SHANTY oleh Bambang


https://i.ytimg.com/vi/6mau4J9TS3A/maxresdefault.jpg




Shanty melempari krepyak jendela kamar Nora dari luar. Dua kerikil dan satu kotak macaroon. 


"Pagi cinta ... Thanks cemilannya. Jangan lupa nanti malem ya, Ughh-ummhhhh..."

Sosok Nora yang ber-tank-top magenta mencuat usai tirai kamarnya tersibak, wanita mungil itu melambai lesu.
Satu matanya dicumbui timun. Dahinya digelar lebar-lebar agar masker teh hijau tersapu rata.

"Aku agak telat nanti, duluan aja."

Dia pasti belum tidur. Dasar Nora.

Shanty berteriak sambil melambai perlahan. Lantas ia memutar badan, merapatkan jaketnya, kemudian beranjak.

Langkah Shanty sempat terhenti usai berjalan beberapa jengkal. Ia melirik kembali ke arah balkon sempit yang mengurung Nora. Air wajahnya sendu saat melihat sosok sahabatnya itu. 

Kamu ngapain susah-susah cari duit buat kuliah? Ujung-ujungnya mangkal lagi.

Angin bercampur amonia. Setapak urung steril. Lingkup rumah bordil. Petak perantauan penuh ironi. Dari kecil hingga usianya genap dua puluh tahun, ia tak pernah benar-benar bisa pergi dari hal-hal tersebut. 

"Ati-ati ya, cintaaa ..."

Sembari mengintip kardus dengan satu tangan, yang isinya pasti sudah sedikit berantakan. Nora menyongsongkan jempolnya lesak ke peradaban.

Bahkan saat pagi masih terselip di sarung bantal kebanyakan orang. Nora dan para kupu-kupu malam lain sudah mengais nominal.

Mereka menyambung hidup. Lewat syahwat para lelaki kesepian. Jika beruntung, sahabat yang baik akan memberinya remah-remah kehidupan paling manis.


*


Ada banyak waktu untuk berjibaku dalam kemacetan Jakarta. Cuma perlu ketangguhan menjemput pagi agar tak tergopoh. Shanty mengorbankan sarapan santainya, dengan sesi kunyah-mengunyah di celah gang hingga halte busway.

Pangkalan antariksa menuju dimensi keruh, bernama galaksi banting tulang.

Acap kali mata almond Shanty sinergi dengan ponsel di tangan kirinya. Ia dan benda mungil itu begitu roman.

Mereka saling mengisi dan membutuhkan. Sesaat jemarinya yang sedikit pucat mengurut kombinasi. Sebuah jalinan garis dalam jalinan node. Membentuk sebuah pola bintang.

Beberapa ikon pop-up, dipetik Shanty dengan ibu jari. Terbeberlah satu notifikasi. Keningnya rapat.

"Ahh, lupa isi pulsa."


Lenggangan kakinya yang dibalut jins biru, melipir ke kios selular, langkahnya terseret malas. Dibayarnya kontan pulsa dengan lembar biru dan lembar hijau, usai menulis digit-digit angka, sambil melinting bibir bawahnya.

Sesaat Shanty ingat bagaimana hancur hatinya ketika merawat ibunya usai bekerja dulu.

Ibunya berjuang untuk kebutuhan keluarga, hingga membiayai jenjang pendidikan Shanty sampai lulus dari sekolah kejuruan seorang diri. 

Jadi manusia itu capek, siapa sih yang bikin uang dan konsep-konsepnya?

Shanty merutuk. Pekerjaan ibunya tak jauh berbeda dengan Nora. Ia juga tak pernah ambil pusing meski lingkungannya dulu mengganggap ia sebagai hasil kondom bocor.

Setidaknya, mereka bermesraan dengan tulus ditambah fulus. Mencintai tanpa syarat itu konyol.

Itu dalih Shanty saat mulai teringat masa lalunya. Dalih atas siklus cinta dan benci. Bahkan, jauh di dalam sana Shanty tak pernah benar-benar berharap untuk dilahirkan di masa ini. 

Ahhhh ... Kumohon culik aku, El-Manouk. Aku ingin tinggal di planet lain!

Studio rias xxxxx

Shanty menepikan dirinya, memunguti setiap potong kesadarannya dalam seduhan kafein, serum energi, kopi seribuan.

