AROGAN

https://images.assettype.com/freepressjournal%2Fimport%2F2017%2F02%2Fetc-4th-lead-feb-22.jpg?format=webp&w=720&dpr=1.3


AROGAN


M.S. Gumelar






Kupasang helm pengaman di kepalaku. Aku tidak yakin apakah helm ini akan melindungiku. Para cacing itu tidak mengincar kepala terlebih dahulu, walaupun itu dapat terjadi, tetapi mereka cenderung menyerang dari arah bawah, “Seharusnya para ilmuwan di bidang militer untuk pertempuran ini menemukan pelindung tambahan di area pantat!” ucapku kesal.





“Ide yang bagus!” Bjet mengacungkan jempolnya.

Aku tersenyum kecut,”Tampaknya cuma menggerutu saja bukan?” keluhku.

“Hei, kau tahu, mereka menemukan bahwa pelindung apa pun tidak berguna, mulut para cacing di sini mampu mengunyah metal yang paling keras sekalipun,” jelasnya.

“Manusia adalah mahluk paling cerdas, mereka mampu menjelajah ke planet lain, tata surya lain, galaksi lain, bahkan jagat raya di frekuensi lainnya, kenapa tidak mampu mengatasi hal ini?” keluhku.

“Kau sepertinya tidak berbakat sebagai seorang militer, tidak berani mati, kau cocoknya duduk di depan komputer!” Fauckl menoyor kepalaku.

“Jangan mengejek, aku telah bersama kalian selama 12 tahun di setiap pertempuran, tapi kali ini ada yang salah!” belaku.

“Ya ya ya, aku mendengar setiap ocehanmu pada setiap awal dikirim ke area baru pertempuran, kata-kata yang sama, ada yang salah! Nyatanya kau tetap bersama kami sampai saat ini, kau pejuang Ra! Tapi kau pengeluh, grumpy!” teriak Wjekr.

“Jalani saja, dan mati ha ha ha!” ejek Kenrm sembari tertawa sinis.

Shit!” jawabku sembari memasang sepatu bootku.



*

“Bagus, semua sudah hadir!” teriak komandan pertempuran, Kolonel Musha, “dengarkan, pertempuran ini adalah pertempuran teraneh yang pernah kita alami, guna menguasai planet subur ini, kita harus  membasmi wabah cacing yang ada, bila kalian tergigit atau lainnya oleh para cacing pemakan metal ini, segera teriak Screening, maka DNA ID kalian akan terdeteksi dan segera di-teleport-kan ke sickbay! JELAS!”

“JELAAAAAS!” jawab pasukan tersebut.

“DIMENGERTI?!” Teriak Kolonel Musha.

“DIMENGERTIIII!” jawab mereka lagi,

“BERSIAPLAH MATI SEBAGAI PAHLAWAN!” Kolonel Musha memotivasi.

“SIAAAAP!” jawab mereka lagi serempak.

Kolonel Musha kemudian menggerakkan tangannya,  menandakan mulai bergerak ke area pertempuran yang tidak tahu akan terjadi di mana tepatnya.


*


“Aku selalu khawatir saat teleport karena terluka dalam pertempuran,” ucap Bjet dalam perjalanan ini.

“Bukankah kita sering mengalaminya, aku saja sudah kesebelas terakhir kali,” jawabku.

“Ya kau bahkan lebih banyak dari aku, cuma aku khawatir, mereka para dokter di sana salah memberikan cleanslate DNA-ku dengan DNA orang lain!” cetuknya.

“Selama ini mereka selalu berhasil memberikan DNA aslimu bukan, kau tampak sehat, segar bugar sejauh ini?” Fauckl berkomentar.

“Entahlah, aku merasa iya, coba pikir, apa kalian tidak curiga para dokter merekayasa genetik DNA kita sehingga kita menjadi sangat patuh pada Federasi Tera Antar Galaksi ini?” Bjet menjelaskan kebimbangannya.

“Ya ya ya, apakah ukuran burungmu kini lebih kecil setelah memperbaiki tubuhmu yang celaka dengan mengembalikan cleanslate DNA tubuhmu?” ejekWjekr.

“Hei, kendalikan mulutmu!, sejak awal-awal aku tidak begitu patuh,”  Bjet  protes.

