akan menemanimu …,”
“… ibumu meminta satu permintaan kepada Ayah, sebelum ia tertidur. Bahwa Ibumu ingin kau selalu menjaga Adikmu apa pun yang terjadi, saat Adikmu menangis, saat Adikmu tertidur, bahkan saat Adikmu tertawa ceria …,”
“… Ibumu ingin kau selalu ada di sampingnya menjaganya setiap waktu, bahwa sesungguhnya Ibumu kini sekarang ada bersama kita saat ini, mungkin dia tidak terlihat, tetapi dia tahu bahwa ia memiliki seorang anak yang baik dan mau menyayangi adiknya.”
Aku langsung melepaskan pelukan itu dari Ayahku, dan aku mulai menghampiri tabung kecil dan melihat bayi kecil yang lucu sedang tertidur pulas. Ayah mengatakan bahwa adikku adalah perempuan, dan namanya adalah Calista Immanuela.
Mendengar namanya aku langsung menangis, karena di akhir namanya ternyata terdapat namaku, aku mulai tersadar bahwa Ibuku benar-benar memberikan hadiah terbaik yang pernah aku dapatkan di dunia ini.
Ayah menghampiriku dan berkata,“Ibumu yang memberikan nama Adikmu, dia berharap kelak bahwa Adikmu akan menjadi pribadi yang baik seperti kakaknya, itulah alasan mengapa Ibumu memberikan namamu pada nama Adikmu.”
Aku mulai memeluk ayah sambil menangis dan mencium tabung kecil itu. Mulai saat itu aku berjanji pada hati kecilku, bahwa aku akan menjaga adikku dan selalu bersamanya.
Seperti yang ibu katakan kepada ayah, sebelum ia pergi ke tempat yang lebih tenang, yaitu ke tempat tuhan yang baik. Dan tiap malam aku selalu berdoa kepada tuhan, agar tetap menjaga Ibuku dalam tidurnya dan menjaganya setiap hari.
Matius Sitompul
LINE : levinez
WhatsApp : 081295854132
Comments
Post a Comment