Markas janitor di studio sedang sepi, hanya satu-dua pemuda nyaris lentik—riwa-riwi menyapanya.
Shanty suka memicing melihat kelenturan lengan mereka. Tak jarang kepala pemuda-pemuda itu berimpit selfie untuk para fans kiranya.

Duh, jaman edan. Kok mereka lebih cantik ya dari aku, yang notabene cewek tulen? Amit-amit.

Usai adukan kesekian, Shanty tercenung. Beberapa gema sampai pada telinga berhias mata anting mungil berwarna merah. 

Asal suara itu tak jauh dari sudutnya berada saat ini. Namun, tembok-tembok studio ini meredam suara dengan cukup baik.

Suaranya Bu Hesti tuh, ada sengau-sengau bangaunya.

Para senior Shanty sedang khotbah dan demonstrasi. Kursus bagi para pendatang baru. Lulusan studio ini digadang akan menjadi stylish beken. Katanya.

Akun instagramku saja hanya berisi promo obat kuat & alat korek kuping ber-LED. Beken dari mananya?

Ada masanya Shanty menyesali perantauannya. Bali adalah tempat yang sempurna. Ia baru sadar itu saat berurusan dengan semrawut ibu kota.

Yang bagus dari kota ini adalah tempat terbaik untuk terabaikan. Pasalnya, semua orang sibuk. Dalam sibuknya, mereka tengah menenun simpul kesibukan lain. Dengan kata lain, kotanya para pecandu stress.



*



"My Sun Shine ... "

Miss Jenda mengibaskan jemari lentiknya, menggeber kipas tangan bermotif merak, ke arah Shanty yang sedang fokus mengaduk kopi di mug pribadinya yang bergambar alien imut.

"Pagi Miss."
Shanty mengedipkan mata kirinya, kikuk, dan menarik simpul senyumnya alot.

Bersikap manis bisa membuatnya selamat dari rentetan Q&A nyeleneh. 

"Ada panggilan buat kamu tuh …"

Sampai boss besar menyapaikan hal itu secara pribadi, itu artinya, urgent!

Ada seorang wanita muda bergaya modis. Mimiknya sedikit nakal, satu tangannya sedang asyik mengaplikasikan kutek berwarna cerah.

Pipinya semu merona, blush on-nya tak rata. Bedaknya tak sampai leher. 

Emang niat dibelangin, apa ngirit? Terlebih hmm, gaji buta ... Nikmatnya.

Dia sedang video call dengan seorang pria, di jam kerja. 

Shanty mengentak heelsnya sedikit keras, di beberapa jengkal usai keluar dari lift. Ia berdehem saat tiba di meja resepsionis. 


"Eh, Mbak Shanty, ada client nih, pengen ngobrol."

"Yep, makasih ya, emb …"

"Vio."

"Oh, iya Vio baru ya di sini?"

"Udah setahun, Mbak Shantyku yang syantik. Tch."


Shanty memang kurang baik dalam mengingat nama orang. Dia sengaja. Tak ada hal baik yang ia dapati dari kegiatan ramah tamah dilingkungan kantor.





Bambang
+62 898 9971 607



inovel
Gabung di An1mage WA Grup untuk workshop, tutorial, pelatihan, dan membahas puisi, cerita mini, cerita pendek, novel, dan scenario untuk diterbitkan dan atau difilmkan, jangan ngabisin waktu nungguin chat, mari berkarya nyata, terlibat dalam produksi secara langsung:
https://chat.whatsapp.com/EHoKxhRUJftKRzkBoGbk7F 


An1magine versi online ini secara lengkap ada di An1magine emagazine volume 4 Nomor 2 Februari  2019  yang dapat diunduh gratis di Play StoreGoogle Book, dan di An1mage Journal








“Menerbitkan karya digital untuk buku, komik, novel, buku teks atau buku ajar, riset atau penelitian jurnal
untuk terindeks di Google Scholar dan berada di Play Store untuk pemasaran global? An1mage jawabnya”

AN1MAGINE BY AN1MAGE: Enlightening Open Mind Generations


AN1MAGE: Inspiring Creation Mind Enlightening 

Comments

Popular Posts

PARTNERS

Contact Form

Name

Email *

Message *