IRIDESCENCE


https://bit.ly/2RRakMn



IRIDESCENCE

Archana Universa




Aku mendongak. Gedung pencakar langit itu tepat di atasku. Tidak menyentuh tanah. Gedung mengambang. Didesain dengan segala peraturannya sendiri.









"Gedung itu milikmu," ujar Kai dari kursi depan, sebelah sopir.

"Tentu saja," jawabku dengan nada arogan, meski sebenarnya tidak bermaksud seperti itu.
"Aku yang merancangnya. Mana mungkin aku tidak tahu," sambungku sambil menurunkan kaca jendela.

"Hanya saja aku tidak tahu ibu benar-benar mewujudkannya. Beliau tidak mengatakan apa pun saat aku memberikan ide super kasarku. Kupikir ibu akan mengataiku gila. Tapi ternyata dia menghadirkan kenyataan yang kupikir hanya ada di imajinasi."

"Kejutan ulang tahunmu," terang Kai.

"Kau ingat tapi tidak memberiku selamat?" tuntutku.

"Selamat ulang tahun, Boss," katanya, nyengir.

"Lupakan, Kai! Beri aku kado saja, tidak usah ucapan," gerutuku.

"Kalau begitu kutarik ucapanku barusan," balasnya.

Aku menggerutu lagi. Tapi langsung berhenti saat makin mendekati gedung milikku. Dari jendela mobil yang telah kubuka, mengamati orang-orang yang berdiri terbalik di dalam gedung itu.

Gedungnya mengambang. Di dalamnya memiliki gravitasi buatan sendiri. Orang-orang berpijak dimana langit-langit biasanya berada.

Terbalik.

Nama Iridescence kupilih dari fenomena yang sangat jarang terjadi. Iridescence disebabkan oleh tetesan kecil air atau kristal es kecil yang menyebarkan cahaya iluminasi sehingga menghasilkan warna-warna cerah.

"Kondensasi awan kumulus. Cahaya matahari yang terpecah, menghadirkan cahaya beraneka warna yang indah." Aku menyatakan pikiranku.

Gedungku Iridescence memang memiliki banyak warna di tiang-tiang penyangga jendelanya. Warna-warni, bergerak. Dikagumi, dipuja cantik seperti dewi.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan hingga mendapat ide brilian seperti itu?" tanya Kai memecah lamunanku.

"Keberuntungan? Aku tidak memikirkannya. Gedung itu muncul dalam mimpiku. Aku tidak memintanya," ujarku, jujur.

Kai membuka mulut seperti akan melayangkan protes. Keberuntungan? Mimpi? Serasa tidak nyata memang. Kenapa mimpi aneh itu tidak mendatangi Kai atau orang lain. Mimpi itu datang padaku.
Tapi itulah misteri semesta. De javu? Kurasa bukan. Gedungnya memang mirip mimpiku, tapi tidak sama persis. Konsep besarnya sama. Hanya saja Iridescence dalam mimpiku jauh lebih indah.

Tidak. Aku bukannya mengeluh karena gedungnya lebih jelek. Aku tetap menyukai Iridescence di hadapanku.

Iridescence milikku.

"Melawan hukum alam!"

"Gravitasi buatan tidak aman! Iridescence akan merenggut nyawa suatu saat!"

"Bukankan penciptanya terlalu sinting? Mengambang dan membuat manusia di dalamnya terbalik? Apalagi sebutannya bila bukan sinting?"

"Kudengar gedung Iridescence memancarkan radiasi yang bisa membuat orang-orang perlahan menjadi zombie."

Aku membanting laporan di hadapanku dengan kesal.

"Orang-orang percaya ini? MEREKA PERCAYA?" amukku, frustasi.

"Sebagian percaya, sebagian penasaran dengan Iridescence," jawab salah satu staff senior tanpa berani menatapku.

Kai memberi isyarat supaya aku menahan amarahku.

Aku menarik napas panjang. "Gunakan moment ini untuk mendongkrak kunjungan ke Iridescence. Pilihannya adalah hancur atau malah melambung lebih tinggi. Pilih pilihan yang terbaik. Kalian tahu mana yang kumaksud."