Mendadak semua terdiam. Kolonel Musha memberikan aba-aba.

Scan!” perintah Kolonel Musha.

Muncul hologram di udara, semua anggota pasukan dapat melihatnya juga di helm mereka. “Ada pergerakan di area utara!” Narto menginfokan,”jumlah terscan warna kuning terang sementara ini 1071 unit!”

“Tunggu, apa yang seperti magma di bawah mereka?” tanya Bjet.

“Magma?” jawab Narto sekaligus bertanya, bimbang.

“Cek senjata!”  Kolonel Musha melihat ke arah pasukan yang dimilikinya, 2000 unit,”SIAP BERTEMPUR!” teriaknya.

“SIAAAAP!” jawab seluruh pasukannya hampir bersamaan.


*


Pasukan bergerak menyongsong ke arah pergerakan lawan yang terlihat di monitor helm mereka masing-masing, Kolonel Musha berada paling depan, kemudian dia memberikan aba-aba untuk waspada dan berhenti untuk menunggu.

Semua pasukan hening.

SRIEK
SRIEK
SRIEEEEEKH

Bunyi serangga Planet Pabwormh yang terdengar di sela-sela desiran angin yang menyentuh dedaunan.

KREKH

Bunyi ranting kering patah terinjak boot sepatuku. Bjet menoleh kepadaku dengan mata melotot. Aku nyengir kuda.

Mendadak suasana riuh, di kejauhan tampak bergerak segerombolan cacing berukuran besar, bergerak bagaikan ular, cacing yang aneh dan gesit.

“TEMBAK!” teriak Kolonel Musha.

ZING
ZING
ZING

Senjata laser menerjang para cacing yang bergerak liar, brutal.

AAAAAAAARRG
AAAAAAAAAAAAAAAAAAKH
WUEEEEKH

SCREENING!
SCREENING!
SCREENING!
SCREENING!

Kulihat Fauckl berkata Screening di kejauhan, mataku menyapu area lainnya. Beberapa prajurit terkapar tewas, yang tidak sempat berteriak screening, tubuh terkoyak.

Baju tempur pelindung dari metal benar-benar tidak berguna, cacing-cacing ini mampu meremukkan metal sekeras apa pun dengan taring mereka.yang mengelilingi mulut mereka.

Ada beberapa yang cacing yang lebih kecil muncul dari tanah dan menembus pantat beberapa prajurit, cacing masuk dan merusak lewat lubang pantat mereka, benar-benar pemandangan yang mengerikan untuk dilihat, sepertinya pertempuran ini tidak seimbang.

Tubuh cacing yang tertembus senjata laser dan terkoyak putus, dengan anehnya masuk ke tanah.

“MUNDUUUR!” teriak Kolonel Musha.

Para prajurit yang sempat mundur masih juga dikejar oleh beberapa cacing monster tersebut. Tembakan sinar laser tidak henti menerjang para cacing yang masih mengejar.

“TELEPORT SEMUA UNIT YANG ADA KE PESAWAT INDUK!” perintahnya.

Seketika semua prajurit yang ada ter-teleport ke pesawat induk.

“BAWA SEMUA YANG TERLUKA KE SICKBAY!” perintah Kolonel Musha, saat tenaga medis mulai berdatangan ke arah mereka.


*


“Bagaimana kesimpulannya?” tanya seseorang kepada Kolonel Musha di ruang rapat melalui teknologi hologram.

“Aku rasa, kita memerlukan teknologi drone atau robot,” jelas Kolonel Musha,

“Observasi yang bagus kolonel, tapi pengiriman drone dan robot tambahan memerlukan waktu sekitar dua minggu dari sekarang, gunakan drone dan robot yang ada di pesawat induk ini terlebih dahulu, dan kita lihat apa yang akan terjadi nanti, meeting ini selesai!” jelas orang tersebut melalui hologram.

“Laksanakan Jendral!” jawab Kolonel Musha.

BLAAAAAAAAM!

Beberapa orang tewas karena ledakan yang terjadi di dalam salah satu area pesawat induk.

Seseorang menembakkan senjata sinar ke salah satu prajurit, dari tubuhnya yang terkoyak, muncul cacing sebesar lengan manusia menyerang prajurit yang terdekat, prajurit tersebut tidak dapat menghindar, dan cacing itu mengoyak pakaian dan menembus tubuhnya, Prajurit tersebut tersungkur ke lantai, kejang-kejang.

Kejang telah terhenti, sesaat kemudian prajurit tersebut duduk dan mulai berdiri, kemudian mengambil senjatanya yang terjatuh dan mulai menembaki prajurit lainnya.

SRAAAATH!

Senjata laser ukuran besar mengenai tubuh prajurit yang ada tubuh cacing di dalamnya,
Tubuh prajurit tersebut hancur terurai dan bau hangus terbakar menyebar.

Bjet berdiri memegang senjata sinar laser yang besar tersebut dengan wajah tegang.


*


“APA?” tanya Kolonel Musha tidak percaya.

“Ya Kolonel, cacing yang berukuran kecil mampu mengendalikan pikiran tubuh inangnya saat mereka mampu memasuki tubuh mahluk lainnya,” jelas seorang peneliti yang ada di sana.

“Jadi yang kita lawan bukanlah mahluk rendah yang bergerak di dalam tanah sebagai penyubur tanah saja, tetapi juga pengontrol pikiran?” Kolonel Musha bertanya keheranan untuk menyakinkan dirinya.

“Benar Kolonel,” jawab peneliti lainnya.

“Mereka bukanlah mahluk rendah yang selama ini kita pikirkan, mereka cerdas, memiliki taktik berperang, mampu mengendalikan pikiran inangnya!” jawab peneliti lainnya lagi.

“Sial, kenapa para petinggi itu tidak memberi tahuku sebelumya? Ini penjajahan, invasi!” Kolonel Musha menggerutu.

“Sambungkan aku pada Jendral Rjsh sekarang juga!” teriaknya kepada bagian komunikasi.


*


“OK kau selesai, kau sehat, tidak ada cacing di tubuhmu!” jelas seorang wanita perawat medis kepadaku.

“Makasih,” kataku.

Wanita perawat itu tidak menjawab, tersenyum dan bergerak ke arah pasien lainnya.

Aku berjalan ke arah luar, saat kulihat Fauckl terbaring di salah satu ruang.

“Bagaimana kabarmu?” tanyaku.

“Kau tahu, rasanya sangat tidak enak saat cacing itu masuk melalui pantatku, untung aku cekatan mengucapkan screening, langsung saat itu juga ter-teleport dan mereka memberikan cleanslate DNAku di teleporter, sehingga DNA cacingnya bisa dihilangkan seketika dalam tubuhku, tapi perawat bilang aku harus menunggu proses selanjutnya, untuk berjaga-jaga siapa tahu ada yang terlewatkan!” jawab Fauckl.

“Ra” panggil Fauckl kepadaku.

“Ya,” jawabku.

“Aku tahu, aku menyebalkan, tetapi hal ini muncul karena aku terlalu percaya pada orang lain di masa lalu, aku dulu adalah orang yang positif thinking seperti dirimu, dan ternyata banyak dibohongi karenanya …”

“... sampai suatu saat istri dan anakku meninggal karenanya, diculik, dibunuh karena kebodohanku,  percaya pada orang yang sudah seakan saudara bagiku, aku tidak memiliki uang untuk memberikan tebusan, ataupun mampu menyelamatkan mereka, bajingan pembunuh itu tidak kutemukan …,  makanya aku bergabung sebagai di militer, untuk bunuh diri,” tatapan matanya kosong, dan mengalir menitikkan air mata.

“... sejak saat itu yang kuperlukan untuk bertahan hidup adalah tetap kritis di masa apa pun, tidak pernah lagi ber-positif thinking” jelas Fauckl sembari memandangku di kejauhan sekilas, kemudian dia melihat ke arah luar, jendela pesawat.

Aku terdiam, tertegun, baru kali ini Fauckl terbuka kepadaku, cerita hidupnya sangat tragis. Aku mendekati ke arahnya sebagai bentuk simpati.

“Cara berpikir yang berbeda, membuatmu mampu bertahan sejauh ini,” kataku lirih sekaligus memberi semangat.

“Luar angkasa begitu indah, sekaligus bencana, bayangkan, di pesawat ini, kita semua, dulu pernah hampir saling berbunuhan karena merebutkan oksigen yang ternyata bocor dan menjadi langka,” kenangnya.

