DECISION oleh Vincentius Davin
https://www.farmmanagement.pro/wp-content/uploads/2017/01/DECISIONEFFECTIVENESSDE-620x330.jpg
DECISION
Vincentius Davin
Banyak orang mengatakan jika kita melakukan hal baik di dunia setelah meninggal kita akan masuk surga dan jika kita melakukan hal buruk nantinya akan masuk neraka.
Mengapa demikian? Itulah pertanyaan yang terlintas pertama kali di kepalaku setelah mendengarkan pembicaraan orang-orang spritualis mengenai kehidupan akhirat.
Jika aku bertanya demikian ke mereka maka jawabannya pasti karena orang buruk akan mendapatkan hukuman karena perbuatannya dan orang baik akan masuk surga, lalu mereka akan menganggap diriku sebagai orang bodoh karena mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya.
Padahal itu bukan jawaban yang ku inginkan.
Aku melihat suatu kejanggalan pada pernyataan itu dengan pertanyaan lainnya di buku yang kami baca. Dikatakan tuhan itu membenci setan, begitu juga sebaliknya.
Bisa disimpulkan mereka bermusuhan. Kemudian setan akan selalu membisikan manusia untuk melakukan perbuatan buruk dan manusia pun cenderung untuk mengikuti bisikan tersebut dari pada menahan diri untuk tidak melakukannya.
Jika orang tersebut melakukan hal yang dinginkan setan maka dia akan masuk neraka di akhirat nanti lalu dihukum oleh setan. Kenapa dihukum? Pertanyaan terbesar yang kumiliki.
Jika manusia melakukan kehendak setan dan masuk neraka, bukankah seharusnya manusia dan setan itu senang? Manusia menjadi setan dan mereka lebih bebas melakukan hal-hal yang mereka senangi. Jika manusia dihukum dan disiksa di neraka oleh setan karena perbuatan buruknya tidakkah hal itu aneh? Lantas mengapa tuhan dan setan bermusuhan?
Jika seseorang menghukum orang lain, pasti bertujuan agar orang itu tidak melakukan hal buruk lagi. Jika setan menghukum manusia yang tidak taat pada peraturan yang tuhan berikan. Bukankah bisa dibilang setan dan tuhan itu justru berteman?
Mungkinkah tuhan membenci setan karena mereka menghukum manusia? Tuhan menginginkan setan untuk mengampuni manusia? Jika dikatakan tuhan maha pengampun, bukankah seharusnya tidak ada manusia yang akan masuk neraka?
Semakin kupikirkan dan semakin kucari jawaban, justru semakin banyak pertanyaan dan kejanggalan yang kutemukan. Jika hal seperti ini dipublikasikan pasti akan banyak pertentangan, tidak hanya oleh masyarakat dan orang-orang yang mengenal saja tetapi juga terjadi di dalam keluarga.
Mungkin saja aku akan dimusuhi dan dikucilkan oleh mereka. Lagi pula aku juga tidak ingin mengubah kepercayaan yang mereka yakini dengan pemikiran-pemikiran yang aku dapatkan ini, karena tidak semua orang dapat menerima pemikiran seperti ini.
Pemikiran-pemikiran seperti ini pasti akan kupendam. Pernah aku mencoba membicarakan topik ini dengan teman sekelas, bisa dibilang aku akrab dengannya. Seketika setelah aku menanyakan kejanggalan yang kumiliki, raut wajahnya berubah.
Ia seperti tidak mau mendengarkan perkataan ku lagi dan tidak mau melanjutkan pembicaraan itu lagi.
Sekarang aku mengetahui topik pembicaraanku ini sangat sensitif bagi beberapa orang. Maka aku hanya akan membicarakan topik ini hanya pada saat menemukan orang yang benar-benar tepat.
Lee adalah salah satu temanku, tetapi kami jarang berbincang karena tidak terlalu dekat. Suatu ketika saat kami sedang bekerja kelompok tiba-tiba ia berkata, “Tempat ibadah sekarang tuh nggak ada yang jujur.”
“Kok bisa? Apa alasannya?” aku yang berada di sebelahnya heran dan bertanya.
“Iya, karena tujuan tempat ibadah sekarang itu adalah bisnis.” Jawab Lee.
“Bisnis seperti apa?” aku semakin bingung.
“Dari semua tempat ibadah pasti ada pengumpulan amal dalam bentuk uang. Nah pada beberapa tempat ibadah menjadikannya pemasukan.” Jawab Lee.
“Bukankah amal itu satu-satunya pemasukan tempat ibadah sebagai biaya operational agar tempat itu terawat?” tanyaku.
“Coba deh, pergi ke tempat ibadah lainnya dan perhatikan kebiasaannya. Pasti terlihat bagaimana tempat ibadah itu memperlakukan dan melihat umat- umatnya.” Kata Lee
“Aku tidak pernah pergi ke tempat ibadah lain, jadi aku tidak mengetahui perbedaan yang kau maksud.”
“Ada pendiri tempat ibadah yang hanya melihat umatnya dari amal yang diberikan. Jika amalnya besar umat itu akan dikenal. Bahkan ia pernah mengatakan jika keluarga kalian tidak berkelimpahan atau kaya, keluarga kalian tidak diberkati oleh tuhan.” Lee memperjelas.
“Oh ya!? Baru pertama kaliku mendengar hal seperti ini loh.” Jawabku penasaran.
“Contohnya aja ada salah satu tempat ibadah yang melakukan adat penyucian tiap minggu, ya tujuannya untuk mendapatkan pemasukan lebih.”
“Wah! Pemasukan besar dan tidak terlihat ya?”
“Iya, hanya orang-orang di dalam organisasi tempat ibadah itu yang tahu. Bahkan jika mau jadi pendiri tempat ibadah semua orang juga bisa melakukannya.”
“Bagaimana caranya? Kok bisa? Kau tahu caranya?”
“Ya, jika gagal menjalankan bisnis. Jadilah sarjana S2 Teologi, lalu buka tempat ibadah, maka pendapatannya akan sesuai dengan umat-umat setia di sana.” Jawab Lee.
Setelah berbincang dengan Lee aku berpikir dan menyadari tidak hanya isi bukunya saja yang janggal, justru tempat ibadah yang dikelolanya juga janggal.
Terlintas di kepalaku betapa bodohnya kita manusia dibodohi oleh hal semacam itu. Hal yang dijadikan kepercayaan itu justru membutakan orang lain. Materi-materi yang diajarkan hanyalah alat untuk berjualan.
http://cms.ipressroom.com.s3.amazonaws.com/173/files/20147/53f22b05299b501f6f0020f5_decisions/decisions_mid.jpg
“Gimana caranya tembat ibadah mengajarkan kebaikan jika tujuannya saja untuk meraih keuntungan Lee?” tanyaku lagi.
“Kalo menurutku ya, kebaikan sesorang tidak berasal dari datangnya orang itu ke tempat ibadah. Melainkan melalui pengalaman kehidupan dan mempelajarinya dari pengalaman tersebut.” Jawabnya.
“Wah, aku setuju kalau itu. Melalui cara keluarga dan orang lain memperlakukanku saja aku sudah bisa mempelajari rasa kasih sayang.”
“Jangan lupa dengan pengalaman yang menyakitkan. Karena kita tersakiti kita mengerti perlakuan buruk, maka kita tidak menyakiti orang lain seperti kita merasa tersakiti.” Sahutnya.
“Eh, iya ya? Benar juga, ada pepatah yang mengatakan orang yang paling ramah untuk tersenyum justru orang yang paling tersakiti. Baru sadar sekarang, a ha ha.” Jawabku.
“Kita tidak perlu tuhan dalam berbuat baik, kita juga tidak perlu tuhan dalam mengubah diri kita menjadi lebih baik, iya kan? Di dalam hidup ini kitalah yang menentukan segalanya.” sahutnya.
Aku tersenyum dan mengangguk. Mulai terpikir lagi di pikiranku dan langsung terucap, “Apakah hal-hal yang membodohi kita itu bisa dihilangkan? Rasanya seperti malware yang ada para komputer. Terlihat baik-baik saja tapi perlahan merusak sistem dan file-nya.”
“Wah, kalo itu sih susah. Dari awal kita dilahirkan saja, kita semua sudah terbelenggu oleh hal-hal tersebut. Di mana pun kita dilahirkan. Pasti ada dewa dan tuhan mereka sendiri.” Cetusnya.
“Apa lagi kita itu generasi muda ya? Tidak bisa mengajarkan hal seperti ini ke generasi tua. Yang ada mereka ngatain kita, anak muda sok tahu. A ha ha ha ha …,” candaku.
“Ya maka dari itu, hal-hal seperti ini hanya akan didengar kepada orang yang ingin mendengarkan saja dan terutama orang yang mengikuti jejak kita. Anak di masa depan. Ajarkan rasa kasih sayang yang benar.” Jawabnya.
Menurutku juga demikian di dalam benak ku. Sesuatu yang salah dan dianggap benar sudah tidak bisa diubah lagi di generasi tua.
Generasi yang sekarang saja sudah banyak yang sulit untuk berpikir kritis dan melihat kebenaran.
Tidak sedikit dari generasi sekarang juga sudah termakan doktrin dan mengikuti ajaran generasi tua.
Sekarang yang hanya bisa kita lakukan adalah mendidik generasi muda ke jalan yang benar, atau ke jalan yang kita inginkan. Pillihan selalu berada pada diri sendiri.
Vincentius Davin
0897 4084 897
dnikana.arcala@gmail.com
Cerpen ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 3 Nomor 8 Agustus 2018 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”
AN1MAGINE BY AN1MAGE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening
website an1mage.net www.an1mage.org
Comments
Post a Comment