Kai membuntutiku keluar ruangan rapat. Kami menuju atap dalam diam.

"Kau tahu penyakit bodoh menjangkiti manusia lebih cepat dari virus mana pun." Aku membuka suara setelah sampai di atas.

"Kau tahu ada peluang. Menjadikan berita buruk yang sudah terlanjur beredar sebagai strategi pemasaran. Aku punya feeling bagus soal ini. Kau bisa tenang ...."

Aku memotong ucapannya dengan tatapan tajam.

"Kau tahu aku ini manusia sumbu pendek. Emosian, gampang marah."
"Kau bisa jadi pribadi yang lebih baik," balas Kai, nyengir.

"Aku mau jadi diriku sendiri saja," tolakku.

Aku memandangi Iridescence. Jarak kami tidak terlalu jauh. Gedung itu menjadi pusat perhatian seperti biasanya. Tidak tertandingi, setidaknya untuk saat ini.

"Berita negatifnya memang banyak. Tapi sesuai laporan, kunjungannya mengalami kenaikan," jelas Kai kembali pada topik.

"Berikan laporannya setiap hari. Aku akan memonitornya minimal selama dua pekan ke depan," perintahku.

Dulu, saat pertama kali memasuki Iridescence rasanya tidak nyata. Aku memang memimpikannya. Tapi aku tidak memasukinya dalam mimpiku.

Iridescence yang agung. Dipuji sekaligus dicela. Bekerja dengan cara yang tidak dipahami oleh banyak orang. Dianggap mustahil, sebatas fantasi, seandainya tidak berhasil diwujudkan.
Aku mendongak ke atas dan memandangi jalan raya yang sesungguhnya ada di bawah.

Orang-orang melambatkan laju kendaraan mereka tiap kali melewati gedungku. Aku bisa merasakan rasa kagum, penasaran, juga khawatir Iridescence jatuh menimpa mereka yang berada di bawahnya.

"Apa kau pernah skeptis Iridescence hanya bisa muncul dalam mimpimu, bukan dalam dunia nyata?" tanya Kai sembari menyodorkan laporan keuangan Iridescence kuartal ini. 

"Oh ya, selamat ulang tahun, Boss."

"Kau tidak memberiku hadiah. Konsisten dari tahun ke tahun," protesku.
"Kau kan kaya raya!" Kai selalu memberi alasan yang sama setiap tahunnya.
Konsisten.
"Orang kaya raya tetap bahagia ketika diberi kado!" kataku lagi-lagi dengan nada protes.

"Intinya aku tidak tahu harus memberikan apa. Aku banyak berpikir dan menimbang. Apakah memberikan ini layak?”

“Apakah itu layak? Sampai tiba hari ulang tahunmu aku terus bertanya-tanya dan tidak menyiapkan apa pun pada akhirnya," ucap Kai.

"Kuputuskan untuk mengingat hari ulang tahunmu dan memberi ucapan selamat adalah hadiah terbaikku."

Aku menerima laporan yang disodorkan Kai sambil merengut. Iridescence sudah dua tahun mengambang di udara. Tidak berpijak di tanah. Dinilai congkak mirip label yang sering dikaitkan denganku.

Seperti perintahku, seperti feeling Kai, berita buruk mengenai Iridescence berhasil kami gunakan untuk memasarkannya. Meraup lebih banyak pengunjung dan penyewa tempat tinggal dan perkantoran.

Mengeruk lebih banyak profit, bahkan melampaui ekspektasi awal.

"Jadi apakah kau pernah menyangsikan Iridescence akan terwujud?" Kai mengulangi pertanyaannya.

"Pernah. Sejujurnya aku tidak tahu banyak soal cara kerja gedung ini meski memiliki idenya. Aku bahkan tidak tahu cara kerja lemari es. Bagaimana sebuah kotak elektronik yang dialiri listrik bisa menghasilkan es batu. Ini ideku, tapi ibuku yang genius yang mewujudkannya."

