KOMODO: External Instant Evolution di An1magine Volume 3 Nomor 2 Februari 2018
KOMPATIBEL DNA
M.S. Gumelar
“Detektor signature kekuatan sudah siap” kata Prof. Habibie.
“Kereeen, gimana cara menggunakannya?” Rangga penasaran.
“Seperti alat-alat lainnya, tinggal di on-kan power-nya di sini”
BEEP
“Nah tuh , dia udah on, kemudian lihat ke monitor di sana, karena signature kekuatanmu yang dulu pernah aku rekam, maka saat ini hanya kamu yang terdeteksi di sana” Prof. Habibie menjelaskan sembari menunjukkan warna merah di layar monitor, tepat di koordinat Rangga berdiri.
Rangga mengangguk-angguk.
*
“Malam ini kenapa panas ya suhunya?” Dita menggerutu.
“Tiara, ada potensi akan hujan sepertinya…” jawab Tiara beranalisis.
“Bisa juga, tapi kali ini lebih panas dari biasanya…” Dita masih menggerutu.
Tiara tersenyum, kemudian dia membuka jendela dan mengarahkan kipas angin ke Dita.
“Lebih baikan, makasih yaaa…” Dita tersenyum dengan terlihat barisan giginya sedikit.
GGRRRBBBBBRUGH
Mendadak tanah berguncang
“GEMPAAAAAAAA”
“GEMPAAAAAAAAAA”
“GEMPAAAAAAAAAAAAA”
Orang-orang berlarian ke luar rumah, gempa masih terasa dan sepertinya menguat kemudian disusul suara bergemuruh dari jauh.
BLUUUUUUUUUUUUUUUUUMB!
Muntahan Gunung Mbeliling setelah sebelumnya terjadi gempa membuat suasana menjadi lebih kacau.
*
Kekacauan itu membuat Tedjo yang berada di dalam rumah bersama ibu dan bapaknya berlari ke luar rumah, dan secara tidak sengaja Tedjo keluar dalam keadaan seperti transparan hampir tidak kelihatan.
“Dapat” Rangga berkata kepada Prof. Habibie.
“Bagus, segera balik ke tempatku, bantu aku merapikan area lab-ku, berantakan, karena gempa” pinta Prof. Habibie.
“Tapi Prof, aku harus menolong orang yang terkena bencana” kata Rangga.
“Tidak perlu, kau bukan tuhan, biarkan, itu bencana alam, apa kau mau berkeliling menyelamatkan mereka semua?!” Prof. Habibie berteriak di depan alat komunikasinya kepada Rangga.
“Baik Prof” Rangga mengalah.
*
“Bencana gempa dan disusul gunung meletus meminta korban sebanyak 35 orang….” Sekilas Rangga melihat smartphone-nya dari website www.an1mage.org langganannya.
“35 orang, kupikir akan lebih banyak…” ucap Rangga.
“Itu sudah banyak, tetapi intinya bukan di sana, Rangga… kau jangan bertindak seperti tuhan, ingin menyelamatkan apa pun yang bisa kau selamatkan…” ujar Prof. Habibie.
“Entahlah Prof. aku merasa tuhan tidak berbuat apa-apa saat segala kekacauan terjadi, jadi aku merasa terpanggil… bukankah bencana ini juga dari tuhan?” Rangga galau dan berfilosofi.
“Maksudnya apa? Kau nyatanya membawa rangkaian masalah saat terkoneksi dengan Cleopatra bukan? Bukan tuhan penyebabnya….kalau bencana entahlah…” Prof. Habibis tampak terlihat bingung juga.
“Prof. lebih cerdas dari saya… bencana pasti dari tuhan, kekacauan yang terjadi karena aku, pasti tuhan juga penyebabnya, aku hanya menjalani saja, aku cuma aktor!, bukankah begitu?” Rangga berargumen.
“Entahlah Rangga, aku tidak pernah berpikir secara filosofi mendalam seperti itu, aku lebih kepemikiran logis matematika dan fisika, kita hentikan saja diskusi filosofi ini, nanti kita bahas lain kali, ada yang lebih penting, kita fokus dulu pada tugas kedektifanmu itu” Prof. Habibie mengalihkan pembicaraan.
“Baik Prof… signature kekuatan Tedjo telah terekam, bagaimana kita akan menggunakannya?” tanya Rangga.
“Detektor itu akan mampu mendeteksi signature kekuatan yang mirip saat pemilik kekuatan itu mengaktifkan kekuatannya, ada cumanya… sensor ini jaraknya hanya sampai 1 kilometer saja, nanti aku akan memberikan booster agar bisa lebih jauh lagi jangkauannya minimal menjadi 50 km, booster yang aku pesan online akan sampai sekitar 3 hari lagi dari PRC paket kilat” jelas Prof. Habibie.
“Dari list tersangka tinggal satu orang yang tersisa, Dita” Rangga berkata pelan.
“Kau bawa saja detektor portable tersebut agar kau awasi Dita di rumahnya, semoga tempatnya dia tidak terkena gempa” Jelas Prof. Habibie.
“Baik Prof” Jawab Rangga.
*
“Banguuuun teriak” Teriak Dita ke adiknya.
“Apa sih Kak, masih ngantuk niii!” balas Tiara sebal.
“Eh… kelasmu bukankah pagi, ayo berangkat ke kampus!” Dita menggoyang-goyangkan bahu Tiara yang mulai memeremkan matanya lagi.
“Ih….Kak Dita ni!” rengek Tiara.
“Banguuuun!” Dita mengambil guling dan memukulkan guling tersebut kepada Tiara.
Tiara yang kena, segera bangun, mengambil guling lainnya dan balas memukul ke Dita.
Mereka baku hantam menggunakan guling sembari tertawa-tawa gembira.
Kemudian Tiara berhenti dan melihat ke suatu arah “Aduh dinding retak besar terkena gempa tadi malam” sembari mendekati dinding yang dimaksud.
“Apa kita pindah kosan saja?” Tanya Tiara melihat ke kakaknya.
“Aduh, Tiara, Kakak ga punya duit tauu!” Jawab Dita.
*
“Di mana Anda semalam Detektif Rangga?” tanya Istiana.
“Bukankah Anda seharusnya menjaga agar brankas uang kami tidak kecurian lagi? Kali ini sebanyak 100 juta hilang, sepertinya si pencuri tergiur mengambil lebih banyak dari sebelumya yang cuma 50 juta!” Teriak Istiana di hadapan Rangga dan empat petugas sekuriti lainnya.
“Maaf Bu Istiana, untuk menjaga keamanan sebaiknya Ibu berkoordinasi dengan polisi, tugas saya adalah mencari tahu siapa pencurinya, dan masih belum selesai proses identifikasinya, tetapi saya hampir mendekati hasil untuk mengetahui siapa pelaku sesungguhnya…” Rangga berargumen.
“Anda….” Istiana wajahnya tegang dan melihat tajam ke arah Rangga.
“Baiklah… Anda benar…tentang polisi…. Namun sepertinya saya akan tentukan deadline untuk Anda, dalam 3x24 jam belum juga ketemu siapa pelakunya, saya tidak akan membayar Anda sama sekali!, rapat dibubarkan!” Istiana mengatakan dengan tegas, dan bergegas ke luar dari ruangan meeting tersebut yang terlihat retak-retak dan sebagian dinding sudah terlepas karena gempa.
“Baik Bu!” Jawab Rangga sembari melihat Istiana yang berjalan ke luar ruangan.
BRUAAAKH
Rangga menoleh ke arah suara tadi.
Dinding salah satu area dekat jendela dalam area ruangan tersebut runtuh, dindingnya sudah tidak mampu menahan kekuatan karena terkena gempa sebelumnya.
Rangga dan beberapa sekuriti yang rapat tadi bergegas ke luar dari ruangan tersebut.
*
“Nah ini kamera perekam dalam bentuk kacamata yang dapat kamu tambahkan untuk merekam kejadian, kamera ini tersambung secara wireless ke internet yang ada di hp-mu dan datanya otomatis terkirim pada komputerku…”
“… baterainya tahan lama sekitar 20 jam hasil dari modifikasiku pada baterai biasa, plus aku tambahkan sollar cell, jadi kalau siang akan otomatis terisi bila terkena sinar matahari” jelas Prof. Habibie sembari menyerahkan kamera berbentuk kacamata dan baterai hp kepada Rangga.
“Baik Prof. dengan alat-alat tambahan ini, pasti sangat membantu tugasku” Rangga gembira saat menerima peralatan tersebut.
*
ITC Serpong. Tangerang Selatan, Banten.
“Diam!” Bentak seseorang yang mengenakan topi merah dan wajahnya tertutup saputangan warna hitam.