“Ya untunglah ada spesies manusia pohon yang singgah di pesawat kita dan memberikan oksigennya kepada kita, kali ini kita tidak tahu apakah kita di pesawat ini bisa seberuntung seperti sebelumnya,” jawabku dengan nada keluh.

“Satu hal yang pasti, kau tidak berubah, selalu mengeluh, tapi mungkin itu yang menyelamatkanmu selama ini,” kata Fauckl mencela sekaligus memuji.

Aku tersenyum kecut,”Paling tidak, kita tahu bahwa cacing-cacing itu tidak bodoh seperti dugaan kita semula, …”

“... mereka tidak memiliki tangan, jari, dan kaki, tetapi mereka tetap terevolusi dengan caranya sendiri, sehingga mereka sepertinya cerdas, cuma kita belum tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka.”

*

“Aku tahu Jendral, tapi Anda tidak memberitahuku di laporan sebelumnya tentang cacing yang mampu mengendalikan pikiran!” terlihat wajah Kolonel Musha tampak tegang dengan mata melotot memerah.

“Laporan itu adalah laporan pertama yang kudapat, Saya tidak yakin sebelumnya, kini dengan perbandingan dan pengalaman yang sama, Saya sekarang tahu, lakukan tugasmu dengan baik Kolonel, bantuan drone dan prajurit robot tambahan sesuai permintaanmu akan tiba dua minggu lagi, Rjsh out!” kata Jenderal Rjsh mengakhiri transmisinya.

Geraham Kolonel Musha gemeletak, lalu melihat ke arah Narto,”Siapkan drone dan robot perang, besok kita akan bergerak ke area yang sama, kali ini minimalkan prajurit nonrobot, kita gunakan taktik gerilya dalam jumlah relatif kecil.”

“Siap laksanakan!” jawab Narto.


*

“Dengarkan! Ini planet mereka, wilayah mereka, mereka lebih mengerti area ini daripada kita, kita pendatang! Tapi tugas tetaplah tugas, tugas kita adalah membasmi mereka, kita prajurit, hanya menjalankan tugas dari atas, tidak beda dengan robot yang telah bergabung dengan kalian di sini!” jelas Kolonel Musha.

“Kali ini jumlah robot dan drone lebih banyak, dari titik awal perkemahan kita ini, kita akan bergerak ke arah titik pertempuran sebelumnya, berperang dengan strategi gerilya dalam jumlah terbatas, kalian telah mendapatkan kepala unit masing-masing,” Kolonel Musha memandang ke arah pasukannya, “jangan lupa berteriak screening sejak awal bila ada cacing yang memasukimu, agar tidak bernasib nahas seperti kawan-kawan sebelumnya, kepala unit silakan!.”

“Barisan, siap jalan. Gerak!” beberapa kepala unit mulai memberikan komandonya.

“Setelah tahu para cacing ini cerdas, kenapa tidak menarik semua pasukan kembali, dan meninggalkan planet ini?” celoteh lirih Bjet

“Entahlah, mungkin mereka tidak percaya ada mahluk tanpa kaki, tangan, dan jari menjadi cerdas, di luar pola pikir umum selama ini dipercaya, arogansi spesies?” jawabku sembari bertanya tanpa perlu jawaban, beretorika dengan lirih juga.

Kemudian aku terdiam, dan sepertinya semuanya diam, memikirkan apa pun di benak masing-masing sepanjang perjalanan ke area pertempuran sebelumnya.

Setelah lama kami bergerak,”Sekumpulan cacing terdeteksi di depan!” teriak Narto.

“Ada magma lagi di bawah mereka?” tanya Bjet.

“Ya magma!” kali ini Narto setuju.

“Siapkan senjata kalian, kali ini berpencar jangan berkumpul!” teriak Kolonel Musha.

Beberapa kepala unit memisahkan diri, satu unit terdiri dari 3 orang, 20 robot dan 30 drone di atas mereka.

Aku masuk dalam timnya Fauckl yang sudah sehat, bersama Bjet, 20 robot dalam posisi auto battle demikian juga drone telah siap, mereka mengikuti Fauckl.