"Kau tidak menanyakannya pada ibumu?" tanya Kai sambil mengangkat alisnya.

"Aku bertanya. Dia menjawab. Aku tidak paham," kekehku.

"Ibuku bilang tidak masalah. Ideku yang unik ini sudah lebih dari cukup baginya. Kata ibu aku tidak perlu memahami semuanya."

"Pasti menyenangkan. Ide yang muncul tanpa diminta, ibu yang kaya raya dan genius sehingga bisa membangunkan Iridescence untukmu. Kau pasti bahagia," celetuk Kai.

Aku menggeleng. "Aku bahkan sedang merasa tidak percaya diri."

"Yang benar saja!" keluh Kai.

"Ketika kau bisa mewujudkan hal luar biasa, kekhawatiran lain muncul: mampukah aku menciptakan terobosan baru yang lebih hebat dari ini?

Pertanyaan itu selalu menghantuiku setiap hari setelah Iridescence mengambang dengan megah."

Aku duduk di salah satu sofa agar bisa menengadah memandangi jalanan di atas kepalaku lebih lama lagi.

"Jawabannya bisa iya. Bisa tidak."

"Nikmati pencapaianmu dan berbahagialah, Boss." Kai ikut duduk di sampingku.

"Jangan memerintahku sambil memanggilku 'Boss'," gerutuku.

Kai tertawa. Aku ikut tertawa bersamanya.


*

Karya: Archana Universa




  • AN1MAGINE
    Vol 5 No 4 (2020)
    Jurnal majalah bulanan populer seni, desain, animasi, komik, novel, cerita mini, dan sains ringan yang dikemas dalam format education dan entertainment (edutainment). An1magine mewadahi karya cerita mini, cerita bersambung dalam ragam genre, tutorial, dan komik dalam ragam gaya gambar apa pun. Jurnal majalah An1magine ini dapat diakses secara gratis (open access system). Silakan klik link di atas untuk mengunduhnya.
    An1magine edisi ini dapat diunduh juga di An1mage JournalPlay Store, dan Google Book. Silakan klik link aktif yang ada untuk mengunduhnya. Gak mau ketinggalan berita saat An1magine terbit? Gabung yok di An1mareaders WA GroupFacebookInstagramTwitter

    inovel
    Gabung di An1mage WA Grup untuk workshop, tutorial, pelatihan, dan membahas puisi, cerita mini, cerita pendek, novel, dan scenario untuk diterbitkan dan atau difilmkan, jangan ngabisin waktu nungguin chat, mari berkarya nyata, terlibat dalam produksi secara langsung, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke Aditya PIC: 0818966667 dapat mengirimkan email ke: inovel.group@gmail.com subject: gabung inovel dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat juga gabung di inovel facebook group.

    ikomik Gabung di An1mage WA Grup untuk workshop, pelatihan, tutorial, dan membahas komik untuk diterbitkan, dianimasikan dan atau difilmkan, jangan ngabisin waktu nungguin chat, mari berkarya nyata, terlibat dalam produksi secara langsung, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke PIC Aditya: 0818966667 dapat mengirimkan email ke: ikomik.group@gmail.com subject: gabung ikomik dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat juga gabung di ikomik facebook group.

    iluckis Gabung yuk di grup WA iluckis, tempat para pelukis berkarya, berpameran, dan berpublikasi, karya lukisanmu dapat dipublikasikan secara gratis di majalah An1magine yang terbit bulanan dan beredar sejangkauan jari di Play Store yang berdampak pada promosi karya dan namamu agar lebih dikenal , gabung dengan mengirimkan pesan WA ke Aditya PIC: 0818966667 atau dapat mengirimkan email ke: iluckis.group@gmail.com subject: gabung iluckis dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat bergabung di iluckis facebook group.

    icosplayer Para cosplayer yang keren-keren, gabung yuk di icosplayer WA grup, foto kalian yang menggunakan kostum bisa masuk ke majalah digital An1magine yang terbit bulanan, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke WA ke Aditya PIC: 0818966667 atau dapat pula bergabung di icosplayer facebook group.  

Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *