TIWI ETIKA: KAHARINGAN, AGAMA ASLI SALAH SATU SUKU DAYAK
TIWI ETIKA: KAHARINGAN, AGAMA ASLI SALAH SATU SUKU DAYAK
Michael Sega Gumelar
Agama asli? Ya selama ini banyak yang menganut agama yang berasal dari negara lainnya, istilahnya agama impor. Ternyata ada agama asli muncul di Kalimantan Tengah, yang dianut oleh subsuku Dayak Kaharingan, Dayak Ngaju dan beberapa subsuku Dayak lainnya. Tiwi Etika berayah dari subsuku Dayak Taboyan di area Sungai Teweh dan ibu dari Subsuku Dayak Dusun yang menganut Agama Kaharingan.
Tiwi Etika bersuamikan orang Bali, Tiwi sejak lahir sudah berada di lingkungan kedua orang tua yang menganut Agama Kaharingan. Ada banyak agama di suku Dayak mulai dari yang impor seperti Hindu, Buddha, Katolik, Kristen, dan agama serta kepercayaan impor lainnya. Ada banyak agama dari suku-suku yang ada di Dayak, tetapi salah satu agama asli dari suku Dayak yang dikenal lebih luas saat ini adalah Agama Kaharingan.
Agama Kaharingan muncul dari nama subsuku Dayak yaitu Dayak Kaharingan [1]. Hal ini memberikan potensi dan implikasi adanya agama dari subsuku Dayak lainnya. Agama Kaharingan memiliki kitab Panuturan yang memosisikan leluhur, orang tua layaknya tuhan yang nyata. Hal ini logis sekali, karena manusia memikirkan tuhan yang jauh kebanyakan manusia tidak mampu dan tidak terjangkau oleh pikirannya, orang tua adalah tuhan yang menciptakan keturunannya, bagi pengikut Agama Kaharingan lebih mudah melihat tuhan yang dekat daripada tuhan yang jauh sekali begitu tutur Tiwi.
Kitab Panaturan saat tiwi Etika masih kecil masih dalam proses penyusunan dokumentasi Agama Kaharingan dari budaya lisan yang ada di sukunya. Setelah mulai dewasa Tiwi Etika memutuskan untuk mempelajari salah satu agama Dayak yang disebut Kaharingan ini secara ilmiah. Ranying Hatala [1] adalah tuhan awal yang menciptakan sosok pria bernama Manyamai Malinggar Langit dan wanita bernama Kamelu Baja Humat Hintan.
Agama Kaharingan memiliki kepercayaan sama seperti Agama Hindu dan Buddha yaitu adanya reinkarnasi. Reinkarnasi terjadi karena perbuatan manusia itu sendiri, yaitu Karma, bukan azab dari tuhan. Agama Kaharingan memberikan upacara perlakuan pada satwa dan tumbuhan yang secara relatif dianggap baik dalam pemahaman agama tersebut. Pada saat memperlakukan satwa dan tumbuhan dengan baik dalam upacara kegamaan tersebut maka tercermin perbuatan baik juga diberlakukan kepada sesama manusia.
Pesan Ranying Hatala kepada manusia “Jangan melakukan hal-hal yang tidak baik”. Tempat pemujaan Kaharingan mirip seperti Hindu Bali yaitu pelinggih, tempat pemujaan ini diberi nama Sandung, untuk memuja para leluhur.
Kaharingan adalah Agama, Bukan Aliran Kepercayaan
Rangkap I. Nau, selaku Ketua Umum MBAHK menyatakan penolakan atas penyebutan Kaharingan sebagai aliran kepercayaan. Kaharingan merupakan organisasi keagamaan yang keberadaan pengurus dan pengikutnya tersebar di Desa-desa, Kecamatan-kecamatan dan Kabupaten di seluruh pedalaman Kalimantan [2].
Kaharingan memiliki kitab suci yaitu Buku Panaturan, buku-buku upacara keagamaan, buku pelajaran agama dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, rumah dan waktu ibadah yang jelas, serta juga ada acara Festival Tandak Intan Kaharingan yang serupa dengan MTQ atau Pesparawi. Secara yuridis formal, Kaharingan masuk agama yang diakui keberadaanya oleh Pemerintah pusat tidak bertentangan dengan Pancasila UUD 1945 dan HAM.
Guna dapat melakukan praktik kepercayaan sesuai dengan kehendak Negara, mau tidak mau penganut Kaharingan harus melakukan “peniruan” yang dalam istilah Bourdieu disebut penyesuaian dan pementasan diri. Dalam penelitian lapangan, hasrat penyesuaian dan pementasan diri ini terungkap dalam istilah “uka kilau oloh beken kea” artinya “agar menjadi orang lain juga” atau uka kilau oloh kepercayaan beken kea yang berarti “agar menjadi seperti orang yang beragama lain juga” [1].
Dalam istilah Geertz Penganut Kaharingan menjadikan Islam, Kristen dan Hindu sebagai model of dan model for dalam merancang-bangun kepercayaan Kaharingan. Sebagai contoh, penganut Kaharinganmengumpulkan unsur-unsur terpilih dari tradisi lisan, kemudian membukukan dan membakukannya dalam bentuk Kitab suci, seperti yang dimiliki oleh Islam dan Kristen [1].
Tiwi Etika menjelaskan bahwa Agama Kaharingan berada di bawah satu pengelompokan dengan Agama Hindu. Secara tegas pula menolak disebut sebagai aliran kepercayaan, dan juga tidak akan membuat klasifikasi tersendiri bersama enam agama-agama impor yang diakui oleh pemerintah saat laporan berita ini dibuat yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu.
Berdasarkan Surat Gubernur Kalimantan Tengah Nomor T.M.49/I/3 tentang Surat Edaran integrasi kepercayaan Kaharingan ke dalam Agama Hindu yang ditujukan kepada Bupati dan Walikota se-Kalimantan Tengah, itu merupakan bukti sah dari Pemerintah telah ikut mensosialisasi Kepercayaan Kaharingan yang berintegrasi atau bergabung ke dalam Agama Hindu.
Sejak persiapan hingga pelaksanaan integrasi kepercayaan Kaharingan ke dalam Agama Hindu di Kota Palangka Raya, telah dikuatkan dengan bukti surat-surat dari pemerintah dan lembaga terkait juga sudah dilaksanakannya upacara keagamaan Hambai (Angkat Saudara) menurut kepercayaan Kaharingan dan sesuai pula dengan keyakinan dalam Agama Hindu [2].
[1] Etika, Tiwi., 2017.Kitab Suci Panaturan: Penuturan Simbolik Konsep Panca Sraddha. An1mage-2017.
[2] Etika, Tiwi., 2017. Agama Asli Suku Dayak:Tantangan dan Masa Depannya. Prosiding Kongres Internasional 1: Kebudayaan Dayak. An1mage. Hal: 1-9.
https://play.google.com/store/books/details?id=_iQ3DwAAQBAJ
https://play.google.com/store/books/details/Para_Peneliti_Dayak_Prosiding_Kongres_Internasiona?id=rNUtDwAAQBAJ
Artikel ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 2 Nomor 11 November 2017 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”
AN1MAGINE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening
website an1mage.net www.an1mage.org
agama Kaharingan merupakan kearifan budaya lokal masyarakat Dayak di pulau Kalimantan
ReplyDelete