Mendadak suara tembakan sinar pertama muncul seiring dengan meluruknya para cacing yang bergerak gesit menerjang kami, kali ini mereka seperti kebingungan dan juga terpecah perhatiannya, kami berada di jarak yang terpisah cukup jauh.

Beberapa robot dan drone melakukan perlawanan sengit dan terbukti efektif karena kejituan mengenai target dan juga serangan senjata sinar dari drone mampu membuat gerak perlawanan mereka terhambat.

Mendadak tanah seperti bergetar, gempa lokal kuat terjadi di area pertempuran, muncul cacing raksasa mulutnya mengoyak beberapa drone yang melayang.

“Ternyata yang terlihat seperti magma di scan itu adalah cacing yang lebih besar, super besar!” teriak Bjet sembari menembakkan senjatanya ke arah cacing super besar seukuran pencakar langit diameter sekitar 1 km tersebut.

Aku juga terkejut, betapa tidak mengharapkan hal ini terjadi, dalam keadaan tidak siap, mendadak satu cacing seukuran lengan kurasakan mengoyak dan memasuki pantatku.

“SCREENIIIIIING!” teriakku.

*

Aku terbangun. Mindporting lagi, kali ini kulihat wajahku di cermin, “Oh untunglah wajah yang kukenal selama ini, wajahku yang tampan dan gagah.”

Tampak di cermin wajah harimau berwarna putih dengan senyuman di mana terlihat taring dan loreng di area wajahnya dengan tubuh berdiri tegak laksana manusia.


*

M.S. Gumelar
Ig: @bubblegumelar
Fb: https://www.facebook.com/michael.sega.gumelar 





  • AN1MAGINE
    Vol 5 No 4 (2020)
    Jurnal majalah bulanan populer seni, desain, animasi, komik, novel, cerita mini, dan sains ringan yang dikemas dalam format education dan entertainment (edutainment). An1magine mewadahi karya cerita mini, cerita bersambung dalam ragam genre, tutorial, dan komik dalam ragam gaya gambar apa pun. Jurnal majalah An1magine ini dapat diakses secara gratis (open access system). Silakan klik link di atas untuk mengunduhnya.
    An1magine edisi ini dapat diunduh juga di An1mage JournalPlay Store, dan Google Book. Silakan klik link aktif yang ada untuk mengunduhnya. Gak mau ketinggalan berita saat An1magine terbit? Gabung yok di An1mareaders WA GroupFacebookInstagramTwitter

    inovel
    Gabung di An1mage WA Grup untuk workshop, tutorial, pelatihan, dan membahas puisi, cerita mini, cerita pendek, novel, dan scenario untuk diterbitkan dan atau difilmkan, jangan ngabisin waktu nungguin chat, mari berkarya nyata, terlibat dalam produksi secara langsung, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke Aditya PIC: 0818966667 dapat mengirimkan email ke: inovel.group@gmail.com subject: gabung inovel dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat juga gabung di inovel facebook group.

    ikomik Gabung di An1mage WA Grup untuk workshop, pelatihan, tutorial, dan membahas komik untuk diterbitkan, dianimasikan dan atau difilmkan, jangan ngabisin waktu nungguin chat, mari berkarya nyata, terlibat dalam produksi secara langsung, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke PIC Aditya: 0818966667 dapat mengirimkan email ke: ikomik.group@gmail.com subject: gabung ikomik dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat juga gabung di ikomik facebook group.

    iluckis Gabung yuk di grup WA iluckis, tempat para pelukis berkarya, berpameran, dan berpublikasi, karya lukisanmu dapat dipublikasikan secara gratis di majalah An1magine yang terbit bulanan dan beredar sejangkauan jari di Play Store yang berdampak pada promosi karya dan namamu agar lebih dikenal , gabung dengan mengirimkan pesan WA ke Aditya PIC: 0818966667 atau dapat mengirimkan email ke: iluckis.group@gmail.com subject: gabung iluckis dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat bergabung di iluckis facebook group.

    icosplayer Para cosplayer yang keren-keren, gabung yuk di icosplayer WA grup, foto kalian yang menggunakan kostum bisa masuk ke majalah digital An1magine yang terbit bulanan, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke WA ke Aditya PIC: 0818966667 atau dapat pula bergabung di icosplayer facebook group.  

Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *