PREDIKSI YANG TIDAK TERWUJUD
PREDIKSI YANG
TIDAK TERWUJUD
M. S. Gumelar
Aku mengambang dengan cepat, menggunakan apa pun yang dapat kuraih dengan kedua tanganku untuk berpegangan dan menariknya sekuat tenaga untuk mendorong laju meluncurku ke luar area di dalam stasiun ruang angkasa yang mulai bergerak tertarik ke arah Bumi, menjangkau secepatnya ke arah area pesawat yang docking dan siap melepaskan diri dari stasiun luar angkasa ini.
Tidak ada suara ledakan di luar angkasa, tidak ada api juga di sana. Semuanya mendadak berubah menjadi kengerian saat stasiun ruang angkasa tersebut meledak secara hening di kehampaan tanpa oksigen.
Semuanya sunyi saat stasiun ruang angkasa internasional tertarik gaya gravitasi Bumi. Banyak orang di Bumi melihat dengan jelasnya jatuhnya rumah di langit pada tahun 2017. Dalam berita di TV dan Media Internet, hal ini menjadi trending dari kegagalan dari NASA (United States), Roscosmos (Russia), JAXA (Japan), ESA (Europe), and CSA (Canada) karena Stasiun ruang angkasa internasional tersebut dibangun oleh mereka.
Aku sebagai salah satu astronot tentu saja mati. “Mati?”. Entahlah aku terbangun dari tidurku dan keadaan biasa saja di sini.
Aku bukan seorang astronot tetapi seorang desainer grafis yang sedang berusaha hidup layak dengan bekerja secara freelance via internet, dan tampaknya sejauh ini belum menampakkan hasil yang bagus.
Kubuka laptopku yang butut, tuts area untuk mengetik sudah banyak yang terlepas dan beberapa keyboardnya tidak lagi mampu menampilkan huruf yang diperlukan, kugunakan keyboard versi screen untuk memilih huruf yang tidak bisa muncul lagi saat keypadnya disentuh, mouse dan screen keyboard menjadi solusi.
Potensi besar komputer versi laptop ini akan dilembiru [1] dalam kurun waktu 6 bulan atau kurang. Sejak kuputuskan menjadi seorang freelancer dari pekerjaan tetapku mulai kuragukan, aku pikir waktu itu dengan skill yang kudapat selama 10 tahun lebih sebagai desainer grafis akan lebih mudah mencari uang sebagai freelancer di era bisnis digital secara online ini.
Tapi kenyataannya, setelah mengundurkan diri dari pekerjaan tetapku, sampai detik ini aku tidak punya uang, hidupku hanya memakan uang tabungan yang kulakukan saat masih bekerja sebagai pegawai di suatu perusahaan yang ternama tapi pelitnya ampun-ampun dengan banyak pegawai yang berpolitik di kantor dengan tersenyum di depan tapi menikam dari belakang untuk dapat naik jabatan atau paling tidak menyingkirkan saingan.
“Pagi Miguel,” sapa seseorang saat aku mulai menuruni tangga dari apartemenku yang kecil. Aku ogah menggunakan lift, karena lantai dasar dari tempatku cuma 3 lantai saja, aku lebih suka menuruni tangga guna berolahraga ringan, sebab aku malas berolahraga dengan meluangkan waktu tersendiri.
Aku tersenyum, tidak membalasnya, tanpa melihatnya, aku hanya mengangkat gelas kopiku yang ada di tangan kananku yang masih hangat, sembari tetap merunduk melihat anak tangga agar aku tidak terjatuh.
Sesampainya di bawah kulihat orang yang menyapaku masih di sana memegang gunting untuk merapikan tanaman tomat dalam pot besar yang dimilikinya.
“Pagi yang tidak begitu cerah Soledad” kataku sembari menatapnya ke atas ke arahnya yang masih sibuk dengan guntingnya di depan tanaman tomat.
“Kau terlambat bangun, tadi sekitar jam 8 pagi, cahaya pagi begitu indah dan hangat sinarnya, kini sudah jam 10, cuaca berubah dalam waktu jam atau bahkan detik,” jelas Soledad tanpa melihatku.
“Akh kau tahu, aku bekerja sampai malam eh sampai pagi, jadi baru bisa bangun sekitar jam 10an,” kilahku.
“Bekerja? Entahlah kulihat kau selalu di dalam kamar dan hanya sesekali ke luar apartment, apa sebenarnya pekerjaanmu? Teroris religius? Penghasut yang dibayar negara?” celotehnya.
“Bukan, aku hanya seorang desainer grafis, kerja freelance,” jawabku.
“Bagaimana bisa bekerja tanpa keluar dari rumah? Anak muda sekarang malas, ada baiknya kau baca koran pagi ini dan lihat apakah ada lowongan buatmu,” saran Soledad.
“Ya baiklah, mungkin itu ide yang bagus,” jawabku, dan aku bergerak ke arah loby apartment, duduk dan mulai mengambil koran gratis.
“Sungguh?” seseorang heran menatapku.
“Ya, sungguh,” jawabku melirik ke arahnya. Kemudian kubaca sekilas koran hari ini, 19 Februari 2009.
“Kulihat kau tidak pernah menyentuh koran sebelumnya,” lanjutnya berkomentar.
“Ya sekitar 7 tahunan,” jawabku.
“Benaaaaar, internet membunuh media cetak, seperti TV membunuh radio secara perlahan, memaksa mereka beradaptasi dan berevolusi ke media internet,” lanjutnya.
“Ya, kukira demikian.”
“Peluang kerja di dunia internet terbuka lebar, atau malah belum, orang masih suka membaca melalui media lama, kertas salah satunya,” jelasnya.
“Ya, bahkan aku belum dapat pekerjaan melalui internet,” jelasku.
“Oh saatnya berkoneksi dengan media lama lagi, mencari pekerjaan model lama, apakah langkah yang tepat?” lanjutnya.
“Brigette, kupikir kau benar,” aku meletakkan koran tersebut.
“Hei, apa yang kukatakan padamu?” Brigette melihatku melangkah kembali ke tangga menuju area kamarku berada.
“Tidak ada, kau membuatku mantap, makasih!” jawabku sembari tersenyum pada wanita paruh baya penjaga apartment ini.
Kemudian aku segera bergegas mengambil laptop bututku dan mengetikkan sesuatu.
Astronot. Kuketikkan kata kunci astronot guna mencari apakah ada lowongan yang dapat kulamar.
Tidak banyak lowongan yang muncul, tidak mungkin mereka membuka lowongan astronot langsung pada saat ini. Tetapi tetap saja aku akses ke webnya NASA kuklik link ke https://www.nasa.gov/
Benar tidak ada lowongan astronot, tapi lowongan lain ada, mereka perlu seorang desainer grafis untuk keperluan publikasi dan desain.
*
2014. NASA
“Silakan duduk Miguel,” pintanya.
Aku duduk menghadap ke arah jendela, melihat ke arah luar di kantorku, NASA Johnson Space Center. Kemudian aku melihat ke atasanku, kepala bagian publikasi NASA.
“Kau tahu, desainan promosi karyamu sangat bagus selama 3 tahun ini, tapi kau sepertinya tidak cocok di sini,” ucap pimpinanku.
“Pak, dengan segala hormat, saya sudah melakukan yang terbaik sejauh ini,” jawabku gamang, terbayang aku akan dipecat.
“Aku akan melakukan apa pun agar kau tidak di sini,” lanjutnya.
“Apakah saya melakukan hal yang salah?” kataku meminta penjelasan.
“YA, banyak yang salah, kau terlalu bagus di bidangmu, oleh karena itu kuminta kau masuk ke divisi pendesainan pesawat ruang angkasa, kau sepertinya tidak hanya andal membuat desain promosi, tapi juga memberi solusi pada ragam hal dengan cara creative dan critical thinking ala design thinking,” jelasnya sembari tersenyum kepadaku.
“Whaow, terima kasih banyak Pak,” aku terkesiap dan sangat gembira.
*
2016.NASA.
“Kulihat desain stasiun ruang angksa internasional ini ada yang belum optimal, di beberapa area ini akan menyebabkan kebocoran gas oksigen, dan juga akan memicu ledakan berantai selanjutnya ke ruang listrik yang rentan akan percikan ion yang akan menyebabkan kebakaran di dalam ruang stasiun keseluruhan,” jelasku.
“Kau yakin?” tanya pimpinanku.
“Sangat yakin, bisa kusimulasikan dan akan kutunjukkan potensi kebocorannya di beberapa area tersebut,” jelasku.
“Baik, lakukan, dan aku ingin hasilnya segera,” perintahnya.
“Ford,” seseorang memanggil nama pimpinanku.
“Yea,” dia menengok dan berjalan ke arah orang tersebut dan mereka masuk ke ruangan lain dan berbicang secara serius.
“Begitulah, seseorang menemukan potensi kebocoran oksigen, karena volume oksigen turun drastis lebih cepat dari proyeksi penggunaan, cuma tidak tahu tepatnya di mana,” jelasnya.
“Sungguh? Sangat menarik, karena Miguel juga dengan melihat desain stasiun ruang angkasa internasional ini dan memiliki potensi kebocoran oksigen di beberapa tempat,” jelas Ford sembari melihat ke arah Miguel yang masih sibuk di depan komputernya.
“Bagaimana dia bisa tahu potensi kebocoran oksigen tersebut hanya dengan melihat desainnya saja?” tanyanya.
“Entahlah, tapi dia akan memberikan presentasi potensi kebocoran di mana saja, dan aku akan tanya potensi solusinya bagaimana?” jelas Ford.
“Ide yang bagus Ford, baiklah, hal ini kuserahkan kepadamu untuk segera kau cari solusinya,” jelasnya. Kemudian dia meninggalkan ruangan.
*
“Potensi kebocoran oksigen di area yang saat penyambungan terlalu tajam pertemuan sambungannya, seharusnya dulu dibuat melengkung dan dibeberapa area sambungan tersebut ditambahkan dengan tambalan sehingga pertemuan lebih landai guna mengurangi potensi kebocoran,” jelas Miguel.
Semuanya bertepuk tangan.
“Presentasi yang bagus Miguel, kini bagaimana cara mengatasi yang sudah terjadi?” tanya Ford.
“Langkah pertama adalah menemukan area yang bocor di beberapa area yang berpotensi, di sini, di sini, di sana, di sana, dan di sana,” jelas Miguel.
“Tentu saja potensi kebocoran akan sulit ditemukan, yang menjadi pertanyaan bagaimana cara menemukan area tepat terjadi kebocoran tersebut?” Miguel menghela napas.
“Untuk saat ini saya sendiri belum tahu dengan cara apa menemukan area yang bocor tersebut,” tambah Miguel dengan wajah kosong.
“Apakah tidak sebaiknya kau saja yang menjadi astronot dan menemukan area tersebut?” saran salah satu orang yang ada di sana.
“Ide yang bagus!” Ford dengan sangat bergembira menyambut hal tersebut.
*
NASA. Di dalam ruangan kantor Ford.
“Eh Pak, kupikir ide menjadikanku astronot untuk mencari dan membenahi kebocoran di atas sana sebaiknya tidak dilakukan,” pintaku.
“Mengapa? Bukankah kau orang yang sangat kompeten untuk melakukannya, karena kau yang bisa melihat potensi kebocoran itu hanya melalui desain saja?” Ford penasaran ingin mengetahui alasanku.
“Dan terlebih lagi surat pengajuan sebagai astronot untukmu sudah kukirimkan ke bagian pelatihan astronot untuk menangani hal ini,” tambahnya.
“Eh sepertinya mungkin terdengar gila, ide ini saya dapatkan dari mimpi,” jelasku.
“Dari mimpi? Kau gila? Bisakah?” tanyanya keheranan.
“Entahlah, apakah Bapak mau mendengarkan?” pintaku.
“Baiklah, ayo ingin kudengar.”
Aku menceritakan apa yang kulihat dan kualami dalam mimpi. “Begitulah ….”.
“Kau tahu, masa depan belum terjadi, kita dapat mencegahnya, ada alasan kenapa kau ada di sini Miguel, salah satunya menemukan kebocoran berdasarkan desain yang ada, dan apa yang terjadi di mimpimu, bukankah kalau kita berhasil memperbaikinya, stasiun ruang angkasa internasional akan tetap ada di sana dan tidak akan jatuh di tahun depan, 2017 seperti dalam mimpimu?” jelas Ford memberi semangat.
“Kupikir Bapak benar, tetapi kali ini sebaiknya bukan saya yang ke sana, tetapi saya akan memandu astronot lain untuk menemukannya, untuk mencegah faktor potensi hal itu terjadi di masa depan,” jelasku.
“Baiklah, akan kukirimkan surat penarikan usulanmu sebagai astronot,” jelas Ford.
“Terima kasih banyak Pak.”
*
“Tuangkan teh celup ke dalam air Daddy,” pinta anak perempuanku yang berumur 3.5 tahun. Aku pikir aku tidak laku, wajah asli keturunan Meksiko yang berwajah mirip orang Indonesia, Filipina, dan beberapa area polynesia lainnya.
Ya kini aku sudah menikah dengan wanita asia yang cantik keturunan dari People Republic of China. Icha, anakku memiliki mata yang indah, sedikit menyipit di area sudut-sudutnya.
Kulihat dari kantong teh celup ada yang bocor dan serpihan daun teh terbawa arus celupan berulang yang kulakukan.
“Daddy, air tehnya sudah berwarna coklat keruh, ada bubuk daun tehnya,” komentar Icha dengan suara menggemaskan.
*
“Bubuk daun teh?” tanya Ford.
“Ya bubuk daun teh, taburkan di area yang berpotensi terjadi kebocoran, di sana bisa ditemukan adanya alir kebocoran oksigen, karena bubuk teh akan terbawa arus ke area kebocoran tersebut,” jelasku.
“Ide yang genius Miguel,” puji Ford.
“Kini siapa astronot yang sedang berada di sana? Apakah kita punya kantong teh celup di sana?” tanyaku.
“Baik, informasi dari stasiun ruang angkasa internasional, ada astronot dari Rusia yang bernama Anatoly Ivanishin, dia juga membawa teh celup,” Ford menjelaskan tampak gembira.
“Kurasa dia bisa melakukannya Pak, akan kukirimkan detail potensi area terjadi kebocoran untuk dia temukan dengan cara tersebut,” jelasku
.
*
Candidasa, Bali, Indonesia. 2021
“Apa kau tidak menyesal tidak menjadi astronot?” tanya Ford.
“Aku sudah pensiun, kalau kau ingin jadi astronot lagi, aku menyerah, tidak akan bisa membantumu lagi,” jelas Ford.
“Kupikir tidak, aku tahu misiku, menyelamatkan stasiun ruang angkasa internasional dan memberi harapan tersebut tetap hidup, agar manusia di Bumi optimis akan eksplorasi ruang angkasa terus berlanjut,” jawabku.
“Aku bahagia, mimpiku tentang jatuhnya stasiun ruang angkasa internasional tersebut tidak terjadi,” tambahku.
“Tidak terjadi di timeline ini, tetapi sudah terjadi di timeline yang kau alami di mimpimu,” Ford menekankan.
“Prediksi sesuatu tidak terjadi bukan berarti prediksi tersebut salah, tetapi terjadi perbaikan sehingga menciptakan timeline baru, potensi baru” tambah Ford sembari tersenyum kepadaku dengan mengangkat gelas anggur merahnya kepadaku. Sembari menikmati desir angin dan debur ombak area tepi pantai di Virgin Beach, Sengkidu, Jasri, Bali.
“Kupikir kau benar,” jawabku sembari kulihat anak dan istriku serta istri Ford bermain di tepi pantai, kami berlibur. Ford kini menjadi sahabat terbaikku yang pernah ada.
M.S. Gumelar
michael.sega.gumelar@gmail.com
+6287786666745
[1] Dilembiru: dilempar beli yang baru
Cerita mini (cermin) ini terpublikasi juga di An1magine Volume 6 Nomor 1 Januari 2021
GRATIS. An1magine 1 Januari 2021. An1magine adalah Jurnal majalah bulanan populer seni, desain, animasi, komik, novel, cerita mini, dan sains ringan yang dikemas dalam format education dan entertainment (edutainment).
An1magine Volume 6 Nomor 1 Januari 2021
Jurnal majalah bulanan populer seni, desain, animasi, komik, novel, cerita mini, dan sains ringan yang dikemas dalam format education dan entertainment (edutainment). An1magine mewadahi karya cerita mini, cerita bersambung dalam ragam genre, tutorial, dan komik dalam ragam gaya gambar apa pun. Jurnal majalah An1magine ini dapat diakses (open access system). Silakan klik link di atas untuk mengunduhnya.
An1magine edisi ini dapat diunduh juga di An1mage Journal, Dcreate, iteks, Play Store, dan Google Book. Silakan klik link aktif yang ada untuk mengunduhnya. Gak mau ketinggalan berita saat An1magine terbit? Gabung yok di An1mareaders WA Group, Facebook, Instagram, Twitter
Silakan klik PDF di bawah ini untuk mengunduhnya.
Comments
Post a Comment