PAMERAN “NGARIUNG DINA HUIS” Gerakan Baru di Kota Bogor
Tampak depan Buiten Huis Café & Gallery saat pertunjukan visual mapping oleh Chika Pradana, Sabtu (2/9).
PAMERAN “NGARIUNG DINA HUIS”
Gerakan Baru di Kota Bogor
Ibrahim Soetomo*
Kolektif Gerakan Seni Rupa Bogor menyelenggarakan pameran seni rupa “Ngariung dina Huis” di Buiten Huis Café and Gallery, Bogor, Sabtu (2/9).
“Ngariung dina Huis” menampilkan 24 karya perupa asal Bogor yang menempuh pendidikan serta meniti karier di luar kota Bogor, seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
Pameran ini dibuka pukul 20.00 WIB dan disambut oleh pertunjukan visual mapping yang memproyeksikan gambar bergerak ke fasad Buiten Huis.
Terdapat ragam medium karya seni yang memenuhi ruang kafe berkonsep galeri ini. Bebe Wahyu, ilustrator asal Bogor yang bergiat di Jakarta, menggunakan bahan plywood untuk ia lukis.
Karya berjudul “Hesitate” menceritakan kebimbangan seorang perempuan dalam mencari keajaiban di hidupnya.
Berbeda dengan Viandira Athia Mulyono, karyanya yang berjudul “Anak SD dan Buku Biodatanya” mengajak kita kembali ke masa Sekolah Dasar, di mana berkenalan dilakukan dengan menulis keterangan diri di sebuah buku biodata.
Ruang pamer Buiten Huis Café & Gallery yang terletak di lantai atas.
Karya ini juga interaktif, sehingga pengunjung dapat menuliskan biodatanya dengan materi yang sudah disediakan. Konsep karya ini berhubungan dengan tajuk pamerannya; “Ngariung” merupakan bahasa Sunda yang artinya adalah “berkumpul”.
Gerakan Seni Rupa Bogor mengharapkan, dengan adanya pameran ini para perupa
yang bergiat di luar kota Bogor bisa kembali berkumpul dan bergiat bersama di kotanya sendiri.
Kehadiran Buiten Huis Café & Gallery merupakan kabar gembira bagi para komunitas seni dan budaya di kota Bogor.
Salah satu permasalahan yang diungkit oleh Gerakan Seni Rupa Bogor adalah minimnya wadah yang mendukung pelaku seni untuk bergiat, sehingga Bogor tidak dikenal sebagai kota yang iklim berkeseniannya hidup.
Alasan ini juga yang menyebabkan banyak pelaku seni memilih untuk bergiat di kota lain. Sehingga, kafe dan galeri seni yang baru berjalan dua bulan ini kedepannya dapat dijadikan ruang alternatif untuk kegiatan berkesenian.
Pameran “Ngariung dina Huis” patut diapresiasi sebagai usaha untuk memicu kegiatan berkesenian di Bogor.
Minimnya wadah tidak lantas memupuskan harapan Gerakan Seni Rupa Bogor beserta pelaku seni lain untuk menghidupkan iklim berkesenian selayaknya di kota-kota lain.
*Penulis tergabung di Gerakan Seni Rupa Bogor dan Jakarta 32 °C sebagai penulis, kurator, dan editor.
Artikel ini ada di majalah AN1MAGINE Volume 2 Nomor 10 Oktober 2017 eMagazine Art and Science yang dapat di-download gratis di Play Store, share yaa
“Menerbitkan buku, komik, novel, buku teks atau
buku ajar, riset atau penelitian di jurnal? An1mage jawabnya”
AN1MAGINE: Enlightening Open Mind Generations
AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening
website an1mage.net www.an1mage.org
Comments
Post a Comment