Orang-orang ketakutan dan menjauh dari area tersebut.
Dengan sibuk orang yang membentak tadi kemudian memecahkan kaca di mana perhiasan emas dan beberapa emas batangan ukuran 5 dan 10 gram diambil dari tempat display -nya.
Dua penjual toko emas tersebut ketakutan. Salah satunya yang mepet dekat dinding dan kursi besi tangannya meraba kursi tersebut dengan erat.
“HIAAAAAAAAT” Si penjual yang dekat dengan kursi besi mengangkat kursi besi tersebut dan mengarahkan kursi tersebut ke arah perampok siang bolong.
“BRAAAKH!” kursi besi dihantamkan dengan kuat ke orang tersebut.
Kursi besi penyok. Si perampok menghentikan aksinya mengumpulkan emas yang ada. Kemudian matanya melihat ke arah si penjual toko yang gemetaran sembari tetap memegang kursi besi yang telah dipukulkan tadi.
“PRAK!” Si penjual memukulkan lagi kursi besinya ke wajah si perampok.
Si perampok kembali menengadah melihat si penjual tersebut. Kemudian si perampok dengan cepat menepis display emas yang ada, sehingga display emas terlempar ke samping kanan dan emas yang tersisa berhamburan.
Orang-orang yang tadinya menonton kini ribut dan sibuk mengambil emas-emas tersebut dan segera berlari keluar dari area tersebut setelah berhasil mengambil beberapa emas yang ada, tetapi ada juga yang masih sibuk mengambil emas yang berserakan sebanyak-banyaknya.
Bahkan dari rebutan emas tersebut ada yang berantem.
Si perampok kini leluasa mendekati si penjual yang membawa kursi besi. Si penjual gemetaran, tetapi segera memukulkan kursi besi tadi ke wajah si perampok lagi.
“PRAK!”
Wajah si perampok terkena lagi, terlihat mata si perampok membesar mendelik ke arah si penjual emas yang masih memegang kursi besi tersebut.
Si perampok maju terus ke arah si penjual emas yang membawa kursi besi. Setelah si penjual emas terpepet sampai ke dinding toko yang ada di belakangnya, dia berhenti.
PRAK
Si penjual masih juga memukulkan krusi besinya ke kepala si perampok walau sudah terpepet ke dinding.
Dengan cepat si perampok mengangkat si penjual emas yang masih membawa kursi besinya dan dilemparkan ke arah luar toko, sehingga tubuhnya terlempar dan mengenai display sepatu yang ada di sana, sepatu berjatuhan, orang-orang segera ribut mengambil sepatu, tidak membantu merapikan tetapi malah terlibat dalam penjarahan.
Penjarahan dari emas ke lapak sepatu melebar ke area dan lapak lainnya, ricuhlah area ITC Serpong tersebut.
*
“Penjarahan yang dilakukan oleh massa di ITC Serpong, Tangerang Selatan, Banten dipicu karena perampokan emas oleh seseorang yang mengenakan topi merah dan wajahnya tertutup sapu tangan hitam seperti terekam di kamera CCTV yang ada di sana, kemudian merebak menjadi penjarahan massal yang dilakukan oleh orang-orang yang berkunjung di sana” ujar pembawa berita breaking news di Channel 6.
“Sekuriti yang ada di sana datang terlambat dan tidak mampu mengendalikan penjarahan yang terjadi. Bagaimana pendapat Anda Pak Tiro, bukankah masyarakat pelaku kemungkinan besar adalah umat yang beragama…”
“… tetapi pada saat hal tersebut terjadi, sepertinya mereka para munafik yang terlihat jati dirinya saat semuanya mendukung untuk melakukan kejahatan, penjaharan massal, sebagai pengamat sosial kami ingin tahu pendapat Anda?” tanya pembaca berita tersebut.
“Iya, kebanyakan manusia cenderung menggunakan agama sebagai topeng bahwa dirinya baik, terutama saat menampilkan dirinya sendiri secara individu, padahal orang baik tidak akan melakukan hal tersebut…”
“… beragama atau tidak, orang baik tetap baik, karena ada hukum negara yang melarang pencurian, kejahatan. Salah satunya melarang penjarahan di mana tentu saja hal tersebut juga jelas-jelas mengambil barang yang bukan hak miliknya” jawab Tiro.
“Nah kenyataan sosial dengan agama sering bertentangan dalam praktiknya, karena manusia dengan agama sebagai topengnya akan terlihat bahwa dia jahat saat hal-hal lainnya mendukung untuk dilakukan, salah satunya saat semuanya mengambil…”
“… kenapa aku tidak ikut mengambil? Bukankah ini kesempatan dalam kesempitan? Juga ada pepatah dan budaya buruk yang dipegang banyak orang, kejahatan bila dilakukan secara massal bersama-sama menjadi seakan-akan boleh dilakukan…”
“… kesulitan yang terjadi adalah masalah identifikasi wajah, siapa yang sebenarnya pelakunya, karena terlalu banyaknya, jadi sulit untuk mengidentifikasi”
“Hal ini juga terjadi sebelumnya saat Cleopatra menjadi presiden mengambil alih kekuasaan secara paksa dengan kekuatan yang dimilikinya… di sana masyarakat yang menggunakan agama sebagai topeng untuk dirinya, terlihat sangat jahat dan aktif melakukan tindakan kejahatan dan pro pada Cleopatra” jelas Tiro.
CLIK
TV di-off-kan,”Solusi?” tanya Selo kepada lainnya?
“Kita bisa memanfaatkan teknologi deteksi wajah yang dapat digunakan pada kesatuan sekuriti atau polisi yang bertugas, dan juga menggunakan kamera CCTV dengan kemampuan resolusi tinggi di tempat-tempat rawan dan pusat bisnis lainnya, kamera CCTV-nya juga memiliki kemampuan face detection ” usul salah satu wanita peserta rapat yang hadir.
“Usul yang bagus, tapi kalau orangnya menggunakan penutup wajah? Kita perlu software yang mampu menganalisis wajah walaupun wajah tertutup sebagian, walaupun keakuratan kurang, tetapi paling tidak kita dapat menyempitkan pencarian” usul seorang pria berjenggot putih.
“Usul yang bagus, siapkan dana, dan buatkan aturan untuk dibuat kepres kepada para pengusaha untuk menerapkan teknologi yang kita bahas tadi” Perintah Selo.
“Baik Pak Presiden” semuanya serentak menjawab.
*
“Apakah dengan begitu saja cukup?” tanya Maung Bodas.
“Kurasa untuk sementara ini cukup” jawab Selo.
“Ada hal lainnya, bagaimana kalau mulai menerapkan polisi dan atau sekuriti robot?” usul Maung Geulis.
“Robot, android? Sudah mampukah manusia membuatnya?” tanya Selo.
“PRC telah memproduksi android untuk keamanan, dan terbukti efektif digunakan untuk simulasi perang” jelas Maung Geulis.
“Usul yang bagus Maung Geulis, beli saja untuk percontohan, dan panggil orang hebat di bidang itu di Indonesia untuk mempelajarinya dan me-reverse engineering agar kita suatu saat dapat membuatnya sendiri” jelas Selo.
“Baik, siap laksanakan” jawab Maung Geulis dengan hormat ala kemiliteran.
*
“Nah kalo yang ini lebih nyaman, beli rumah sendiri, lebih dekat lagi dari kantor Kak Dita” ujar Tiara.
“Kakak happy banget, kok jadi kamu yang punya banyak duit, bisa kredit rumah lagi, kita ga jadi kontraktor lagiiii, yeaaaay!” Dita bahagia sembari memeluk adiknya.
“Iya Kak, aku lagi banyak orderan, karena itu aku beli komputer yang lebih hebat lagi kemampuannya, agar kerjaku lebih cepat!” jawab Tiara.
“Terdengar jelas Prof, dan wajah mereka terdeteksi dengan baik di kamera kacamata ini” kata Rangga.
“Suara jelas dan deteksi wajah berfungsi dengan baik, karena kita tidak melibatkan pemerintah, aku inputkan wajah-wajah mereka dari media sosial di mana mereka mendaftar, lumayan juga datanya, super besar, tetapi untunglah kita sudah punya server yang super juga” jawab Prof. Habibie.
“Tuh nama Dita muncul di sana saat wajahnya terkena deteksi kamera” ujar Prof. Habibie sembari melihat tampilan proyeksi layar ke dinding di labnya yang luas.
“Adiknya juga muncul terdeteksi” ujar Prof. Habibie.
“Keren Prof. tapi target kita Dita” kata Rangga.
“Sip, kamu tungguin saja, kamu tinggal punya waktu besok agar dapat memenuhi deadline dari Istiana” Prof. Habibie mengingatkan.
“OK Prof” jawab Rangga.
*
“Kak Dita, aku mau ketemu ama client dulu yaa, pulangnya agak malam” ujar Tiara.
“OK, titi dj yaaa” jawab Dita.
“Baik Kak” balas Tiara.
*
“Sepertinya Dita sejauh ini belum melakukan aktifitas apa pun sampai jam 6 sore ini, apalagi habis gempa, banyak perusahaan masih meliburkan dirinya” keluh Rangga sembari melihat matahari terbenam.
“Bagaimana lagi?... kita perlu untuk mengintai Dita, dia satu-satunya potensi terakhir pelakunya” jawab Prof. Habibie.
Waktu berlalu, dari senja bergerak ke malam hari, bintang-bintang bermunculan dengan indahnya berkilau seolah berkedip-kedip bergoyang di tempat yang sama.
Rangga melihat waktu di hp-nya hampir jam 10 malam,”Sepertinya Dita tidak akan melakukannya malam ini Prof” kata Rangga lesu.
“Ya ya yaaaa, mungkin ada baiknya kamu balik dan istirahat Rangga” jawab Prof. Habibie.
“Aku sih masih segar Prof... cuma bosan saja” jawab Rangga.
*
“Sepertinya dalam beberapa tahun terakhir bermunculan beberapa orang dengan kekuatan melebihi manusia biasa, dalam dunia biologi disebut dengan nama mutan, walaupun mutan tidak selalu identik dengan memiliki kekuatan” ujar Selo.
“Sedangkan teman-teman polisi walaupun ada potensi ada yang mutan juga, tetapi saat ini belum ada koordinasi untuk mendaftarkan para mutan ini secara resmi…”
“Sedangkan kejadian kejahatan yang dilakukan oleh orang yang memiliki kekuatan melebihi manusia biasa, entah mutan atau tidak, telah meresahkan masyarakat pada umumnya, oleh karena itu, muncul ide untuk menggunakan teknologi kacamata kamera yang sekaligus berfungsi sebagai perekam dan pendeteksi wajah…”
“… koordinasi antar lembaga pemerintah diperlukan agar tidak terjadi lagi kejahatan yang dilakukan oleh orang biasa dan atau mutan dapat diminimalkan ke depannya…”
“Untuk itu dalam beberapa minggu dan bulan ke depan, pemerintah juga akan membeli android polisi yang ditempatkan di beberapa area potensi tinggi terjadinya kejahatan, semoga kita semua akan lebih aman ke depannya, terima kasih” Selo menutup pidatonya.
Semua orang yang hadir bertepuk tangan.
“Sepertinya keputusan yang tepat” saat Prof. Habibie melihat salah satu internet TV yang sedang tayang melalui proyektor yang dimilikinya di lab.
“Android ya, keputusan yang tepat, semoga paling tidak membuat masyarakat tenteram” celetuk Rangga yang baru muncul di samping Prof.Habibie yang sedang menonton berita TV live streaming online .
*
Freeport Papua. Pukul 12 malam waktu Indonesia bagian Timur.
Sekelebat bayangan melesat dari atas. Dan menabrak salah satu gedung penyimpanan emas di Freeport.
Atap gedung hancur menganga seukuran kurang lebih manusia dewasa.
NGIUUUUUNG
NGIUUUUUUNG
NGIUUUUUUUNG
NGIUUUUUUUUNG
NGIUUUUUUUUUNG
Sirine berbunyi, kemudian tak berapa lama beberapa sekuriti berlarian ke arah gedung yang atapnya berlubang terkena hantaman bayangan tersebut.
Saat mereka telah sampai di area tersebut. Seseorang wanita dengan pakaian serba hitam ketat, dan wajahnya tertutup menggunakan helm warna hitam dan penutup helm yang berwarna gelap pula, dia tengah memasukkan batangan emas ke dalam karung besar yang kuat.
Wanita tersebut berhenti saat para sekuriti telah sampai dengan menodongkan pistol mereka ke arahnya. Dengan santai wanita tersebut mengikat karung besar yang terakhir, dua karung besar batangan emas. Wanita itu berjalan ke area tengah sembari menenteng dua karung.
“Berhenti dan letakkan karung tersebut!”
Salah satu sekuriti memperingatkan.
Wanita tersebut hanya tersenyum dan mendadak melesat terbang dan membuat lubang baru di atap. Sembari tubuhnya dihujani peluru dari para sekuriti.
“Sial!” salah satu sekuriti berlari ke area tetap di atap yang berlubang karena wanita tersebut.
*
“Perampokan di tempat pembuatan emas secara langsung merupakan puncak inisiatif yang dilakukan oleh penjahat-penjahat yang memiliki kekuatan super” kata pembaca berita Channel 6.
“Beberapa penjahat super tahu emas lebih stabil harganya di semua tempat daripada uang yang terus mengalami inflasi… apakah Android yang dipesan Presiden Selo mampu menjawab tantangan ini?...”
“… Di mana ada beberapa penjahat super yang memiliki potensi dengan mudahnya menghancurkan android yang sedang bertugas? Atap yang kuat dengan mudahnya ditembus oleh tubuhnya dalam keadaan terbang” tambah penyiar tadi.
*
“Ah sial” keluh Selo.
“Apakah sudah saatnya kita beberkan akan adanya penegak hukum yang juga memiliki kekuatan super?” tanya Maung Bodas.
“Entahlah, sebentar lagi tahun 2020” kata Selo.
“2020?” ulang Maung Geulis.
“Ya 2020, di mana akan terungkap bahwa manusia tidak sendiri di jagat raya ini, alien akan mengumumkan secara resmi bahwa mereka ada di Bumi sejak lama, itu termasuk kita” Selo menjelaskan.
“Paling tidak kita bisa mengeluarkan daftar para penegak hukum kita yang memiliki kekuatan super yang anatomi tubuhnya mirip manusia, entah mutan atau alien, seperti Karbin contohnya… agar kita umumkan bahwa mereka adalah manusia dengan kekuatan super dalam masa transisi sebelum 2020 itu?” Kata Maung Bodas.
“Tunggu, kalian tahu hal ini dan aku tidak dilibatkan?” Kata Maung Geulis sembari melihat ke ayahnya lalu ke Presiden Selo.
“Begini Geulis…” Maung Bodas menjelaskan.
“Aku pikir ayah dan aku saling terbuka satu sama lain tentang masalah politik di Bumi? Ternyata aku salah…” Maung Geulis ke luar dari ruangan tersebut dengan wajah sebal.
“Geulis dengar…” kata Presiden Selo.
“Biar aku tangani” kata Maung Bodas menahan kata-kata Selo dengan segera bergegas menyusul Maung Geulis ke arah ruangan lainnya.
*
“Dengar Geulis, ayah tidak ada maksud untuk menyembunyikan informasi ini, tetapi aku pikir cepat atau lambat kau juga akan tahu, namun ini juga bukan suatu kepastian, kalau manusia di Bumi gagal mencapai titik pencerahan secara pikiran agar mulai fokus pada kemanusian yang baik dan mengesampingkan masalah suku, ras, agama, wilayah, dan gender…”
“… jadwal 2020 juga tidak akan terjadi, jadi sebenarnya diberitahu atau tidak juga tidak ada bedanya, karena belum tentu tercapai minimal 40% manusia menjadi tercerahkan pikirannya pada saat 2020 itu…” jelas Maung Bodas.
“Apalagi melihat kekacauan yang saat ini terjadi, banyak bermunculan manusia super atau di masa kita menyebutnya sakti, lebih banyak dari masa lalu yang telah kita jalani, aku malah sangsi 2020 pengumuman tentang adanya alien di Bumi tidak akan terjadi…” tambah Maung Bodas.
“Ayah miss the point, bukan itu maksudku, aku ingin kita semua terbuka, agar tidak ada rahasia politik di Bumi dan lainnya!” Maung Geulis dengan nada tinggi.
“OK, ayah tahu ayah salah, ayah janji tidak akan menahan informasi lagi di masa depan…” Maung Bodas tampak merasa bersalah.
“Janji?” tanya Maung Geulis sembari mengulurkan jari kelingking ke ayahnya.
Maung Bodas ternyum.
*
Sanggau. Kalimantan Barat. Pukul 11 malam waktu Indonesia bagian Barat.
“Pembantaian yang terjadi pada salah satu keluarga gubernur di Kalimantan Barat ini menguat indikasi adanya persaingan politik…” tayangan TV di suatu café tradisional ala Dayak.
“Menyedihkan…” ucap seseorang saat melihat berita di BetakngTV.
“Bisa saja hal itu terjadi, janji politik tidak ditepati, lalu keluarga jadi korban” balas seseorang berkacamata, berpakaian serba merah dengan style baju seperti jas resmi ala pejabat.
“Oh ya?” orang yang berkata menyedihkan, membalikan wajahnya ke orang yang berkomentar tersebut.
“Iya ada kemungkinan itu, atau bisa juga persaingan bisnis, ada banyak potensi bukan?” kata orang berpakaian serba merah, setelah mendekat terlihat motif ala Suku Dayak.
“Beri teman kita ini baram , biar dia tahu betapa OK-nya minuman tradisional khas kita ini” Kata orang tersebut ke arah pelayan.
“Namaku Gidot” kata orang tersebut, sembari tangannya menjulur diarahkan ke orang satunya.
“Bintang” balas pria tersebut tanpa menerima uluran tangan Gidot. Lalu datang pelayan meletakkan minuman tradisional baram di meja tersebut.
“Nama yang bagus, Bintang. Kumang aku juga dong baramnya…” kata orang tersebut kepada pelayan wanita yang ada di sana, sembari menarik tangannya yang tidak bersambut.
*
“Lihat Rangga, tanda signature kekuatan yang mirip Tedjo berkedip, segera kamu ke rumah Dita!” kata Prof. Habibie.
“Baik Prof!” jawab Rangga sembari melesat berlari sangat kencang ke arah rumah Dita dari Lab Prof. Habibie.
Saat berlari kencang, Rangga merasakan keanehan, sepertinya dia berlari seakan men-skip beberapa kali menuju area di depannya. Bukan berlari, tetapi seperti ter-teleport pendek-pendek.
Dengan perlahan Rangga melambankan larinya. Lalu fokus memikirkan untuk berada di tempat yang dia lihat.
ZAP!
Rangga terkejut, ternyata benar, dia dapat teleport ke area yang dia liat. Tidak percaya, Rangga melihat area yang lebih jauh lagi.
ZAP!
Dia berpindah ke tempat yang dia lihat paling jauh tersebut.
“YEAAAAAAAY!” Rangga berteriak kencang. Lalu fokus dipikirannya ke area rumah Dita yang baru.
ZAAAP!
Rangga sudah di dekat rumah Dita di mana dia biasa berada mengintai.
Mendadak kepala Rangga terasa pening dan mau muntah, area sekitar seperti berputar-putar.
“Rangga ada apa? Kau mendadak terdeteksi di dekat area rumah Dita?” tanya Profesor Habibie.
“Wueeeeekh!” Rangga muntah.
“Rangga kenapa, kau hamil?” tanya Prof. Rangga.
“Wueeekh…nggak Prof. kepala mendadak pusing sepertinya vertigo, dan badan mendadak lemas… teleport Prof, aku bisa teleport!” balas Rangga setengah berteriak.
“Whaooow!” Prof. Habibie kagum. Kemudian segera menginputkan kekuatan baru Rangga di area paling bawah.
“OK berita menggembirakan!, kau mual dan vertigo karena kekuatan barumu mengambil banyak energi dari tubuhmu, dan vertigo karena tubuhmu bereaksi terhadap perpindahan karena kekuatan barumu, ke depannya kau akan terbiasa, luar biasa Rangga, luar biasa ha ha ha!” Prof. Habibie gembira.
“OK Prof. semoga aku terbiasa, kalau tidak, kekuatan baru ini malah membuatku lemah, kepala pusing, mau muntah, dan membuat sekelilingku seperti berputar…eh…sekarang baikan secara perlahan” ucap Rangga.
“OK tenangkan dirimu Rangga, kalau perlu ada baiknya beli makanan agar energimu kembali” balas Prof. Habibie.
“Aku uda tenang Prof. ada yang salah, aku lihat Dita masih di tempatnya… apakah kekuatannya masih aktif?” tanya Rangga.
“Iya masih aktif, dan di sekitar area itu, tunggu, aku zoom, oh sekitar 750 meter dari tempatmu berada, itu kantor Istiana!” Prof. Habibie memperbarui infonya.
*
Seseorang menggunakan jaket yang ada kerudung (hood) sedang berfokus memindahkan beberapa uang dengan cara men-teleport-kan beberapa uang kertas tersebut ke area lain, sepertinya dia berkonsentrasi penuh.
“Hentikan perbuatanmu, kau mengambil hak milik orang lain!” teriak seseorang yang membuat orang berjaket kerudung tersebut menghentikan aksinya.
Secara perlahan Komodo muncul ke area yang lebih terang. Orang tersebut menoleh ke arah Komodo. Mendadak orang tersebut menoleh ke arah lainnya, dan melihat lemari besi di salah satu sudut.
Kemudian dia mengarahkan tangannya ke lemari tersebut, dan benda tersebut mendadak berpindah tepat di atas kepala Komodo dan tertarik oleh gravitasi lalu jatuh mengenai Komodo.
Dengan sigap Komodo menahan lemari besi yang berat tersebut dan meletakannya secara perlahan ke lantai, lalu dia melihat ke arah orang tersebut.
“Sial dia telah teleport ke area lainnya Prof” kata Rangga.
“Tidak masalah Rangga, wajahnya telah teridentifikasi walau agak gelap, menggunakan kamera fungsi infra merah” jawab Prof. Habibie.
*
Para polisi berdatangan ke rumah Dita. Mendobrak dengan paksa pintu yang terkunci, dan masuk ke dalam setiap ruangan rumah Dita.
“Ada apa ini?” tanya Dita yang tengah mencuci piring sehabis makan pagi.
“Selamat pagi Bu Dita, kami dari kepolisian mencari pelaku perampokan di kantor Bu Istiana tadi malam, kami mencari Tiara” jawab salah satu polisi tersebut.
*
“Ini uang yang aku janjikan, kau menyelesaikan tugasmu dengan baik” kata Istiana.
“Terima kasih, sayang sekali Tiara tidak tertangkap, apa yang akan kau lakukan pada Dita, dia tidak terlibat” kata Rangga.
“Biar aku pikirkan, yang aku penasaran, bagaimana kau bisa berteman dengan Komodo dan tepat waktu dapat mengetahui kapan Tiara bertindak, tapi itu bukan urusanku, yang penting, misteri ini terjawab sudah” Istiana menambahkan sembari tersenyum.
“Sama-sama Bu Istiana, senang berbisnis dengan Anda” kata Rangga, sembari tersenyum dan melangkah ke luar ruangan dari kantor Istiana.
*
“Lihat Rangga, setelah kuteliti, Tedjo memiliki kekuatan ternyata karena dia mendapatkan organisme renik dari kamu, tapi entah kapan dia terkena, sepertinya organisme renik tidak hanya untuk dirimu, aku pikir dia akan cocok dengan siapa saja yang kompatibel dengan DNA-mu, atau ada kemiripan dengan DNA-mu” jelas Prof. Habibie.
“Benarkah Prof. sepertinya potensi besar dia terkena saat aku ke sana dulu, tapi bagaimana caranya?” Rangga bingung.
“Ada potensi organisme renik ini bisa lepas melompat ke orang lainnya dalam jumlah sedikit atau banyak tanpa kau ketahui dan tanpa kau mampu mengendalikannya Rangga, itu teoriku” kata Prof. Habibie.
“Bila dihitung sejak kau terkena dan perjalananmu sampai ke Jakarta, ada potensi penyebaran itu…” tambah Prof. Habibie.
“Tidak heran banyak orang dengan kekuatan super bermunculan walaupun kekuatannya tidak sama persis denganmu, ada potensi kamulah penyebabnya….” Prof. Habibie menatap tajam ke arah Rangga.
Rangga terduduk di ujung ruangan. Kemudian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, lalu memegang kepalanya. Rangga terlihat galau berat.
Profesor Habibie berjalan ke arah Rangga. Dia tahu anak muda tersebut terpukul berat dengan teorinya.
“Aku harap teoriku salah Rangga”
Suara lirih Prof. Habibie terdengar merambat di ruangan lab yang besar yang terasa menjadi sempit sekarang.
Di luar burung-burung beterbangan mencari makan dan sesekali turun ke taman, mematuk-matuk serangga, kemudian terbang lagi, seperti bergegas akan ada sesuatu.
Mendadak awan mulai menggelap, dan petir menyambar, kemudian disusul suara gemuruh geledek menyahut terlambar beberapa detik setelah kilat terlihat.
Hukum alam tak pernah salah, selalu yang lebih cepat yang muncul terlebih dulu dan yang lambat akan menyusul kemudian.
Hujan mulai turun secara perlahan dan kemudian semakin deras mengguyur Kota Labuan Bajo, hujan merata hampir seluruh Flores.
Bersambung....
Cerbung ini ada di An1magine majalah eMagazine Art and Science di An1magine Volume 3 Nomor 2 Februari 2018 yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
Comments
Post a Comment