Sumber gambar:https://cdna.artstation.com/p/assets/images/images/013/438/398/large/jesus-meza-shogun-final- 1920.jpg?1539617201
SHOGUN MEGURO
M.S. Gumelar
“Baik, akan saya laksanakan dengan sebaik- baiknya” jawabku.
”Bagus, sekarang pergilah!” Perintah Ratu Himiko Jingu.
Aku membungkuk dengan hormat dan mendalam. Tugasku kali ini tidak main-main, melindungi sebagian besar harta kekayaan Ratu Himiko Jingu dan sekaligus melindungi anak perempuannya, seorang putri.
“Tunggu, kau tidak sendiri, bawa serta keempat jenderal lainnya untuk bergerak ke utara menuju calon istana kita yang baru, dan biarkan ke 7 jenderal lainnya tetap di sini menjaga istana ini,” Ratu Himiko menghentikan gerakku saat akan berjalan.
“Baik Ratu!” Aku membungkuk lagi. Bergegas aku keluar ruangan dan segera turun ke area persiapan keberangkatan rombongan perpindahan, keempat jenderal lainnya mengikuti langkahku.
“Berangkaaaaaat!” teriakku memberikan komando agar rombongan bergerak ke arah tujuan, istana baru.
Rombongan bergerak perlahan. Salah satu jenderal mendekatiku.
“Guro, perjalanan kita tidak akan mudah, jumlah kita terlalu sedikit, potensi musuh akan menyerang di area tertentu,” ucapnya.
“Aku tahu Jiro, tetapi tugas adalah tugas, aku tahu, ini adalah tugas yang paling spesial yang pernah diberikan ratu kepada kita,” aku memandang lurus, menerawang pandangan ke depan, kuda yang kutunggangi berjalan perlahan.
“Aku tahu dan melihat dengan kepalaku sendiri akan kehebatanmu menggunakan katana, terbaik yang pernah kulihat selama ini, tapi kualitas akan kalah dengan kuantitas, kita akan kelelahan bila jumlah penyerang melebihi kemampuan energi yang kita miliki, pada akhirnya ini seperti misi bunuh diri,” Jiro mensejajarkan kudanya ke kudaku dan menatap ke arahku.
“Aku paham dengan situasi ini,” jawabku pelan.
“Oh ya, apakah kau benar-benar paham Guro?”satu jenderal lagi bergerak mendekatiku dengan kudanya.
“Ya, aku paham Jazo,” jawabku tetap pelan.
“Tapi kau sepertinya meragu akan misi ini” kata salah satu jenderal dari dua jenderal lagi yang
bergerak mendekatiku.
“Entahlah Muko, yang penting kita harus berhati- hati dan waspada, lebih cerdik, dan mampu menyelamatkan paling tidak Putri Keiko di saat genting,” jelasku,”itu yang paling penting sebagai shogun.”
Jenderal satunya tidak berkata apa pun, hanya melirik kepadaku, aku pun melihatnya, dia cenderung pendiam, tidak banyak menyuarakan pikirannya, lebih banyak melakukan aksinya daripada berkata-kata.
*
Perjalanan ke istana baru di hari pertama ini akan segera berakhir, sekitar enam jam telah berlalu sejak kami berangkat, matahari mulai terlihat redup, menjelang malam, semua rombongan mulai berhenti di area lapang yang aku tunjuk untuk beristirahat.
Aku berjalan ke arah goshoguruma yang di dalamnya Putri Keiko berada. Aku membungkuk,”Maaf Putri, kita istirahat, hari menjelang malam, para pelayan, prajurit, dan jenderal kelelahan, besok perjalanan akan dilanjutkan.”
“Baik Jenderal Guro, lakukan yang terbaik,” jawab Putri Keiko.
“Siap Putri,” jawabku cepat dan membungkuk. Aku segera memberikan satu aba-aba kepada
keempat jenderal, prajurit, dan para pelayan untuk membuat perkemahan sementara. Mereka membungkuk dan mulai melaksanakan tugasnya masing-masing.
*
“Shogun Guro, Putri ingin bertemu,” seorang pelayan perempuan mendekatiku.
Malam mulai merambat pelan, semua berjaga bergantian. Aku bergerak mendekati perkemahan Putri Keiko, para pengawal pria yang kutempatkan di sana mengelilingi perkemahan berjaga-jaga. Tepat di depan perkemahannya
aku berdiri dan membungkuk.
“Ya Putri, ini Guro,” ucapku.
“Masuklah.”
Aku melangkah masuk perkemahannya, di sana ada dua pelayan wanita. Putri Keiko memberikan tanda, kedua pelayan tersebut meninggalkan ruangan perkemahan putri.
“Berjanjilah padaku Guro,” Putri Keiko menatapku dengan wajah penuh harapan.
“Berjanjilah padaku untuk menyelamatkanku apa pun yang akan terjadi,” lanjutnya.
“Saya berjanji, dengan segenap jiwa raga sebagai seorang shogun, akan melindungi Putri sampai darah penghabisan!” jawabku dengan tegas.
“Jangan kau mati Guro, bila kau mati kau tidak akan mampu melindungiku, hiduplah agar kau
mampu melindungiku, kau tidak perlu meneteskan darah penghabisan kalau kau hidup” Putri Keiko menatapku tajam.
Aku tertegun, putri muda berusia sekitar 18 tahun ini sudah berpikiran jauh ke depan, cerdas, dan mampu berfilosofi.
“Baik Putri bila itu yang Putri inginkan,” jawabku tegas.
“Baik, itu saja yang kuperlukan saat ini,” perintahnya halus tapi jelas dan tegas.
Aku membungkuk sebagai tanda berpamitan. Aku bergerak kembali ke tempatku semula.
Tetapi saat ke luar area tidak jauh dari perkemahan putri, aku melihat dua pelayan perempuan yang menemani putri tadi telah tewas di jalan, tidak ada darah yang tercecer dari tubuh mereka, aku tersadar, ada musuh, aku bergerak kembali ke arah perkemahan putri, semua pengawal yang ada di sana telah tewas.
Aku segera menerobos masuk ke perkemahan jenderal pendiam menghunuskan katana tepat di leher putri, siap menggunakannya. Kulihat Putri Keiko sangat ketakutan dan matanya berlinang, tapi tidak menangis.
“Apa yang kalian lakukan, lepaskan Putri!” bentakku.
“Kau pemberani tapi kau naif Guro,” ejek Jiro.
CHRACK
Muko melemparkan botol kecil ke depanku,”Aku tahu kau tidak suka minuman keras, sake, sehingga kau dipastikan akan lolos dari racun yang kami campurkan ke sake, demikian juga Putri, dia tidak suka minum sake, dia juga pasti lolos dari racun.”
“Oh kau ingin harta yang dibawa? Bawalah, dan lepaskan Putri!” aku meninggikan suaraku.
“Cukup adil, tapi tugas kami sesungguhnya adalah menghancurkan keturunan Himiko Jingu yang kejam, setelah keturunannya mati, sasaran berikutnya adalah Himiko Jingu!” Jazo berteriak dengan lantang.
“Dia ratumu, dan kau langsung memanggil namanya?” bentakku.
CUIH
Mako meludah,”Kau naif atau memang bodoh Guro, Himiko Jingu adalah seorang penjahat yang telah membunuh banyak orang, menyengsarakan dan menginvasi kerajaan lainnya sehingga menjadi besar, aku tahu kau dari desa terpencil, tidak peduli tinggal di mana, sehingga tidak penting bagimu kerajaan kami yang telah hancur, demikian juga sanak saudara kami yang telah tewas olehnya.”
“Aku adalah seorang shogun, aku mengabdi pada seorang ratu atau raja yang memberikanku kehidupan,” jawabku tegas.
“Kau shogun bangsat, perkembangan wilayah Himiko juga sebagian besar karena ulahmu, masih untung kami tidak membunuhmu segera!” Teriak Jiro.
“Kau sepertinya lupa pada Kenzo, dia adalah salah satu keluarga kerajaan yang kau tumpas demi perluasan kekuasaan Himiko!” Bentak Muko sembari menunjuk ke arah jenderal pendiam yang memegang katana terhunus di leher Putri Keiko.
“Kenzo?” tanyaku, kemudian aku melirik ke arahnya.
“Kau pasti tidak ingat, karena terlalu banyak yang kau bunuh!” teriak Jiro.
“Aku seorang shogun, mengabdi dan melaksanakan tugas raja atau ratu adalah hidupku, kau menghakimiku karenanya?” jawabku tegas.
“Kau tahu Meguro, kau terlalu loyal, naif, atau bodoh, katamu kau tercerahkan, sehingga kau melihat beladiri pedang katana begitu mudah dan jelas bagimu, bahkan kau menemukan teknik dan gerakan baru yang belum pernah kami lihat sebelumnya, berfilosofi tentang kehidupan, tapi kau sampah, sama buruknya seperti kami, kau juga seorang pembunuh!” teriak Muko.
“Aku berpikir bagaimana untuk bertahan hidup, pada saat jiwaku terancam, aku akan mempertahankannya, bila diperlukan aku akan membunuh lawanku, jalan seorang shogun!” jawabku.
CUIH
Kenzo meludah ke arahku.
Aku menyeringai.“Lepaskan Putri, tunjukkan bahwa kalian bukan pengecut yang bertameng orang yang lemah,” ucapku dengan lantang.
“Kalian juga shogun bukan? Kalian berempat, dengan mudah dapat mengeroyokku, kualitas melawan kuantitas bukan, membuat aku kelelahan?” pancingku.
Jiro geram dan bergerak.
TEP
Tangan Muko menahannya, “Pengawal!” Muko berteriak memanggil. Mendadak dari luar ada sekitar 20 samurai pengawal muncul dan masuk ke area perkemahan putri yang lumayan luas.
“Idemu boleh juga Guro, cincang dia!” teriak Muko memberikan aba-aba kepada dua puluh samurai.
HIAAAAAA
Dua puluh samurai menerjangku, aku sudah terbiasa di medan pertempuran tetapi cenderung satu lawan satu, di medan pertempuran selama ini karena kode etik pertarungan, dilarang mengeroyok lawan, terkecuali sudah mampu menumbangkan satu lawan, boleh mencari satu lawan lainnya.
Uniknya, dalam pertarungan mereka akan memilih lawan dengan tingkatan pangkat yang sama atau bila tidak ada, akan melawan satu dua atau lebih tingkat di atasnya bila mereka berani.
Jadi intinya seorang jenderal akan melawan jenderal lainnya, seorang prajurit akan melawan prajurit lainnya, seorang samurai akan melawan samurai lainnya, begitu seterusnya.
Dua puluh samurai sangat merepotkan dan menyulitkan bagiku. Bagian tersulit saat ini adalah menjaga keselamatan Putri Himiko. Aku sesekali melirik ke arah Putri Himiko yang ternyata dibawa ke luar ruangan.
Amarahku menggelegak, memberiku kekuatan tambahan yang mendadak muncul, sabetan katanaku berhasil menewaskan sekitar 7 orang, aku tanpa terluka sejauh ini.
Satu kesempatan, aku berhasil ke luar dari area perkemahan putri, mencari area yang lebih luas,berlari mundur dengan cepat dengan tetap menghadap para pengeroyokku. Satu samurai paling dekat terjatuh tewas terkena sabetan katanaku di area lehernya. Lawan tinggal 12 orang samurai.
Mataku mencari area yang tepat untuk bertahan. Kulihat sekilas dinding batu yang tinggi, aku segera ke sana.
Dinding batu tinggi ini akan memberikan pertahanan yang baik. Sehingga aku tidak perlu berfokus kepada siapa yang di belakangku seperti sebelumnya, karena aku tahu, di belakangku kini adalah dinding batu yang tinggi dan lebar.
Kini fokusku pada para samurai yang mulai melurukku, satu demi satu aku berhasil menewaskan mereka, tumpukan mayat para samurai kini bertambah menjadi 8 orang, sisa empat orang lagi, aku harus cepat.
SREKH
Sebilah katana merobek tangan kiriku. Kurasakan perih dan darah segar mengalir. Aku sepertinya mulai lelah. Kinjiro sepertinya benar,kualitas akan kalah dengan kuantitas, terutama kehabisan energi.
Aku kelelahan.
Sebilah katana berhasil mengenai bagian punggungku kiriku, sangat perih, kurasakan darah mengalir kuat di sana. Aku harus bertahan.
Semakin kurapatkan diriku ke dinding batu, satu kali sabetan mampu memutuskan tangan seorang samurai, tangannya jatuh dan pedangnya masih digenggam kuat oleh tangannya yang terpotong, kemudian satu sabetan lagi mengenai leher seorang samuria lainnya, tinggal dua orang yang berbahaya bagiku.
Aku menggeser posisiku saat katana seorang samurai dengan gerakan menusuk ke arah perutku, Dengan sekali sabetan dan gerakan sedikit maju, aku berhasil mengenai pinggangnya dan menembus perutnya, dia tewas terjatuh.
Satu samurai terakhir meragu untuk melanjutkan, kesempatanku untuk membunuhnya, secara otomatis, lawan yang meragu adalah keuntungan bagi seorang shogun sepertiku, dengan cepat
aku menyabetkan katana tepat ke lehernya, dia tewas seketika.
ARRRGH!
Aku berjalan tertatih ke arah satu samurai yang masih hidup tetapi tangannya terputus.
“Ke mana mereka membawa Putri?” tanyaku.
“Cuh!, kau shogun bangsat, musuh besar dari banyak kerajaan lainnya, lebih baik kau segera bunuh aku saja!” teriaknya.
SRAAATH!
Lehernya putus oleh katanaku. Aku tidak memberi kesempatan pada lawan walaupun potensi menyerangnya sangat kecil, itu adalah kode seorang shogun, tumpas habis seorang lawan di medan peperangan walaupun baru muncul tunasnya.
Aku memandang sekeliling area, mataku, kucoba tajamkan mencari jejak yang mungkin dapat kugunakan untuk melacak Putri Keiko.
Kalau aku tahu akan begini, aku tentu sudah menggunakan pakaian tempurku, sehingga potensi terluka diminimalkan, tetapi Muko mungkin benar, aku terlalu naif atau mungkin percaya diri yang terlalu kuat, sehingga belum mampu melihat pengkhianatan mereka, karena
aku sudah berulang kali bertugas dengan mereka, aku sudah percaya pada mereka, tetapi ternyata mereka menunggu saat yang benar-benar tepat untuk melakukan semua rencana mereka.
Pelajaran bagiku, aku harus tetap waspada dan kritis di saat apa pun.
*
Dini hari. Takayama Mura, kampung kecil indah terletak sekitar lima hari perjalanan menggunakan kuda, istana baru kecil, berdiri dengan megah, istana yang berpotensi dapat dikembangkan lebih jauh di masa depan.
Seekor burung terbang ke arah salah satu jendela istana tersebut. Mata kuda burung melihat ke dalam di mana seorang perempuan terikat di kursi, mulut disumpal kain.
Burung tersebut segera terbang ke lain tempat saat satu daun pintu digeser ke kiri untuk membukanya.
Cekatan orang tersebut masuk, berpakaian ala ninja, sangat rapi, tidak ada bagian satu pun dari pakaian yang dikenakannya menjumbai, semuanya melekat pas ditubuhnya, tidak satu pun membawa barang yang menimbulkan bunyi dari tubuhnya.
Sekali tebas ikatan di tangan belakang perempuan tersebut terlepas, kemudian jari tangan si ninja memberi tanda jangan ramai seperti huruf i di depan mulut wajahnya yang tertutup kain, hanya kedua mata dan alisnya saja yang terlihat.
Saat mata perempuan tersebut menatap mata si ninja, perempuan itu mengangguk, dia sepertinya kenal dengan sepasang mata tersebut, dia percaya dan mengikuti sarannya. Sumpalan kain di wajah perempuan tersebut diambil oleh si ninja, dan dengan bergegas menuju pintu ke luar area ruangan.
Ruangan demi ruangan istana kecil dilewati dengan mudah, tampaknya semua masih tertidur lelap? Hampir mendekati pintu utama ke luar area istana, mendadak sebentuk kurungan besar menjebak dan mengurung mereka di tengah ruangan.
“Ah penyelamatan yang berani, seorang diri pula?” Muko muncul dari satu pintu dari dalam pintu lain di ruangan tersebut.
“Efektif seorang diri, potensi keberhasilan lebih tinggi,” jawabku.
“Kau tahu Meguro, kau memulai karir sebagai seorang ninja, kemudian menjadi samurai, dan kini salah satu shogun, karirmu sangat bagus, tapi sayang, aku juga memulia karir yang sama, dan aku tahu cara berpikir ala ninja, samurai, maupun sebagai seorang shogun,” jelas Muko.
“Sayangnya, langkahmu terlalu naif, mengabdi kepada Himiko Jingu seolah itu adalah selamanya dan tidak akan berubah, karir terakhir tetap sebagai shogun, dan tidak merasa dalam pengabdianmu yang seolah suci itu kau telah membunuh dan meluluhlantakkan kerajaan lainnya!” Muko mengatakannya dengan amarah.
“Percuma menjelaskan kepadanya Muko, kita bunuh saja dia berserta Keiko, sepertinya tidak berguna pula mempertahankan hidup Keiko agar Himiko melemah karena Keiko kita jadikan tahanan!” Jiro muncul di sisi pintu lainnya.
“Ini namanya taktik, kita gunakan Keiko, lalu menghabisi Himiko, kita gunakan untuk memancing Himiko ke luar istananya!” jawab Muko.
“Problem utamanya adalah Meguro, dia berhasil lolos dari para samurai itu, kita bunuh dia, maka rencana berikutnya dapat berjalan,” tambah Muko.
“Ha ha ha apa kalian tidak berani menghadapiku secara langsung?” ejekku.
“Tantangan yang menarik, sejak dulu aku penasaran dengan kemampuan bermain katanamu, kau begitu banyak teori tentang beladiri menggunakan katana bahkan menemukan jurus baru yang ampuh, teknik yang belum pernah kami lihat, hanya kata-kata saja, tapi yang kulihat benar adalah gerakanmu biasa saja selama ini,” ejek Jazo yang muncul di pintu
lainnya, kemudian disusul shogun pendiam Kenzo yang mengikuti di belakangnya.
“Kau benar, aku hanya berteori, dan kalian belum pernah melihatnya, bukankah membuka potensi bahwa aku tidak sehebat yang aku pikir?” jelasku.
“Sudah kuduga!” kata Jiro.
“Sudah kuduga! Kau hanya ingin membuat dirimu tampak hebat dengan teori-teori beladiri katanamu,” Jazo juga mengatakannya bersamaan dengan Jiro di kalimat pertama.
“Kalau begitu, lepaskan kurungan ini, dan mari kita buktikan bahwa kalian dengan mudah membunuhku, halangan kalian akan hilang dengan membunuhku, kalian boleh mengeroyokku untuk mempercepat proses!” kataku.
“Ide yang menarik!” ucap Jiro sembari melihat ke arah Muko. Muko memberi aba-aba dengan menggerakkan kepalanya ke arah Kenzo. Kenzo dengan perlahan menarik tuas yang ada di dekatnya. Kurungan besar mulai terangkat secara perlahan.
“Kini biarkan Putri di sana, setelah aku mati kau bisa melakukan rencanamu,” ucapku sembari mendorong Putri Keiko ke arah pintu luar.
Putri Keiko menatapku,”Ingat janjimu Guro,” katanya dengan gemetar. Putri Keiko segera berlari ke arah luar istana.
Aku terdiam, ya aku sudah berjanji, tetapi apakah aku mampu menepatinya?
Keempat shogun mendekatiku dengan perlahan, mereka tengah menggenggam katananya masing-masing.
Jiro menyerang dengan cepat dari belakang, aku belum siap, tanganku, kugunakan untuk menangkisnya.
CTANG
Katananya mengenai lenganku yang telah kubebat dengan baja. Dengan cepat aku menggelosor melewati sela kaki Muko yang dengan cepat menyabetkan katananya ke arahku yang ada di bawahnya, aku lolos.
Muko mengerang dengan selangkangan sobek, berlumur darah dan tewas dengan perut robek oleh katanaku dari bawah.
Aku mencari dinding agar fokus hanya dengan lawan yang ada di depanku, aku berlari dengan cepat ke dinding ruangan yang terdekat. Ketiga shogun tampak meragu dengan tewasnya Muko.
“Aku rasa dia hanya beruntung, gerakan itu gerakan sederhana yang telah kita pelajari juga,” ujar Jazo.
“Kau benar, tapi kali ini kita harus berhati-hati,” Jiro menimpali.
“HEAAAAAAA!” Kenzo menerjang ke arahku.
CTANG
CRANG
CRING
CTATTKH
Beberapa kali sabetan pedangnya menyamping, dari atas, bertubi-tubi dapat kutahan. Saat Kenzo aktif menyerang, Jiro memanfaatkan keadaan dengan menyabetkan katananya pula ke arahku di sini kanan, kemudian Jazo menyerang pula dari sisi kiri.
Aku pasti mati dengan tiga serangan dari tiga arah sekaligus. Dengan cepat aku mengalihkan pedangku ke tangan kiri, menahan serangan Jiro dari kanan dengan lenganku yang berlapis baja.
Merunduk dan menusukkan pedang ke arah perut Kenzo, lalu menghindarkan diri ke tengah
menerjang Kenzo yang tumbang, menggelosor di atas tubuhnya yang berlumur darah. Aku lolos.
Kini aku berguling menjauh dengan cepat, diiringi oleh sabetan-sabetan katana Jazo mengejarku, aku mencari dinding lainnya, aku telah sampai di dinding istana lainnya.
CRAKH
Aku menahan katana Jazo dengan katanaku yang kupegang dengan kedua tanganku, sembari terduduk. Kelebihan menggunakan pakaian ala ninja adalah, aku mampu bergerak lebih gesit dibandingkan menggunakan pakaian shogunku, namun risiko terluka lebih besar, berbeda dengan menggunakan pakaian shogun, aku lebih terlindungi tetapi gerakku lebih lambat.
Jiro melihat keadaan ini menguntungkannya, dia bergegas ke arahku yang tengah berkutat menahan serangan Jazo dalam posisi terduduk.
Jiro menyerangku dengan duduk pula sejajar denganku, aku kewalahan, dari atas menahan serangan Jazo dengan katanaku, dari bawah menahan serangan Jiro dengan kakiku yang juga sudah kulapisi dengan batang baja di kedua betis dan pahaku.
CRANG
CRANG
CTANG
CLEKH
Suara katana dan baja pelindung saling bersahutan saat aku menangkis semua serangan.
CLESH
Satu sabetan katana dari Jiro mengenai kakiku, katananya terselip di antara baja pelindung dan betisku, nyeri dan perih luar biasa. Jiro sepertinya kesulitan menarik katananya. Di sela sakit yang luar biasa, aku pindahkan tangan kiriku memegang katana dan menyabetkan pedangku
ke lengannya Jiro, lengan kirinya terputus, Jiro terjengkang ke belakang karena berusaha menarik katananya tadi. Tangan kananku masih menahan serangan Jazo dari sisi atas. Sepertinya Jazo kaget dengan putusnya lengan kiri Jiro, dia mundur.
Dengan cepat aku mencabut katana Jiro yang masih menyelip di betisku, sangat sakit dan nyeri. Aku berdiri tertatih dan melepaskan tangan Jiro sebelah kiri yang masih menempel memegang katananya.
Kulemparkan tangan Jiro ke arah Jazo dan jatuh tepat di depannya. Aku menyeringai,”Kau benar aku hanya membuat isu aku menemukan teori baru tentang jurus katana baru temuanku,” di sela engahan napasku,”yang aku perdalam adalah bagaimana bergerak lebih cepat, tepat, dan menemukan peluang membunuh lawan dalam keadaan kritis, dan kulihat sejauh ini aku benar.”
“Jangan dengarkan dia Jazo, bunuh dia, dia telah terluka di area kaki, kau lihat, jalannya terseok dan banyak darah keluar!” teriak Jiro tampak sembari membebat lengannya yang putus dengan sobekan dari baju baju yang dikenakannya.
“Ya Jazo, dan kau belum terluka sedikit pun, kau pasti bisa menang melawan lelaki tua berumur 50 tahunan ini bukan?” ejekku seolah ikut memberi semangat.
“Dia benar Jazo, kamu masih muda, tigat puluh lima tahun, kau lebih kuat!” ucap Jiro yang balutan ke lengan kirinya yang terputus sudah selesai, kini dia berdiri dan mulai mengambil katana milik Kenzo dengan tangan kanannya.
Jazo sepertinya mendapatkan kepercayaan dirinya kembali. Mulai mendekatiku yang kini aku menggenggam dua katana sekaligus, salah satunya milik Jiro.
Aku menerjang Jazo, Jazo mundur beberapa langkah, kusabetkan katanaku kanan dan kiri, kemudian saat Jiro sepertinya bertahan, kugunakan katanaku sebelah kanan untuk mengunci katananya Jazo, dan kugunakan katana sebelah kiriku untuk menyilang, dan mendorong Jazo ke arah salah satu tiang, dua katana tepat memenggal kepalanya di antara salah satu tiang kayu istana.
Kepala Jazo menggelinding melewati Jiro, Jiro terkesiap. Kemudian dengan cepat berlari ke arah luar istana.
Aku gunakan salah satu katana di tangan kananku, kulemparkan sekuatnya, dan menembus tubuh Jiro dari belakang.
Jiro terjatuh, terengah, belum mati. Kudekati tubuhnya, kulihat matanya berusaha menatapku, tangan kanannya masih memegang katana, berusaha menggerakkanya mengarahkan ke kakiku tapi tidak mampu, aku gunakan katana untuk memenggal kepalanya, mengakhiri penderitaannya, itu lebih baik daripada membiarkan proses matinya lebih lama lagi.
Kulihat ke arah luar istana, mataku mencari keberadaan Putri Keiko.
*
“Terima kasih kau telah melindungi Putri Keiko, kini kutitipkan Putri Keiko kepadamu, sebagai istrimu, jaga dan lindungi dia segenap hatimu,” ucap Ratu Himiko Jingu.
“Terima kasih Ratu, aku tidak menyangka hadiah sebesar ini, akan aku jaga Putri Keiko selama aku masih hidup,” jawabku tegas sekaligus bahagia.
Putri Keiko melihatku dengan wajah yang tampak bahagia pula, aku tidak menyangka dia juga akan suka padaku, suka pada lelaki yang sudah berumur.
“Tempati istana di Takayama Mura, emas dan berlian yang telah kau bawa dalam misi sebelumnya, bisa kau ambil untukmu dan putriku,” lanjut Ratu Himiko.
“Baik Ratu,” jawabku lagi dengan gembira.
*
Istana kecil Takayama. Aku di ruangan utama, bersama Putri Keiko. Seorang penerima tamu memberi tahuku ada tamu, utusan dari Istana Utama Ratu Himiko Jingu.
Aku duduk di antara di singgasana kecilku. Tamu itu berada di sana, wajahnya kukenal walaupun aku tidak begitu dekat dengannya.
“Selamat siang Tuan Meguro,” sapanya.
“Siang, sudah lama kita tidak bertemu, maafkan aku lupa namamu, tetapi aku sering melihatmu, kau salah satu samurai ninja pelindung pribadi Ratu Himiko bukan?” tanyaku.
“Kurasame. Kurasame Musashi namaku, aku sebenarnya tidak mewakili Ratu Himiko, tetapi atas nama sendiri, tapi aku tahu akan sulit bertemu denganmu bila tidak menggunakan nama Ratu Himiko,” jelasnya.
“Lalu apa keperluanmu sesungguhnya Kurasame?”
“Ini,” dia mengeluarkan selembar kertas tebal dari sakunya dan menyodorkan kepadaku.
Aku mengambil kertas tebal tersebut, di sana terlihat kota yang indah, salah satu timeline yang pernah aku kunjungi, kota masa depan dengan ultima ship yang melayang mampu ke planet, tata surya, galaksi, bahkan alam atau jagat raya di frekuensi lainnya.
“Kau tahu foto itu, sepertinya sudah saatnya kau kembali ke masamu sendiri penjelajah waktu, siapa pun kamu, dari mana masamu, dan namamu, sejarah di masa depan menjadi berubah karenamu,” jelasnya.
“Karenaku atau karenamu? Time traveler? Kau pikir aku penjelajah waktu?” tanyaku.
“Tentu saja, kau tidak heran atau takjub melihat foto yang kuberikan, kau telah berada di sana, yang aku tidak tahu, kenapa kau terlibat aktif dalam masa ini, walaupun kami belum berhasil mendeteksi jejak tanda penerobosan dari masamu ke masa kini, tapi aku yakin kau adalah penjelajah waktu, aku polisi waktu” jelasnya.
“Sejarah akan berubah menjadi versi lainnya, versi lama akan tetap ada di timelinenya sendiri,” jawabku.
“Whaow kau bahkan mengerti konsep timeline, dan multitimeline kuduga,” timpalnya.
“Ya aku tahu, multitimeline di universe yang sama, universe yang sama dengan timeline yang berbeda itu seperti satu buku cerita dengan banyak percabangan skenario karena ragam pilihan dan banyak endingnya,” jelasku.
“Ya kau mengerti bahwa universe lainnya itu adalah frekeuensi lainnya, analoginya seperti buku lainnya dengan banyak versi multitimeline lainnya,” timpalnya.
“Ya,” jawabku mantap, “tetapi aku bukan penjelajah waktu,” jawabku tegas.
“Aku tidak bisa kembali ke masa depanku di mana aku berasal, bahkan mungkin aku tidak berasal dari frekuensi ini,” tambahku.
“Lalu kau itu apa?” tanyanya penasaran.
“Aku seorang mindporter, aku lahir dan mati di masa ini, tetapi kematianku akan membawaku ke tubuh lainnya, akan mengisi tubuh lainnya entah di masa ini, entah di masa depan, entah di masa lalu, entah di jagat raya ini, atau mungkin di jagat raya di frekuensi lainnya, mungkin tubuhku nantinya adalah seorang manusia lagi, atau mungkin bukan.
“Seorang mindporter?” Kurosame bergumam, “baikklah, aku akan kembali lagi suatu saat nanti, sembari meneliti lebih dalam apa itu mindporter?” jawabnya, kemudian dia membungkuk dan mengundurkan diri.
*
“Pembicaraan apa itu tadi?” tanya Putri Keiko. “Putri mendengarkan?” tanyaku basa basi.
“Ya apa itu Time Traveler? Apa itu Mindporter?” tegasnya penuh keingintahuan.
Dari dalam ruangan muncul satu anak perempuan sekitar 8 tahunan dan satu anak lelaki sekitar 4 tahunan mendekatiku kemudian mereka memelukku.
“Ayaaaaah!” teriak mereka berbarengan sembari melihat ke arahku.
“Baiklah, aku akan cerita tentang hal tersebut di kamar, sembari saatnya tidur siang” jawabku sembari mengangkat anakku yang lelaki, dan aku menggandeng lengan Putri Keiko. Putri Keiko memegang lengan anak perempuanku, anaknya.
*
M.S. Gumelar
WA +6287786666745
An1magine Volume 5 Nomor 6 Juni 2020
Jurnal majalah bulanan populer seni, desain, animasi, komik, novel, cerita mini, dan sains ringan yang dikemas dalam format education dan entertainment (edutainment). An1magine mewadahi karya cerita mini, cerita bersambung dalam ragam genre, tutorial, dan komik dalam ragam gaya gambar apa pun. Jurnal majalah An1magine ini dapat diakses secara gratis (open access system). Silakan klik link di atas untuk mengunduhnya.
An1magine edisi ini dapat diunduh juga di An1mage Journal, Play Store, dan Google Book. Silakan klik link aktif yang ada untuk mengunduhnya. Gak mau ketinggalan berita saat An1magine terbit? Gabung yok di An1mareaders WA Group, Facebook, Instagram, Twitter
inovel
Gabung di An1mage WA Grup untuk workshop, tutorial, pelatihan, dan membahas puisi, cerita mini, cerita pendek, novel, dan scenario untuk diterbitkan dan atau difilmkan, jangan ngabisin waktu nungguin chat, mari berkarya nyata, terlibat dalam produksi secara langsung, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke Aditya PIC: 0818966667 dapat mengirimkan email ke: inovel.group@gmail.com subject: gabung inovel dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat juga gabung di inovel facebook group.
ikomik
Gabung di An1mage WA Grup untuk workshop, pelatihan, tutorial, dan membahas komik untuk diterbitkan, dianimasikan dan atau difilmkan, jangan ngabisin waktu
nungguin chat, mari berkarya nyata, terlibat dalam produksi secara langsung, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke PIC Aditya: 0818966667 dapat mengirimkan email ke: ikomik.group@gmail.com subject: gabung ikomik dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat juga gabung di
ikomik facebook group.
Gabung yuk di grup WA iluckis, tempat para pelukis berkarya, berpameran, dan berpublikasi, karya lukisanmu dapat dipublikasikan secara gratis di majalah An1magine yang terbit bulanan dan beredar sejangkauan jari di Play Store yang berdampak pada promosi karya dan namamu agar lebih dikenal , gabung dengan mengirimkan pesan WA ke Aditya PIC: 0818966667 atau dapat mengirimkan email ke: iluckis.group@gmail.com subject: gabung iluckis dengan isi: nomor kontak WA kamu atau dapat bergabung di
iluckis facebook group.
icosplayerPara cosplayer yang keren-keren, gabung yuk di icosplayer WA grup, foto kalian yang menggunakan kostum bisa masuk ke majalah digital An1magine yang terbit bulanan, gabung dengan mengirimkan pesan WA ke WA ke Aditya PIC: 0818966667 atau dapat pula bergabung di
icosplayer facebook group.
Comments
Post a Comment